Akhirnya.. (End)

2.2K 56 3
                                    

Hidup kayak di neraka. Itulah kalimat yang pas buat Clara. Mau ngapa-ngapain jadi nggak enak karena kepikiran Stefan. Bahkan sampai saat UNAS hari ini, dia nggak pernah sekalipun ngelihat batang hidungnya. Clara jadi pesimis. Apakah emang dia ditakdirin buat balikan lagi sama Stefan kalo gini caranya. Tapi Clara juga nggak bisa ngehapus bayangan Stefan.

Dan sekarang, saat Stefan dengan segenap jiwa raganya bergelut dengan soal UNAS di rumah sakit, Clara di rumah malah klontang-klantung googling nggak jelas di kamarnya. Saat suhu otak Stefan meningkat parah gara-gara kebakar soal, otak Clara malah nge-hang gara-gara mikirin Stefan.

Di rumah sakit, Stefan ngerjain soal UNAS diawasi seorang guru dan seorang polisi. Tangan kanannya yang masih patah, digantikan fungsinya oleh tangan kanan Mamanya. Di sana ada dua jantung yang sedang jedar-jeder karena UNAS. Pertama, Stefan sendiri yang sedang mempertaruhkan nasibnya, dan kedua, Mamanya yang melihat anaknya sedang mempertaruhkan nasibnya.

Sementara itu, di dalam sel penjara yang, Aga mojok sendirian meratapi nasibnya. Amarah menguasai dirinya. Siapa lagi yang bikin Aga marah selain Stefan? Aga nggak terima karena Stefan udah berani-beraninya ngelaporin dia ke polisi.

"Tunggu aja lo, Fan. Lo bakal habis di tangan gue."

***

Hari Pengumuman Kelulusan.

"Clara! Clara! CLARA!"

"Eh, iya Bu?" Clara sontak berdiri karena bentakan dari Bu Ita. Clara emang dari tadi ngelamun. Pelajaran Biologi yang udah jalan 1 jam pun nggak ada satu materi pun yang nyantol di otaknya.

"Ngapain berdiri?" Bu Ita yang terkenal sebagai guru killer pun mengeluarkan suara geledeknya.

"Emm itu.. anu.. anu.." Clara jadi gelagapan.

"Anu apa?"

"Anu Bu.. anu.."

"Kamu ini. Ona anu nggak jelas. Sudah. Keluar sana."

Clara langsung keluar kelas dengan wajah tertunduk. Dia nggak kuat kalo harus ngelihat wajah Bu Ita. Mata Clara aja udah berkaca-kaca gara-gara ketakutan.

Saat Clara tepat satu langkah keluar dari kelas, waktu terasa terhenti.

***

Hari pengumuman kelulusan buat Stefan sebenernya adalah hari yang paling dihindari kedatangannya oleh Stefan. Sebenernya dia nggak kuat liat hasil nilainya sendiri. Dia udah pesimis banget sama danemnya. Dan saat dia liat pengumuman nilainya di sekolah, barulah dia bisa bernafas lega. Ternyata Dewi Fortuna masih berpihak pada Stefan. Walaupun rata-ratanya cuma dapet 7, Stefan udah seneng. Itu artinya Stefan nggak usah ngulang UNAS lagi tahun depan.

Saat temen-temennya yang lain main semprat-semprot pilox, Stefan hanya berjalan melewati mereka dengan santainya. Seragam Stefan masih bebas noda dari pilox. Lagian, siapa yang berani nyemprot seorang Stefan, ditambah lagi dengan tangan kanannya yang masih di-gyps.

Dan saat dia di depan kelas XI IPA 6, secara otomatis langkah Stefan terhenti karena kemuculan makhluk ajaib yang secara tiba-tiba dari dalam kelas.

"Stefan?" Sejenak mereka berpandang-pandangan seperti sinetron-sinetron telenovela. Perasaan Stefan campur aduk. Antara seneng, sedih, deg-degan, pengen kabur, pengen tetep di depan Clara. Tapi, Stefan memutuskan untuk meneruskan langkahnya, melewati Clara.

Clara yang mengetahui watak Stefan, lantas menghadang jalan Stefan. Stefan pun berhenti.

"Tangan lo kenapa?" Raut muka panik tak bisa Clara sembunyikan.

"Patah."

"Kok bisa?"

Stefan terdiam. Sejenak berfikir. Dia nggak mungkin ngasih tau Clara kalo penyebab tangan dia patah itu gara-gara Aga.

Romantisme RealistisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang