Chapter VIII

26 3 0
                                    

"Apaan sih!" Katanya disertai pipinya yang merah.

"Yaudah kalau gitu. Gue cabut ya? udah diusir nih sama si Zela gendut! lagian udah malam nih." Kata Fattan.

"Yaudah. Balik gih. Jalannya hati-hati. Jangan liat belakang ya." Balas Zela.

"Kenapa?" Kali ini Ken yang angkat suara.

"Ya jangan aja. Jalan kan liat kedepan. Kalau liat ke belakang ya kesandung." Jelas Zela dengan muka polosnya.

Fattan tertawa sebentar. Kemudian melihat kearah mata Zela lekat-lekat. Dan bibirnya melukiskan senyum.

Zela tak kuat menahan lagi. Dia membalas senyum Fattan. Senyumnya terlalu manis untuk dibiarkan begitu saja tanpa dibalas.

"Suratnya jangan lupa dibaca. Gue cabut ya? jangan lupa pantengin HP. Balesnya jangan lama. Nanti gue kangen." Kata Fattan ketika sampai di depan pintu.

Zela hanya mengangguk tanda mengerti, dan tersenyum penuh makna pada Fattan.

Fattan membalas senyumnya disertai dengan lambaian tangan.
Kemudian, berlalu meninggalkan Zela.

"Cielah. Senyum mulu dek. Gila ya?" Ucap Ken yang sedari tadi menatap adiknya yang senyam-senyum sendiri layaknya orang gila.

"Iya nih bang. Bawa gue ke RSJ sekarang!" Jawab Zela

***
Zela naik ke lantai atas. Duduk di markas mereka bertiga. Di balkonnya.

Dia membuka surat dari Fattan. Ini surat keberapa ya yang dikasih Fattan?

Entahlah. Mereka berdua seperti orang zaman dulu yang sedang menyatakan perasaan masing-masing.

Well, its 2k17 brah.
But Fattan still wrote a letter for tell Zela how's his feel. Karena menurut Fattan, lebih romantis menyatakan di surat dibandingkan menyatakan lewat chat line.

***
Untuk, Zeladita.

Aku tahu, setiap makhluk yang diciptakan Allah. Sudah dipersiapkan pasangannya sendiri.

Aku tahu Zela, belum tentu aku berjodoh dengan kamu.

Tapi, apa salahnya untuk mencoba?

Apa salahnya untuk berusaha?

Berusaha untuk membuat kamu menjadi jodohku, misalnya. HEHEHE.

Kamu tau, apa yang buat aku tergila-gila dengan kamu?

Mau tau aja apa mau tau banget?

Hehe.

Rasa cinta aku ke kamu, datang tanpa alasan. Tanpa diundang. Dan, nggak mau pergi dari sini. Dari hati aku.

Jangan marah ya sama aku.

Karena aku cinta sama kamu, jangan marah sama akunya ya.

Hati aku nih yang bandel. Maunya sama kamu aja.

Aku sudah berusaha melawannya. Tapi, sama aja Zel. Aku tetap kalah melawan perasaanku sendiri.

Karena nyatanya, perasaanku ke kamu lebih kuat.

Mau tak mau, aku harus menerima dan harus memenangkan hatimu!

Semoga kamu suka sama kadonya.

Maaf, aku lebih suka  menulis surat cinta berdasarkan perasaanku,  dibandingkan menyatakan perasaan
melalui chat line.

Mencintai tak harus memiliki kok, Zela. Karena belum tentu juga memiliki itu mencintai.

MerpatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang