-FAITH-
3
.
.
."Unghh...."
Lenguhan kecil lolos dari bibir celah tipis itu, untuk kesekian kalinya mata kelinci itu kembali terbuka, dan untuk kesekian kalinya pula dia mengubah posisi tidurnya yang ia rasa tak pernah benar karena ini sudah ketujuh kalinya dia terjaga hanya untuk mencari posisi nyaman.
Namun, hey. Tubuh ringkihnya saat ini hanya beralaskan dipan, dan seumur hidup baru kali ini dia diperlakukan layaknya anjing liar, bahkan kucing peliharaannya dirumah memiliki tempat tidur yang hangat dan nyaman, haruskah dia iri pada kucing berbulu putih itu.
"Huft..." rasa dingin dipan itu benar-benar membuatnya terjaga malam ini.
Xiao Zhan bergeming dari posisi terlentangnya, mendudukkan tubuhnya yang kemudian ia sandarkan ketembok yang ternyata tak kalah dinginnya dari dipan.
Lagi, pemuda itu menghela nafas. Ruangan ini sangat gelap tanpa satu peneranganpun dan itu lah salah satu alasan kenapa matanya sulit terpejam, dia tidak bisa tidur dalam kegelapan.
Pemuda itu menjambak rambutnya frustasi, mengusaknya pelan membuat rambut itu semakin berantakan, tidak ada gunanya ia menyesali kejadian yang telah menimpanya, mungkin ini jalan terbaik yang diberikan Tuhan.
Xiao Zhan tidak akan protes untuk saat ini, namun gadis disanalah yang membuatnya tak kuat untuk tak berargument.
Walaupun ditengah gelapnya ruangan mata kelinci itu masih bisa menangkap dengan jelas sosok yang terbaring dipojok sana.
Sosok bermata bulat yang dengan tega menempatkannya diatas dinginnya dipan tanpa alas, tanpa selimut dan bantal, gadis itu hanya memberinya jaket sebagai penyangga kepalanya, persis seperti gelandangan.
Mata kelinci itu melirik skeptis, entah kenapa dia jadi menaruh dendam pada gadis yang telah menolongnya itu, menolong? Apa benar ini bisa dikatakan menolong.
Flashback On
Peluh yang membasahi tubuhnya membuat Xiao Zhan merasa sangat lengket dan gerah, jemarinya tanpa sadar menggaruk bagian-bagian tubuhnya karena rasa gatal yang tak tertahankan.
Sekarang dirinya terlihat seperti monyet karena terus menggaruk secara brutal, lebam ditubuhnya pun tak luput dari keganasan tangannya hingga membuat lebam itu semakin memburuk.
Asal kalian tahu, seorang Xiao Zhan itu tak akan pernah akur bila disandingkan dengan hawa panas dan juga keringat. Karena itu dia selalu membawa kipas hitam andalannya kemanapun dia pergi, namun di hari sial kemarin jangankan kipas, handphone saja dia tak membawanya.
Semua barang berharga termasuk identitasnya tertinggal dirumah neneknya yang jelas tak mungkin jika dia akan kembali kesana, bisa dipastikan pria-pria berotot itu akan kembali menghajarnya.
"Hey!! Tck... Kenapa kau hobi sekali melamun?!"
Xiao Zhan terperanjat saat sebuah suara tiba-tiba muncul dari belakang tubuhnya, dengan tangan yang tanpa sadar masing bersarang didadanya Xiao Zhan menatap garang gadis itu.
Namun gadis berhati batu itu sepertinya tak punya rasa takut, orang lain akan mundur perlahan ketika Xiao Zhan sudah berekspresi seperti itu, namun tidak dengan gadis ini yang malah semakin gencar mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH (Hiatus)
Romance"Zhanzhan.... Jika aku tak punya kaki, apa kamu mau menggendongku? Seumur hidupmu?" Desk: Kau tak pernah mempercayai apa yang dikatakan orang lain. Didunia ini hanya aku yang kau percaya, dan jika suatu hari nanti orang yang kau percaya ini mengatak...