Senja yang terasa begitu cepatnya berlalu.
Meninggalkan jejak-jejak kenangan yang biasa kita ukir bersama kala itu.
Lalu, kemanakah perginya semua kenangan itu?
Apakah tenggelam bersama dengan bintang mati yang tak akan pernah bersinar lagi?Tak perlu kuratapi kepergianmu.
Semakin kuratapi, semakin besar luka yang melukai hati.
Memang terkadang,
Tak bisa ku berdusta pada hati ini,
Yang terkadang masih menyebut namamu.Kita hanya dua insan yang pernah merajut kasih,
Lalu, pergi dengan sejuta alasan.
Aku menunggu cinta datang, seperti bintang yang setia bersinar bersama bulan, walau terkadang ditinggalkan.
Namun, cinta meninggalkanku bagai senja diujung pantai.
Gelap, dingin dan sendirian.Untuk apa masih menanti kedatangan cinta?
Bila sejatinya cinta hanya untuk terus menghancurkan hidup seseorang,
Lebih baik, cinta tak pernah datang.
Namun, apa kau sanggup hidup tanpa ditemani cinta?
Bukankah itu hanya menambah rasa hampa dalam hidupmu?Lalu, apa kau masih percaya dengan cinta?
Sudah berapa banyak senja yang kau habiskan sendiri?
Berapa banyak senja yang membawamu pada kenangan-kenangan masa lalu?Semua lagu yang mengungkapkan semua kesedihanmu itu, seakan sudah tak ada artinya lagi.
Kau merasa, hatimu sudah mati rasa.
Seakan kehilangan rasa untuk mencintai.
Seakan sudah muak dengan kata-kata cinta.Menghabiskan waktumu hanya dengan menghitung bintang setiap malam, agar kau tak mengingatnya,
Bukankah itu suatu hal yang bodoh?
Namun, demi menghapus rasa sedih dan benci terhadap cinta yang selalu meninggalkanmu.
Kau pun melakukannya.Tangisan sendu yang selalu menjadi penghias dikala malam tiba,
Sebagai pengilang kesunyian malam yang membisukan.Sampai kapan kau akan terus menanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi Hati
PoesíaAntara cinta dan duka yang mewarnai harimu tanpa henti. Membawa kebahagiaan dan juga air mata. Tak dapat kau jelaskan, namun hanya dapat kau ungkapkan dengan kata-kata yang terus menghantui pikiranmu. Masih dapatkah kau menemukan kebahagiaan dibali...