Secepat kilat Clara menyambar sneakers biru kesukaannya, menyambar sisir dan menyisir rambutnya seadanya, dilanjutkan menyambar ransel bercorak tentara yang selalu dia bawa saat pergi kemana-mana. Nah, ini sisi lain Clara yang bisa dibilang aneh. Biasanya cewek kalo hang out, pake tas kecil yang trendy kan? Tapi Clara beda. Dia malah memilih pake ransel yang gede yang coraknya tentara lagi. Padahal belum tentu bawaannya banyak. Seperti sekarang dia hanya menjejalkan ipad, power bank dan ear phone ke dalam ranselnya. Terakhir, Clara pun meraih dua lembar uang seratus ribu dan i-phone untuk dijejalkannya dalam saku jinsnya.
Dengan langkah tergesa-gesa, Clara pun menuruni tangga. Terasa tersiksa sekali karena kakinya yang lecet karena high heels terkutuk yang dia kenakan saat candle light dinner kemarin malam. Alhasil, kaki Clara yang lecet serasa tersayat-sayat saat berjalan.
Inilah salah satu kebiasaan Stefan yang bisa dibilang greget banget. Ngajak pergi dadakan, tanpa pemberitahuan jauh-jauh hari sebelumnya. Alhasil, Clara pun selalu dandan seadanya. Namun nampaknya hal itu yang malah disukai Stefan. Apa adanya.
Clara langsung lari menuju mobil Stefan. Stefan menunggu di dalam mobil dengan raut muka datar. Clara sempat berfikir. Cowoknya itu robot atau manusia sih? Kenapa datar banget? Atau mungkin jangan-jangan Stefan adalah robot yang bertubuh manusia?
Clara pun membuka pintu mobil Stefan dan menyiapkan mental karena dia tahu sesudah ini dia bakal langsung disambar Stefan.
"Tadi aku BBM keluar tepat jam dua siang. Tapi kamu baru keluar pas jam dua lebih lima menit. Telat lima menit." Tuh, bener kan. Padahal Stefan baru sms ngajak keluar pas jam dua kurang lima menit. Gimana bisa seorang cewek prepare buat jalan sama pacar dalam waktu lima menit?
"Maklumin dong Fan. Ya ya ya.. jangan marah terus dong. Nanti gigi taringnya nambah panjang lho. Ntar jadi vampir deh. Aargggh." Clara pun mengangkat kedua tangannya dan menirukan gaya vampir sambil menghadap wajah Stefan.
"Ha, lucu banget." Stefan berkata datar dan tentu saja menghentikan aksi Clara. Ok fine. Clara udah biasa digituin. Dicuekin dan nggak disumbang ketawa saat dia buat lelucon. Padahal buat lelucon kan pake mikir.
Clara pun membuka tasnya dan mengeluarkan ipad-nya, menyalakan koneksi internet dan mulai surfing di dunia maya. Clara pun asyik mencari info tentang film terbaru. Film ber-genre fantasy atau science fiction yang bercampur dengan action yang jadi buruannya. Dulunya Clara gak suka film yang ber-genre sejenis itu. Dulu Clara sukanya film ber-genre romantis. Namun gara-gara Stefan pernah ngajakin dia nonton film The Hunger Games, Clara langsung jatuh cinta pada genre film itu.
"Kita mau kemana sih, Fan?" Clara bertanya namun matanya tak lepas dari layar ipad.
"Gak tahu. Aku pengen aja keluar sama kamu." Clara tersenyum dan memalingkan wajah pada Stefan. Stefan masih fokus memandang jalan dengan wajah datarnya. Clara tahu itu kata yang biasa banget untuk ukuran orang yang lagi pacaran. Tapi kalo keluar dari mulut Stefan, itu sama aja kayak Greyson Chance bilang 'I love you, will you marry me?' sama salah satu fans-nya
"Kayaknya kita pergi ke toko DVD aja deh. Aku pengen DVD film ini." Clara mengangkat ipad-nya dan megarahkan layarnya ke arah Stefan, memastikan Stefan dapat membaca judul film yang Clara maksud. Chatching Fire.
"Ok."
Mereka pun menuju toko DVD langganan mereka.
"Ransel segede itu isinya apaan?" Stefan bertanya.
"Power bank, ipad sama ear phone.." Clara mejawab sambil membuka ranselnya dan memasukkan ¬ipad-nya. Mata Stefan pun awas memperjatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantisme Realistis
Teen FictionKado apa yang kamu harapkan saat sweet seventeenth dari pacar? Apa segebok buku pelajaran masuk dalam wish list-mu? Sayangnya, itulah yang diterima Clara dari cowoknya, Stefan. Kekesalannya pun ditulisnya dalam kertas origami yang kemudian dia lipa...