4· Perhatian Kecil

28.3K 2.8K 161
                                    

Malas banget gue sekolah hari ini, apalagi jumpa pak Sehun si guru bangsat. Kalo ketemu guru satu itu, bawaannya bete terus gue. Masa kemarin gue dikasih cokelat sama buket bunga hanya karena rasa kasihan, ancurin hari valentine gue aja kan. Udah sempet baper juga gue nya.

"Saraaaaaahhh!!" Aduh nih mami ngapain sih main teriak-teriak aja. Udah tau lagi nggak mood!

"Apa sih mi? Nggak usah teriak-teriak kan bisa sih!"

"Kamu berani bentak mami?! Mau mami hukum kamu nggak makan satu harian ini ha?!"

"Ya udah, mau mami hukum Sarah nggak makan seharian pun nggak apa! Terserah! Sarah nggak sarapan pagi!"

"Terserah kamu, kalo kamu kelaperan di sekolah mami nggak mau tahu."

"Ya udah!" Gue keluar dan banting pintu. Mau dibilang anak durhaka kek, anak kurang ajar kek, anak nggak tau diri kek, anak nggak tau terima kasih kek, terserah dah. Nggak peduli lagi gue.
Gue jalan sampe ke halte bus.

"Aduuh, lama banget sih busnya datang. Keleletan deh." Omel gue.

Nggak lama kemudian, bus nya datang juga.

"Mau dibilang-bilangin dari belakang dulu baru busnya datang."

Gue naik ke bus dan cari tempat duduk kosong terus duduk. Pandangan gue keluar jendela natap kendaraan yang lewat. Tatapan gue sayu karena hari ini hari peringatan kematian sahabat sekelas gue.
Sesampai di sekolah gue cuma duduk di dalam kelas, karena bosan gue pergi keluar cari udara segar.

Gue lihat di mading ada pemberitahuan peringatan kematian Anna, sahabat gue. Percuma gue lihat kertas yang ditempel di mading lama-lama, Anna nggak bakal balik ke dunia lagi.
Gue jalan ke taman dan duduk disalah satu bangku yang ada disana.

Biasanya gue sama Anna duduk di bangku ini sambil cerita-cerita. Tapi sekarang nggak bakal bisa lagi. Gue ingat kenangan itu, air mata gue ngalir gitu aja.
Anna meninggal karena kecelakaan taksi.

"Orang yang sudah meninggal tak seharusnya ditangisi."

Gue noleh ke sebelah pas ada seseorang yang duduk disamping gue dan bicara sama gue.
Pak Sehun ternyata, ngapain sih dia disini, kan gue lagi kesel sama dia. Malah dia lihat gue nangis lagi, malu njir.

"Pigi deh, gue nggak mau diceramahin sama lo."

"Yang sopan kalau ngomong sama guru, tapi karena kamu hari ini sedang bersedih saya maafkan."

"Terserah lo lah."

"Ini, minum dulu." Dia ngasih air mineral botol. Gue langsung buka tutupnya terus minum sampe sisa setengah.

"Saya tahu bagaimana perasaan kamu, karena saya juga pernah kehilangan."

"Sahabat bapak pernah meninggal juga?" Gue nanya sambil ngusap ait mata.

"Bukan sahabat saya, tapi kucing saya."

Bangke, jawabannya nggak mutu amat. Nyesel gue nanya. -Sarah

"Ayo masuk ke aula, sebentar lagi ada hari peringatan kepergian sahabatmu."

Gue iyain aja terus ikutin dia dari belakang. Tumben juga dia nggak galak-galak hari ini.
Sampe di aula banyak kursi udah terisi penuh, sisa kursi paling belakang. Mau nggak mau gue pisah sama temen sekelas dan duduk di kursi paling belakang.
Pak Sehun juga duduk di sebelah gue, karena nggak ada tempat duduk lagi.

"Terima kasih atas kehadiran kalian semua di tempat ini, hari ini adalah hari peringatan kepergian teman kita, Anna Rosalinda. Ingatlah kenangan indah kalian bersamanya, lupakanlah rasa dendam kalian terhadapnya. Ia sudah tenang bersama Bapa di Sorga, kiranya kita bisa bersama-sama berdoa untuknya. Doa dimulai."

PAK SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang