"Berdiri di lapangan saya bilang! Ga bisa dengar?! Tuli?! Iya?!"
Pak Sehun teriakin gue dan anak sekelas. Ya, seisi kelas lagi di hukum sama pak Sehun gara-gara salah satu murid ada yang narok lem ke kursi guru, dan pas sekali kalau yang masuk adalah pelajaran pak Sehun.
"Kalian tahu? Perbuatan kalian itu udah kelewatan! Kelewat batas! Kalian pikir saya bodoh? Idiot? Saya itu selalu menyentuh alas kursi saya sebelum duduk. Dan ternyata kalian menaruh lem di kursi guru. Kalau guru lain masuk terus duduk tanpa mengetahuinya, gimana dengan mereka? Mau kalian buat malu?"
"Kalian ketawa kalo guru kalian pantatnya nempel di kursi! Terus rok nya sobek! Saya tahu pikiran sampah kalian. Terlebih lagi yang menaruh lem di kursi itu otaknya udah ga ada, lebih rendah dari sampah!"
Salah satu murid cowok yang meletakkan lem di kursi menatap pak Sehun dengan tajam. Pak Sehun nyamperin dia sambil natap murid itu ga kalah tajamnya, bahkan lebih tajam malah tatapannya.
"Apa! Kenapa kamu natap saya kayak gitu?! Ga suka saya bilang otak kamu lebih rendah dari sampah? Iya? Kalo ga bisa trima makanya jangan lakuin hal seperti itu! Percuma orangtua kamu susah-susah cari duit buat sekolahin kamu, tapi kamu ga sedikitpun hargai keringat mereka!"
"Ga usah bawa-bawa orangtua pak." Sahut murid itu yang membuat pak Sehun makin marah.
PLAK!
Tamparan super keras yang baru kali ini gue lihat mendarat mulus di pipi murid itu. Suara tamparannya aja bisa kedengaran sampe barisan kebelakang.
"Berani kamu nyahut saya? Udah salah, nyahut lagi. Kalo ga bisa beli satu gedung sekolah ini, ga usah bertingkah. Jijik orang lain nengoknya. Mestinya kamu malu ditampar di tengah lapangan di depan semua teman kamu! Saya ingatkan kamu, jangan bertingkah layaknya sampah di depan saya. Seharusnya kamu itu orang yang rendah hati, bukan rendah diri."
Ga sengaja mata gue sama mata pak Sehun bertemu, meskipun cuma sebentar tapi tatapannya ke gue sama tajamnya saat dia natap murid cowok itu. Pak Sehun menjauh terus berdiri di depan posisi tengah.
"Saya tahu kalian tidak suka saya menjadi wali kelas kalian, tapi saya mohon kalian hargai guru yang lain, saya tidak kalian hormati pun tidak apa. Saya tidak mengharapkan hal seperti itu dari kalian. Dan ingat, jangan berharap saya akan mundur sebagai wali kelas kalian. Sampai kalian tamat, saya akan tetap menjadi wali kelas kalian!"
"Masih jam 8 pagi, cuaca sudah terik. Panas kan? Kalian berkeringat kan? Gerah kan? Memang hal itu sangat menjengkelkan. Itulah yang saya rasakan selama saya mengajar di kelas kalian. Jadi saya mau kalian berdiri di tengah lapangan ini sampai jam 10 pagi."
"Haaaa?!" Seisi kelas mengeluh karena hukuman pak Sehun yang menurut gue juga kelewatan.
"Berani ngeluh? Mau saya hukum sampai jam 12, biar kena kanker kulit kalian semua! Dijemur sampai jam 10 menurut kalian hukuman saya kelewat batas kan? Tapi lebih kelewat batas lagi ulah kalian hari ini."
"Yang coba-coba kabur dari barisan, saya kirim surat DO ke Kepala Sekolah."
Kejam bener lo pak, kejam sangat. Bisa hitam gue dijemur sampe jam 10. Sekarang aja jam 9 ke atas disaranin untuk ga boleh berjemur, ini malah sampe jam 10. Bukan gue juga yang buat, malah gue juga kena imbasnya.
Gue lihat pak Sehun pergi ninggalin kita di lapangan panas-panas begini, ternyata dia naik ke lantai dua terus buka jendela dan ngawasin kita dari sana. Enak bener dia nyari tempat aman.
📱📱📱📱📱📱
-Sehun POV
"Kenapa Yeol tadi nelpon?" Gue nelpon Chanyeol sambil ngawasin mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK SEHUN
Fanfiction[ COMPLETED ] Sehun, guru mate yang galak di sekolah Sarah. Parahnya lagi, Sehun adalah tetangga sebelah rumah gadis itu. Kehidupan Sarah makin rumit ketika Ibunya menyuruh Sehun untuk menjaganya selama dua minggu dan anehnya, Sehun tidak keberatan...