Chapter XII

20 2 0
                                    

"Beneran bukan sepupu, Dri?" Tanya Zela memastikan lagi.

"Beneran. Kalau iya, mana mungkin gue nggak kenal."

"Terus siapa dong, Dri? Anak kampus kita? Gue belum pernah liat tu orang di kampus."

"Gue juga. Udahlah Zel. Nikmatin dulu minumannya. Nanti kalau udah nyampe di rumah lo, baru kita mikir keras."

Zela diam. Nggak berkutik sepatah kata pun.

Zela masih tetap memperhatikan Fattan dan perempuan yang bersamanya sambil menyantap minumannya.

Adrian yang melihatnya juga ikut penasaran sekaligus kasihan dengan Zela.

"Zel? Are you okay?" Tanya Adrian.

"Nggak apa-apa kok, Dri." Zela tersenyum.

Tapi, Adrian tahu. Senyumnya kali ini, nggak sama kayak biasanya.

***
Zela masih memperhatikan mereka berdua.
Tampaknya Fattan begitu bahagia berbincang dengan perempuan itu. Raut wajahnya, ekspresinya sama ketika dia berbincang dengan Zela.

Tapi, Zela nggak mau berpikir yang macam-macam sama Fattan.

Dia lebih milih untuk sakit hati, dibandingkan kehilangan Fattan.

Dia yakin, sangat yakin. Kalau apabila nantinya dia tahu ada yang salah dengan mereka berdua. Dia dan Fattan bisa menyelesaikannya dengan baik-baik.

Zela memang terlalu sayang sama Fattan.

Walaupun sebenarnya sifatnya cuek. Tapi, rasa sayangnya ke Fattan nggak secuek sifatnya.

Entahlah. Zela pusing memikirkannya. Dia berpikir lagi. Dia mungkin nggak akan dan nggak pernah bisa kuat kalau nantinya Fattan pergi. Fattan say goodbye.

Dan Zela tentunya nggak bakalan mau
hal itu sampai terjadi.

Fattan itu cinta pertama Zela.

Mungkin bukan cinta pertama. Tapi pacar pertama. Juga orang pertama yang kasih dia kenangan begitu banyak. Orang yang mampu bertahan dengan sifat Zela yang bisa dibilang super duper childish.

That is why, Zela don't wan't and never ever wan't to lose Fattan. Zela loves him so damn freaking much.

Kalaupun Fattan pergi. Zela nggak akan pernah mau buka hati lagi buat siapapun itu. Karena Zela tahu betul. Dia nggak akan pernah bisa buka hati buat siapapun. Karena hatinya cuman buat Fattan.

Fattan juga begitu. Dulu.

Setelah kejadian hari ini, Zela dilema. Bingung.

Apakah masih ada Zela di hatinya Fattan?

Tapi, apapun yang terjadi Zela selalu percaya sama Fattan. Dan berusaha throw the negative thinking about him. Zela is the foolish one. And she knew it. But, she will be yang paling bodoh.  Kalau dia biarin Fattan pergi.

***
Zela masih tetap memandang mereka berdua. Adrian dan Zela nggak bakalan minggat sebelum Fattan dan si perempuan itu minggat duluan.

Mereka berdua hari ini bakalan berperan jadi detektif Adrian dan Zela. Untuk menjalani misi; 'nguntit Fattan.'

Tak lama kemudian, Fattan dan perempuan itu berdiri. Mereka keluar dari cafe.

Dan yang paling menyesakkan adalah, perempuan  itu mengandeng tangan Fattan saat keluar dari cafe.

Sudah tak sabar, Zela pun ikut berdiri dan langsung menarik Adrian keluar.

"Eh. Zel, Zel bentar!" Adrian menahan tangan Zela.

MerpatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang