Ada kalanya saat rindu datang. Menghampiri dalam sepi, mencekam. Berkumpul menjadi satu di dalam dada.
Namun saat rindu datang, tak ada yang bisa diperbuat. Hanya berdiam, menahan perihnya kerinduan yang teramat dalam. Akhirnya diluapkan lewat tetesan-tetesan air yang jatuh melalui pelupuk mata.
Begini rasanya merindu tanpa dirindui? Begini rasanya merindukan yang sudah lama pergi? Begini rasanya merindukan yang sudah melupakan?.
Berteman dengan rindu tanpa balasan itu sangat pedih.
Rindu, tanpa balasan justru lebih sangat amat menyakitkan dibanding dengan patah hati.
Memang benar, rindu itu sangat berat. Apalagi rindu jenis ini.
Bagaikan mencintai tanpa dicintai. Pedih, kan?Disaat sudah benar-benar melupakan, tapi semua gagal. Karena rindu yang datang secara tidak diundang.
Aku ingin berkata aku rindu. Aku ingin jujur. Tapi, sulit rasanya. Gengsi.
Apakah pantas aku merindukanmu?
Tentunya pantas.
Perihal rindu, itu hal wajar.
Apalagi rindu terhadap masa lalu yang begitu indah, walaupun berujung kepada sakit hati. Setidaknya ada kisah indah yang dilewati begitu banyak, sebelum sakit hati itu datang.
Dan sekarang, aku sangat merindukanmu.
Aku tahu, aku bodoh.
Sekarang ini aku mulai lagi berharap tuk kau kembali. Bodohnya aku mengharapkan sesuatu yang sudah tak mungkin lagi kembali.Sekarang saja, kau sudah menemukan rumahmu yang baru. Yang menurutmu nyaman untuk ditempati.
Tetapi, aku tidak.
Maafkan aku, masih terus berharap. Walaupun kau sudah tak mau lagi kembali.
Aku rindu.
Aku masih terus ingin berharap kau kembali.
Karena aku yakin, merpati sejauh apa pun ia terbang, sejauh apa pun ia berlabuh. Tempat untuk dia kembali hanyalah sangkarnya, rumahnya.Sama seperti cinta. Sama seperti kamu. Aku biarkan kau pergi, mencari rumah lainnya. Sampai nantinya kamu mendapatkan rumah yang menurutmu paling baik, paling nyaman, melebihi rumahku, baru saat itu aku berhenti berharap, juga merindukanmu.
Sampai aku pastikan dengan benar, bahwa kamu sudah mendapatkan rumah idaman yang selama ini kau cari.
Untuk saat ini, biarlah aku seperti ini. Mendekam dalam rindu yang menyesakkan dada. Ditemani air mata yang berkumpul di pelupuk mata.
Biarkan aku merindukanmu, sampai akhirnya akan terbiasa hidup tanpa bayang-bayangmu.
-Z.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati
Teen Fiction"Aku, bagaikan merpati. Mereka berdua bagaikan sayap kanan dan kiriku. Jika salah satunya patah, aku takkan lagi bisa terbang."