PRACTICUM FAIL

18 4 0
                                    


Nama : imelda sukma
imeldaasp

"Kita harus cepat melaksanakan operasinya sekarang!" perintahnya sambil memasang sarung tangan serta masker untuk menutupi hidung serta mulutnya.

"Tunggu, Dokter Lisa! Anda tidak bisa melaksanakan operasi ini begitu saja. Ini namanya pelanggaran. Belum ada informasi dari pihak terkait," komentar suster berkepang dua ini. Dia datang sambil membawa nampan berisikan suntik serta cairan obat bius.

Dokter Lisa langsung melepaskan maskernya dan berkata, "Terus? Kita harus menunggunya sampai tak bernyawa, gitu?"

Tiga orang suster di sana langsung menundukkan kepalanya ketika mendengar ucapan dokter Lisa.

Tak lama, datanglah seorang doker paruh baya yang membawa peralatan khusus ditangannya. Semua yang ada di ruangan operasi sontak menoleh ke arahnya.

"Dokter Lisa, sepertinya kita tidak bisa gegabah dalam urusan operasi ini." Suara dokter paruh baya itu terbuka ketika dirinya telah selesai merapikan peralatan yang dibawanya tadi.

Dokter Lisa termenung sejenak. Dirinya juga bingung dihadapkan oleh hal seperti ini. Mengapa harus hal begini yang dihadapinya?

"Ada apa lagi sih, Dokter Raka? Lihat saja, dia sudah sangat butuh pertolongan kita. Mau tunggu apa lagi?" pekik dokter Lisa sedikit kesal.

Dokter Raka menghela nafas pela. "Dokter Lisa, teknologi yang kita miliki tidak memadai. Anda harus sadar bahwa saat ini kita sedang krisis teknologi. Bahan-bahan yang kita miliki tidak bisa dilaksanakan untuk menjalankan operasi ini. Kalau kita tetap melaksanakannya, yang ada malah bahaya untuknya," jelas dokter Raka dan membuat dokter Lisa terdiam.

Para suster di sana juga terdiam tak menanggapi penjelasan dokter Raka. Mereka terlalu larut untuk mencerna setiap kata yang terlontar dari dokter Raka.

"Dokter! Dokter!" Seseorang berteriak keras hingga mengejutkan seisi ruang operasi ini.

Dokter Raka langsung melangkah mendekati orang tersebut dan menyentil dahinya pelan. "Wong edan! Ojok jerit-jerit nang kene. Iki panggonan khusus, guduk lapangan basket!" (Orang gila! Jangan teriak-teriak di sini. Ini tempat khusus, bukan lapangan basket!)

Logat jawa yang dilontarkan oleh dokter Raka mampu membuat dokter Lisa serta suster-suster di ruangan operasi itu tertawa keras. Sedangkan orang yang terkena semprotan dokter Raka langsung memperlihatkan sederet giginya.

"Ojok ngono kon! Untumu iku lho onok lomboke. Mingkem!" (Jangan gitu kamu! Gigimu itu lho ada cabainya. Tutup mulut!) komentar dokter Raka dan membuat orang tersebut hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mengapa Anda ke sini? Ada sesuatu yang ingin Anda katakan, Pak Rifaldy?" Dokter Lisa berjalan mendekat ke arah orang yang dipanggilnya dengan sebutan pak Rifaldy itu.

"Panggil Pak Rif saja. Biar gaul," balasnya sambil cengengesan.

"Edan kowe itu!" (Gila kamu itu!) ucap dokter Raka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oke, serius. Saya mau menyampaikan bahwa ada pihak yang memberitahu saya kalau operasi masih bisa dilaksanakan," jelas pak Rif. "Namun, kita harus mencari tahu dulu siapa hacker yang sudah membobol data rumah sakit sehingga stok bahan-bahan kita tidak bisa masuk."

Dokter Lisa serta dokter Raka mengangguk paham sambil menunggu lanjutan penjelasan dari pak Rif.

Lama mereka terdiam setelah penjelasan pak Rif dan akhirnya beliau kembali bersuara, "Lapo kowe meneng, Rak? Kowe pisan, Lis! Aku iki ngomong, tanggapono. Malah meneng wae!" (Kenapa kamu diam, Nar? Kamu juga, Kei! Aku ini bicara, jawablah. Malah diam saja!) sungut pak Rif kesal akan diamnya dokter Lisa dan dokter Raka.

REBEL'S GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang