Let Us Say Sorry

4.5K 212 1
                                    

Sepekan sudah lewat sejak Tina sadar. Hari ini Nick datang dengan wajah kusut, membuat Tina tersenyum geli melihat ekspresi sang tuan- eh maksudnya kekasih tunjukan sangat jarang atau bahkan tidak pernah terjadi

"Ayolah, Nick, Daniel-ssama akan marah padaku jika kamu tidak pergi. Lagi pula aku baik-baik saja" bujuk Tina

"Jika aku pergi siapa yang menjagamu?" Nick menekuk wajahnya kesal

"Ada Karin kan?" Tanya Tina

"Maaf Tina, aku juga di ajak ikut oleh mom. Mom ingin mengenalkanku pada semua orang" jawab Karin

Kini Nick memandang Tina dengan tatapan 'see? Dia juga ikut'. Tina hanya tersenyum saja

"Pokoknya aku akan bilang ke daddy, aku gak ikut!" ujar Nick

Tanpa keempat remaja itu sadari, orang tua mereka kini sudah ada di depan pintu sedang mendengarkan keluhan si pangeran. Namun, ucapan terakhir Nick membuat Daniel naik pitam

"Mana boleh begitu? Kamu mau mempermalukan keluargamu?!" Tina mulai menaikkan suaranya

Nick diam saja. Daniel di depan pintu kini tengah di tahan oleh Cornelia dan Jeanne putrinya

"Tina akan berhasil membujuknya dad, percaya padaku" ujar Jeanne meyakinkan ayahnya

Kembali pada keempat remaja di dalam ruangan

"Nick..." Panggil Tina pelan

"Pokoknya aku tidak akan ikut. Titik!" Lagi-lagi Daniel dibuat kesal oleh ucapan putranya

"Ayolah Nick, tuan besar akan menghukumku nanti. Memangnya kamu tega jika aku dihukum?"

Tak ada jawaban

"Gue gak nyangka lo tetep sama aja. Tetep kejam" sindir Tina tanpa tata bahasa yang baik

Mata Nick menyipit dan men-deathglare Tina

"Lo tau deathglare lo gak mempan sama gue"

"Gue tetep gak pergi, demi apapun!"

Tina menghembuskan nafasnya kasar. Membujuk kekasihnya ternyata jauh lebih sulit dari membujuk anak kecil. Sampai sebuah ide terlintas di kepala Tina

"Kamu beneran gak mau pergi?" Tanya Tina dengan lembut

"Iya gue gak bakal pergi!"

"Meski demi keluarga kamu?"

"Iya! Gue tetep gak akan pergi demi apapun!"

"Termasuk demi aku?"

"Hah? Maksud lo apa?"

"Maksud aku ya seperti yang aku bilang"

Alis Nick saling bertaut. Nick melirik Richie dan Richie hanya mengindikan bahunya

"Apa hubungannya sama lo?" Tanya Nick akhirnya

"Jelas ada Nick. Kamu bilang kalau kamu tak mau ikut karna tidak ada yang menjagaku, benar? Lalu, jika kamu betul-betul tidak ikut ibu dan ayahmu akan kecewa lalu, ketika rekan ayahmu menanyakan dirimu apa yang akan dikatakan ibu dan ayahmu?"

Nick kembali diam, Richie apalagi. Richie sibuk membayangkan ucapan Tina. Karin tersenyum mengetahui arah pembicaraan Tina

"Apa mereka akan bilang kalau kamu sakit, begitu? Ucapan adalah doa loh. Apalagi jika yang mengucapkan adalah orang tua. Nanti kalau kamu sakit betulan siapa yang menjaga aku?"

"Ya mereka jangan bilang gue sakit lah"

"Lalu, mereka harus bilang apa? Apa mereka harus bilang jika putra mereka lebih mementingkan seorang perempuan daripada keluarga yang sudah bersamanya sejak dia lahir, begitu?"

Nick kembali terdiam dia mencerna ucapan Tina baik-baik

"Jika mereka benar mengatakan itu. Seluruh orang yang datang di acara tersebut akan men-judge ku sebagai wanita kejam yang berusaha menghancurkan keluarga Russelldy. Lalu jika seperti itu mereka akan bilang jika Luna dan Lena lebih baik dari aku"

Tina menurunkan kakinya dari ranjangnya. Tangannya meraih pipi Nick yang kini duduk di kursi

"Ayolah, apa kamu mau mereka menyamakan aku dengan Luna dan Lena?" Ujar Tina

Nick menatap Tina, mencerna tiap perkataan Tina. Nick menutup matanya membuat Tina, Richie dan Karin waspada kalau-kalau sang prince mengamuk

"Hhh" Nick menghela nafas

"Oke, kamu menang. Aku pergi. Tapi, kamu disini sama siapa?"

"Ada perawat dan dokter disini, mereka akan menjaga aku"

Nick mengangguk

"Ini" Nick menyerahkan Glock 38 miliknya pada Tina

"Untuk jaga-jaga. Kalau ada apa-apa telfon aku. Lalu ini untuk melindungi kamu sementara"

Tina mengangguk mengerti

Seluruh anggota keluarga Russellldy yang berdiri di balik pintu juga turut merasa lega

"Itta darou(sudah aku bilang kan), dad" ujar Jeanne

Daniel tersenyum tipis

"Ayo pulang. Kita tunggu mereka di rumah saja" ajak Daniel

.....

Krieettt

"Nick?" Panggil Tina saat mendengar pintu ruangannya terbuka

Hening tak ada jawaban membuat Tina merasa was-was. Kini tangan Tina sudah memegang Glock 38 milik sang kekasih

"Dare?(siapa?)" Tanya Tina

Tak ada jawaban. Tina mendengar suara langkah kaki mendekat

Krek

Srrett

Mata Tina terbelalak. Kini Glock 38 itu sudah mengacung ke arah orang di depannya

"Ini kami lady" ujar seseorang yang suaranya Tina kenal

"Keith?"

"Yes, my lady"

"Apa yang kalian lakukan?"

"Kami ingin berbicara pada Lady"

"Nyalakan lampunya Keith"

Keith menurut, dia menyalakan lampu di ruangan itu

"Dimana Zen?" Tanya Tina saat dia tak melihat Zen disana

"Zen, dia sudah menghianati Lady"

Alis Tina mengernyit

"Lalu?"

"Kami menghukumnya Lady" ujar Sarah

"Lalu untuk apa kalian kesini?"

"Kami ingin meminta maaf pada Lady" ujar Keith

"Maafkan kami Lady. Kami lalai menjalankan perintah Lady"

"Kami berjanji tidak akan mengulangi ini lagi Lady" ujar Sarah

"Pulanglah. Aku sudah memaafkan kalian" suruh Tina

"Kami permisi Lady"

"Hn" Tina mengangguk

STEAL MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang