"Saraaaaaaaaaahhhhhhhh!!"
"Ya? Kenapaaa?!"
"Ini kenapa kamar kamu berantakan banget?! Pusing saya lihatnya!"
Iya, semenjak pak Sehun sembuh dari demamnya, gue diomelin terus sama dia. Dia bahkan lebih galak dari emak gue sekarang.
"Oh, ini. Ga sengaja berantakin kok pak, suer deh." Gue menunjuk v sign ke pak Sehun.
"Ga sengaja berantakin gimana? Jelas-jelas ini-" Cukup, gue bosan banget diomelin terus sama guru satu ini. "Pak Sehunku yang tampan tapi galaknya ga dikira, saya ga sengaja berantakin kamar ini. Serius pak, nggak bohong saya."
"Terserah. Beresin sekarang juga." Perintahnya membuat gue melongo.
"Ga ah, saya kan lagi hias puding buatan saya. Tanggung." Protes gue nggak mau kalah.
"Berani ngebantah?" Tatapan pak Sehun tajam banget setajam silet. "Eh, enggak pak. Iya saya beresin sekarang." Gue akhirnya nurut aja.
Gue membereskan semua barang-barang yang gue lempar ke sembarang arah tadi. Gue ga sengaja berantakin kamar gue karena tadi gue lagi nyari flashdisk gue yang ukurannya mini banget. Tapi sampai sekarang nggak ketemu juga flashdisknya, jadi gue ke dapur aja buat puding.
"Itu taruh yang benar, masa iya kaset taruh di meja rias." Ya ampun, diprotes lagi. Ngapain juga nih guru ngawasi gue beresin barang.
"Itu kenapa buku pelajaran taruh di rak kaset? Buku sama kaset mau kamu samain?" Sabar, gue harus ngontrol emosi coy.
"Itu kenapa laptop taruh di la-" Emosi gue meledak. "Pak! Saya emang kayak gini kalau beresin barang. Selagi rapi dan nyaman saya nggak masalah loh pak. Bapak kenapa sih dari tadi protes mulu, emang saya anak bapak apa?" Gue udah capek-capek merepet juga tapi dia cuma nunjukin ekspresi datar andalan dia.
"Saya bukan bapak kamu, kamu juga bukan anak saya. Jadi kamu maunya apa?" Pertanyaan macam apakah ini?
"Saya mau bapak tenang sehari aja nggak omelin saya. Sekarang udah beres kerjaan saya, saya mau lanjut hias puding. Bye!" Gue ke dapur setelah menghentakan kaki di sebelah pak Sehun.
"Besok saya nggak nginap di sini lagi. Saya juga nggak akan ngomelin kamu kecuali di sekolah. Kamu harus rajin-rajin beresin rumah, jangan pas ada saya aja kamu kerajinan."
Deg.
Gue kaget saat dengar omongannya. Jadi hari ini hari terakhir dia di rumah gue? Kenapa gue bisa lupa? Gue pura-pura nggak dengar dia dan menaruh puding tadi ke dalam kulkas.
"Saya tahu kamu dengar, maaf kalau saya selama ini udah omelin kamu terus selama saya di sini." Kok berasa perpisahan sih situasi ini?
"Iya pak, nggak masalah. Saya juga minta maaf udah repotin bapak selama ini. Makasih banyak pak udah ngejagain saya." Gue beranjak melangkah ke lantai dua, tapi tangan gue ditahan.
"Kamu aneh deh." Lah, mau ke kamar malah dibilang aneh.
"Aneh kenapa? Kan saya emang gini orangnya."
"Kamu sedih saya nggak nginap di sini lagi? Rumah kita juga cuma sebelahan. Kamu bisa kapanpun main ke rumah saya."
"Apaan sih pak, nggak sedih kok. Bapak lebay deh." Gue melepas genggaman tangannya.
"Siap-siap, saya mau ajak kamu ke suatu tempat." Pak Sehun berjalan mendahului gue menuju kamar gue. Gue susul dia dengan berjalan lebih cepat.
"Mau ke mana pak? Udah sore loh pak, bentar lagi malam." Mendengar ucapan gue pak Sehun berbalik dan menatap gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK SEHUN
Fanfiction[ COMPLETED ] Sehun, guru mate yang galak di sekolah Sarah. Parahnya lagi, Sehun adalah tetangga sebelah rumah gadis itu. Kehidupan Sarah makin rumit ketika Ibunya menyuruh Sehun untuk menjaganya selama dua minggu dan anehnya, Sehun tidak keberatan...