"Sarah, udah berapa kali saya bilang, rok kamu itu kependekkan!" omel seorang guru matematika pada satu murid wanita sambil berkacak pinggang.
"Lah, Pak, rok saya semuanya ukuran segini, Pak. Udah alamiah dari sananya," protes gadis itu sambil menggertak kaki. Usut punya usut, namanya adalah Sarah. Cewek yang terkenal manis di sekolahnya namun urusan teman ia sangat payah.
"Mana ada ukuran rok segitu! Mau bohong sama saya juga harus pintar-pintar. Besok nggak kamu ganti rok kamu dengan ukuran semula, saya gunting rok kamu sampe cobel!"
Sarah terkejut bukan main. Roknya akan digunting? Tentu saja Sarah tidak mau hal itu sampai terjadi.
"Yah, malu dong, Pak, pake rok cobel di sekolah. Gimana, sih?"
"Ya, mana saya peduli, malu itu, kan, udah urusan kamu. Siapa suruh renovasi rok," ujar Sehun enteng. Tidak peduli dengan apa yang akan dirasakan muridnya itu.
"Emangnya rumah, Pak, direnovasi."
"Udah, nggak usah banyak protes. Masuk ke kelasmu sekarang, ingat besok rok kamu udah harus ukuran semula." Titah Sehun.
"Kok besok sih, Pak? Gimana cari roknya hari ini, Pak, aduuh!" Sarah mengeluh. Ia sangat benci jika harus mencari sesuatu secara mendadak.
"Berani melawan? Beli sana di koperasi, kayak nggak ada koperasi sekolah aja di sini."
"Oh iya, Pak, hehe ..." Sarah menyengir.
Sehun menaikkan sebelah alisnya ketika gadis itu masih saja berdiri di hadapannya. "Ngapain masih di sini?" tanya Sehun galak.
"Iya, Pak, saya balik ke kelas. Permisi, Pak."
"Hm," sahut Sehun pendek.
Sarah berjalan menelusuri koridor, terlalu malas untuk kembali ke kelas. Apalagi pelajaran di kelasnya saat ini adalah Fisika, kemudian Matematika. Benar-benar membuat Sarah penat.
"Weees, Sarah!" Tampak dari kejauhan, seorang cowok meneriaki nama gadis itu seraya melambaikan tangan dengan ceria.
"Eh, Tao. Ngapain lo di luar?" tanya Sarah yang berlari kecil menghampiri cowok itu.
"Habis dari koperasi beli buku tulis." Zi Tao menunjukkan buku tulis yang baru dibelinya.
"Oh, ya udah deh, gue ke kelas dulu, ya."
"Oke, sip. Hati-hati lo jatoh."
Sarah sempat kesal dengan ucapan Tao yang seperti doa itu. Gadis itu pun berlari kecil sampai ke kelasnya. Saat ia membuka pintu kelas, semua pasang mata tertuju padanya. Bagi Sarah, hal seperti itu sudah biasa.
"Eh, tadi lo ngapain di panggil Pak Sehun?" tanya seorang cewek yang duduk di seberang Sarah.
"Mau tau banget, sih, lo ... kepo," jawab Sarah cuek karena ia tidak akrab dengan gadis itu.
"Sensi banget, sih, orang gue cuma nanya doang."
"Suka gue lah."
Pelajaran Fisika memang sedikit membosankan apalagi hitung-hitungan. Biasanya anak IPA pintar mengerjakan soal Fisika tapi, Sarah anak IPA yang tidak bisa mengerjakan soal Fisika satupun. Pikirnya, seharusnya ia masuk ke jurusan IPS karena Sarah kuat menghafal. Namun gara-gara tangan Sarah memilih jurusan IPA di kertas peminatan, dan lulus saat di tes, akhirnya gadis itu tidak jadi masuk jurusan IPS. Entah hoki mana yang datang padanya hingga ia lulus tes IPA.
Bel pelajaran selanjutnya berbunyi membuat Sarah mendengus kasar. Saatnya pelajaran Matematika, tentu saja melelahkan buat gadis itu. Sudah pelajaran hitung-hitungan, selanjutnya pelajaran berhitung lagi. Bisa dibayangkan gimana panasnya otak?
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK SEHUN
Fanfiction[ COMPLETED ] Sehun, guru mate yang galak di sekolah Sarah. Parahnya lagi, Sehun adalah tetangga sebelah rumah gadis itu. Kehidupan Sarah makin rumit ketika Ibunya menyuruh Sehun untuk menjaganya selama dua minggu dan anehnya, Sehun tidak keberatan...