2 : This Love

10.9K 800 27
                                    


Di UKS yang sunyi terlihat sepasang anak adam yang saling memandang. Dean dan Lilli, keduanya masih terkunci dengan tatapan masing-masing.

"Matamu indah" Dean menggumam lirih, hal itu membuat Lilli tersadar. Kemudian Lilli mengerjapkan matanya dan mundur beberapa centi dari Dean.

"A-aku akan pergi" Ucap Lilli, namun sebuah tangan menahannya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Dean

"Bajumu basah, jika kau tidak mengganti bajumu kau bisa masuk angin"

"T-tidak perlu, a-aku.." Belum selesai Lilli bicara, Dean sudah menarik tangannya.

Tap Tap Tap

Langkah mereka berdua terhenti di ruang ganti khusus tim basket Glion.

"Kau tunggu disini, jangan kemana-mana oke" Ucap Dean pada Lilli sebelum masuk kedalam ruang ganti, sedangkan Lilli hanya mengangguk patuh, namun tidak ada 2 menit Dean sudah berada di hadapan Lilli membawa sebuah jaket berwana hitam. "Pakailah, aku akan mengantarmu pulang"

"T-tidak, kau tidak perlu repot-repot" Lilli menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini"

"Kau bisa sakit"

"Kenapa kau peduli padaku?" Tanya Lilli penuh selidik sedangkan Dean hanya terdiam, ia sendiri juga tak tahu kenapa ia begitu peduli pada gadis berbadan gemuk dan berkepang ini. "Jangan pernah peduli lagi padaku" Ucap Lilli, sebelum berlari menjauh dari Dean.



______________________________________


Malam tiba, langit terlihat mendung tanpa cahaya bulan, bintang pun tak menampakkan diri barang satupun.
Terlihat seorang gadis tengah berdiri di dekat jendela, kepalanya mengadah memandang langit malam.

"Tutup jendelanya Lilli, sepertinya akan turun hujan" Ucap seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di ruang tengah

"Iya ibu" ucap Lilli, dengan segera ia menutup jendela kamar dan ikut duduk di samping wanita paruh baya yang di panggil ibu tersebut.

"Bagaimana dengan sekolahmu?" Tanya Ibu Lilli sambil mengusap rambut Lilli

"Seperti biasa bu"

"Kenapa kau tidak melaporkannya ke pihak sekolah hmmm?"

"Jika aku melaporkannya satu sekolah bisa-bisa malah membunuhku" terdengar helaan nafas kasar dari mulut Ibu Lilli. "Ibu tenang saja, aku sudah terbiasa. Ibu tidak perlu khawatir"

"Maafkan ibu Lilli, ibu terlalu sibuk mencari uang"

"Ibu tidak perlu minta maaf, ibu tidak salah apa-apa" Ucap Lilli sambil memeluk sang ibu. Lilli memaklumi sang ibu yang bekerja keras membanting tulang untuk biaya sekolahnya. Sejak ayah Lilli meninggal 5 tahun yang lalu, ibu Lilli membuka sebuah restoran kecil di dekat rumahnya.

Di dalam sebuah kamar yang di dominasi warna hitam, terlihat seorang laki-laki sedang berbaring di tempat tidur berukuran king size.

"Arghhh sial, kenapa aku terus memikirkan gadis itu" Ya laki-laki itu adalah Dean, sudah berkali kali umpatan keluar dari mulutnya. "Lilliana Lauren" gumamnya pelan

Tok Tok Tok

Ketukan pada pintu kamarnya membuat Dean menoleh pada pintu kamarnya.

Klekkkk

Pintu terbuka dan terlihat Mario yang membawa tas ransel hitamnya.

"Aku menginap disini" Ucap Mario meletakkan tas ransel tersebut

"Hmmmm"

"Ckkk, kau terlihat kucel sekali"

"Kau menghinaku?"

"Yaaa siapa yang menghina, bercerminlah maka kau akan tahu bahwa image tampanmu sudah hilang"

"Arghhh, ini gara-gara gadis itu" teriak Dean teredam oleh bantal.

"Gadis? Siapa? Kau jatuh cinta atau ada yang kurang ajar padamu?" Tanya Mario bertubi-tubi

"Entahlah, aku merasa jatuh begitu dalam saat menatap matanya"

"Kau jatuh cinta Dean, astaga siapa gadis beruntung itu hah??" ucap Mario sangat heboh.

"Kau tahu Lilliana Lauren?"

"Gadis gemuk kelas 2-1 itukan?"

"Ya"

"Tunggu sebentar, jangan bilang kau..."

"Ya"

"Astaga Dean, kau sedang tidak bercandakan?"

"Tentu saja tidak, dia begitu lucu" senyuman terlukis di wajah Dean

"Bahkan kau tersenyum membayangkan gadis itu, Oh Lord sadarkanlah dia" Mario mengguncang bahu Dean. "Apa yang kau lihat darinya? Dia jauh dari kata cantik, rambut berkepang, badan segemuk itu"

"Entah, dia sangat lucu. Mata indahnya sangat polos ketika mengerjap, dan tentunya dia tidak sama dengan gadis-gadis yang berteriak saat melihatku" Ucapan Dean membuat Mario terdiam, 'ada apa dengan sahabatnya ini' pikir Mario. "Tapi tadi dia menyuruhku untuk berhenti peduli padanya" ucap Dean sendu

"Jelas saja dia menyuruh untuk tidak peduli padanya, aneh bukan jika tiba-tiba ada yang peduli padamu padahal selama ini tidak ada satupun yang peduli padamu"

"Aku begitu penasaran pada gadis itu" Ucap Dean menerawang.

Pagi hari telah tiba, semua orang mengawali aktivitas mereka.
Glion High School terlihat ramai dengan aktivitas murid-muridnya. Berbagai macam kegiatan sedang di lakukan oleh beberapa murid. Namun berbeda dengan Lilli, gadis berbadan gemuk dan berkepang itu lebih memilih membaca di perpustakaa sekolah.

"Hhhh" Lilli menghela nafasnya kasar sebelum meletakkan buku yang baru saja ia baca. "Tidak Lilli, kau tidak boleh memikirkan Dean lagi" Gumam Lilli pada dirinya sendiri, ia cukup sadar dengan keadaannya saat ini, ia tidak akan mungkin pantas bersanding dengan idola para murid perempuan itu.

"Ssttt" Lilli mencari asal suara tersebut, saat menoleh kebelakang ia dihadapkan dengan wajah Dean, Lilli sontak berjengit kaget.

"D-dean" sedangkan sang empunya tersenyum sangat manis. "Kenapa disini?"

"Menemuimu" Lilli mengernyit bingung degan jawaban Dean. "Kenapa kau sangat lucu" Ucap Dean sukses membuat kedua pipi tembam Lilli bersemu merah. Dean yang melihat hal tersebut semakin mengembangkan senyumnya, tatapannya tak lepas dari wajah Lilli.

"Karena aku semakin yakin ini adalah cinta"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hehehehe, makin aneh nggak sih critanya? Vote dan commentnya jangan lupa ya^^ Happy reading and enjoy it :3 tebar poppo :* kkkkkk

Love You My Fat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang