Nama: Shazia Rizka Nabila
NabilaMdhj"Bumi. Teknologi di bumi semakin meningkat. Jika kita tidak merusak sistem di bumi, maka para alien akan terancam!" tegas sang ketua dari kumpulan alien itu.
"Apa kita harus mengirim alien untuk menyamar menjadi hacker dan menyebarkan virus di bumi lagi?" tanya alien yang lain.
"Haha ... itu sudah kuno. Aku punya ide yang lebih menyenangkan." Sang ketua alien itu tersenyum.
***
"Anak-anak kemari. Bel sekolah sudah berbunyi. Waktunya jam pelajaran ketiga dimulai." Seorang guru nampak sedang menghampiri anak-anak TK dan menuntun mereka untuk segera masuk kelas.
Anak-anak yang tadinya sedang bermain dengan ayunan dan pasir, segera melangkah masuk kelas.
"Orang tua diharapkan untuk tidak masuk kelas, agar anak-anak bisa fokus belajar," tegas guru itu yang diangguki para orang tua wali.
"Kenapa orang tua sekarang tidak diperbolehkan masuk kelas ya?" tanya Ibu Nao, orang tua dari Fadi.
"Aku tidak mau memusingkan itu," balas Bu Lisa sambil makan pisang.
"Dasar," ketus Bu Nao sambil bersidekap dada.
***
"Tidak perlu menyerang orang tua. Seranglah penerus mereka. Yaitu anak-anak. Kirimkan guru-giru di bumi dan rusaklah otak anak-anak manusia! Hahaha," tawa alien itu menggelegar hingga ke sudut ruangan.
"Tuan sangat pintar. Tuan akan dihormati oleh para bawahan," tukas alien yang lain kepada alien yang pertama bicara.
"Tentu saja. Akan kubuat ide-ide baru untuk menghambat pertumbuhan teknologi di bumi. Hahaha."
***
"Salah, Nak. Kenapa kau tidak mengerti? Hitungan ini salah," tegas Perthon.
"Ayah! Ibu guru sendiri yang memberitahukan hitungan ini. Jadi ini benar." Anak dari Perthon tak ingin mengalah.
Perthon terdiam sejenak. "Oke. Lanjutkan belajarmu, Nak," ucap Perthon sambil mengacak-acak rambut anaknya.
Perthon pun berdiri dan segera berjalan ke teras. Diambilnya handphone dari sakunya dan segera menekan digit nomor.
"Halo, Pak. Aku ingin bicara."
***
"Selamat datang, Agent Perthon," sambut meriah dari seorang bapak yang umurnya tidak jauh dari Perthon.
"Agent Xander. Apa dunia teknologi menemukan virus baru lagi?" tanya Perthon.
"Kali ini tidak. Bersyukurlah," balas Xander.
"Tidak mungkin."
"Ada apa?" Xander heran.
"Setiap teknologi meningkat, pasti ada ancaman virus, tapi sekarang tidak ada. Mungkinkah para perusak teknologi itu beralih rencana?" terka Perthon.
"Bisa jadi. Tapi apa rencananya kali ini? Apa kau mencurigai sesuatu?" Xander meminta pendapat.
"Kurasa aku tahu," Perthon mengusap dagunya.
"Apa?"
"Mereka mengincar manusia," bisik Perthon yang membuat Xander melotot.
"Karena orang dewasa tidak akan berumur panjang lagi. Maka, incaran mereka adalah anak-anak," sambung Perthon.
"Kau tau darimana? Kau pernah melihatnya?"
"Buktinya adalah anakku sendiri," balas Perthon.
Xander mengerti dan segera memberitahu kejadian ini pada presiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBEL'S GAME
RandomIni adalah kumpulan hasil game yang dilakukan oleh member RebellionID.