20· Memories (END)

23.9K 1.9K 118
                                    

Selamat membaca dan jangan lupa untuk vomment. Kalian juga boleh mengeluarkan seluruh uneg-uneg kalian di komentar selama membaca cerita ini. Akan saya baca satu persatu.

 Akan saya baca satu persatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

==================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

==================================

Pagi yang cerah dengan udara sedikit dingin membuat Sarah bersemangat berjalan di sepanjang koridor sekolah. Dengan senyum sumringah, ia menatap langit biru di balik jendela.

"Seneng banget, ada apa?" tanya seorang pria membuat Sarah cepat menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Mau tahu aja.. " sahut Sarah ke pria itu.

"Tetap tersenyum seperti itu, senyumanmu indah." tutur pria itu membuat wajah Sarah sedikit memerah. Senang. Itu yang dirasakan Sarah saat ini.

"Senyum saya memang sudah indah dari dulu." ucap Sarah membuat pria itu tersenyum tulus.

"Ih, malah jadi kepedean."

"Biarin.."

"Tumben kamu rapi banget? Rok kamu juga malah tambah panjang dari yang sebelumnya."

"Kalo rok saya pendek terus, nanti saya dimarahi sama bapak. Kan serba salah sayanya."

Keduanya tertawa bersama. Tak peduli dengan orang sekitar yang tengah menatap mereka bingung, curiga, dan penasaran.

"Udah belajar mate belum buat ulangan nanti?" tanya pria itu.

"Udah.."

"Bagus. Harus dapet nilai bagus.." ucap pria bernama Oh Sehun.

"Kalo bisa ya, soalnya pelajaran bapak itu susah banget." ujar gadis berparas manis itu.

"Oh, jadi kamu ga belajar giat di pelajaran saya? Semenjak dua minggu saya udah nggak ke rumah kamu lagi, kamu jadi malas-malasan.. ck, ck, ck.."

"Apaan sih," ucap Sarah dengan cemberut.

"Senyum aja manis, apalagi cemberut, lucu." ucap Sehun melangkahkan kakinya melewati Sarah. Gadis itu hanya berbalik menatap punggung guru itu dengan jantung berdebar-debar.

PAK SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang