-°| Revan

13.8K 974 59
                                    

"Hai, Queen street,"
Keira melihat sosok berbadan pelukable berdiri di depan meja guru sambil merentangkan kedua tangannya. Gayanya masih tetap sama, tetap setia dengan jambul dan anting di telingnya, dan itu membuat penampilannya menjadi cool dan sedikit berkesan seperti  bad boy.

Keira segera melangkahkan kakinya ke arah meja guru.
"Halo Keira! Peluk!" ucap Revan seraya memeluk Keira erat.

"Gue kangen sama lo Kei," bisik Revan yang masih setia memeluk Keira.

Keira hanya diam.
Tidak memberontak dan tidak membalas.
Mau membalas takut ketahuan Aldan. Terus kalo mau ngebrontak tapi kok kangen. Sumpah Keira sekarang dalam kondisi yang bisa membuatnya bingung setengah mampus.

Sedangkan teman-teman Keira hanya bisa melongo dan bisik-bisik gak jelas.
"Siapa tuh?"
"Berani-beraninya meluk si adek, gak takut sama singa apa ya?"
"Siapanya adek tuh?"
"Beruntungnya jadi Keira, selalu dikelilingi cogan-cogan. Jaya merdeka vroh,"
"Itu selingkuannya si adek, apa saudaranya si adek sih?"
"Sweet super"
"Aaaa, mau dipeluk. . ."

Revan melepaskan pelukannya. Menatap Keira penuh arti. "Sumpah, gue kangen lo," ucap Revan sambil menggenggam tangan kiri Keira menggunakan tangan kanannya.

"Kok lo disini?" tanya Keira tanpa mengindahkan ucapan Revan.

"Gue pindah kesini, udah 1 minggu yang lalu sih, tapi baru masuk hari ini,"

"1 minggu yang lalu?" tanya Keira memastikan.

"Yups!"

"Kok nggak ke rumah gue?" sungut Keira.

"Nanti gue ceritain, yang penting kita makan dulu di kantin. Gue gak mau magh lo kambuh, cuma gara-gara lo dengerin cerita gue yang super duper panjang," jelas Revan secara rinci.
"Hari ini gue bakal traktir kalian semua, anggap aja ini tanda perkenalan dari gue," ucap Revan pada semua siswa dan siswi yang ada di dalam kelas.

"Yeayyyy. . ."
"Yes . .  irit duit jajan 9 ribuhhhh. ."
"Mayan buat beli bensin."
"Yeee. . pulang nanti gue bisa beli cilok."
"Coba aja tiap hari ada murid baru, ahh. . . bisa beli cilok tiap hari deh."
"Sippp . . makan gratis."
"Yuhuuui. . . . bakso gratis."

"Gratisan aja cepet, giliran disuruh iuran alesan mulu, huuuu. ." seru Safa, bendahara kelas.

"Apasih lo, gak nyambung!" sungut Bima.

"Apa lo!?" balas Safa.

"Lo yang apa!"

"Bodoamat. Gak penting!" sinis safa sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Bima hanya berdecak kesal dan memutar bola mata malas.

"Ribut aja terus, sampek si rok mini  berkumis!" ucap Vera, menyindir Safa dan Bima.

"Udah ah, yuk kantin aja!" putus Keira.

"Ada apaan tuh rame-rame?" tanya Gaga pada Darren.

Darren menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Mendongakkan kepalanya untuk melihat kerumunan tersebut. Matanya menyipit, guna mempertajam penglihatannya.
"Revan," lirih Darren

"Hah!? Apa?" tanya Gaga.

"Revan," jawab Darren.

"Sumpah lo?" kaget Gaga.

Darren menganggukkan kepalanya 2 kali.

"Jadi Revan beneran pindah kesini?" tanya Gaga yang mulai panik.

Lagi-lagi Darren hanya menganggukkan kepalanya.

"Terus hubungan Keira sama Aldan gimana kabarnya?"

COMPLEJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang