Hari ini jadwal untuk Zela balik ke kampus. Seperti kata Kak Rian.
Dan, hari ini hari kedua Fattan hilang. Sama sekali nggak bisa dihubungi. Zela menyibukkan diri, berusaha untuk melupakan Fattan yang hilang kabar.
***
"Halo, Zel?" Jawab suara diseberang sana."Lo dimana, Dri?" Tanya Zela.
"Di rumahnya Regina, Zel."
"Oh, udah balikan ya? congrats yaa! Gue ikut seneng."
"Thanks, Zel. Ada perlu apa Zel? Soal Fattan?"
"Nggak kok. Nggak jadi. Bukan soal Fattan juga. Udah ya, Dri. Titip salam yah buat Regina congrats udah balikan! Gue seneng dengernya."
"Iya, Zel. Regina salam balik."
"Yaudah, gue matiin ya teleponnya. Bye, Dri."
"Bye, Zel."
Telepon terputus. Zela tadinya mau minta tolong sama Adrian untuk anterin dia ke kampus. Tapi, dia nggak mau gangguin waktunya sama Regina.
Zela biasanya minta tolong ke Bang Ken, tapi sayangnya Zela sudah kembali LDR lagi dengan Papa dan Bang Ken.
Dan akhirnya, dia pergi sendiri. Beruntung karna Mang Diman supir keluarga Zela yang baru bekerja selama 1 tahun sudah datang.
Zela diantar Mang Diman.
Zela masih lemas. Murung lebih tepatnya. Kayak bukan Zela biasanya.***
Setelah sampai, Zela langsung turun dan berterima kasih pada Mang Diman.Saat baru menginjakan kaki di lapangan kampus, Kak Rian datang menghampiri Zela.
"Hai. Zela kan?" Tanya Kak Rian.
"Iya kak."
"Ayo ke ruangan pembinaan. Semuanya udah pada ngumpul."
Zela mengangguk mengerti dan langsung berlari menuju ruang pembinaan.
***
Di ruang pembinaan beasiswa yang sangat ramai dan biasanya asik, Zela masih saja murung. Pikirannya masih berkutat pada Fattan yang sampai sekarang hilang kontak."Oke. Hari ini kegiatan kita cuman pengumpulan data diri dan hasil tes sesuai syaratnya aja. Nggak ada kegiatan lain. Karena semuanya udah kumpulin, kalian boleh pulang sekarang. Terima kasih atas waktunya." Ucap Kak Rian menutup kegiatan singkat hari ini.
Doa Zela terkabul. Dia ingin cepat-cepat pulang karena lagi nggak mood buat ketemu orang.
Semua mahasiswa maupun mahasiswi yang ikut serta dalam kegiatan itu pun bubar.
Zela berjalan dengan malas. Wajahnya masih tetap murung. Dia berjalan sendirian.
"Zela!" Teriak seseorang.
Zela mengikuti arah suara tersebut.
"Kak Rian? Ada apa kak? Data saya ada yang kurang?" Tanya Zela.
"Nggak. Dari tadi gue perhatiin lo murung gitu kayak nggak ada semangat hidup." Receh Rian.
Zela hanya tersenyum.
"Lo udah sarapan? Pucet banget loh." Ucap Rian.
"Belum kak."
"Kita lagi off time kampus. Nggak usah terlalu formal. Bahasa senioritas cukup pas on time kampus aja. Panggil aja Rian."
"Oke. Rian."
"Yuk, sarapan bareng. Mumpung masih waktu sarapan." Tanpa mendengar jawaban Zela, Rian langsung menarik tangan Zela dan berjalan menuju kantin kampus yang buka walaupun lagi off time kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati
Teen Fiction"Aku, bagaikan merpati. Mereka berdua bagaikan sayap kanan dan kiriku. Jika salah satunya patah, aku takkan lagi bisa terbang."