Chapter II

34 4 0
                                    

"Bahkan, kalau malam berganti sekalipun nggak akan mampu dan bisa merubah kita sekarang, ataupun nanti."
➖➖➖
"Eh, bel masuk tuh." ucap Fattan  setelah mendengar bel masuk berbunyi.

Gue, Adrian, dan Fattan langsung cabut ke kelas.

Sial. Pas gue dan Fattan sampai di kelas, guru jam mata pelajaran terakhir sudah ada.

"Dari mana saja kalian? kirain kalian ini siapa?" celotehnya.

"Kami siswa bapak, kan" jawab Fattan sembarangan.

"Iya, saya tahu. Tapi apakah pantas kalian masuk di kelas disaat saya sudah ada dan sedang mengajar?"

"Yaelah pak, baru juga terlambat nggak nyampe 5 menit pak, sensi banget."

Gue menyenggol tangan Fattan. Karna berhubung ngomongnya mulai ngelantur.

"Jangan-jangan bapak ini PMS, ya?" Lanjut Fattan.

Pak Tarto menatap kami dengan tatapan mautnya. Serem. Kayaknya abis ini kita bakalan di eksekusi mati. Dan, kalau its happend, its because Fattan!

Alhamdulillah. Ternyata nggak jadi di eksekusi mati. Tapi, disuruh berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran Pak Tarto habis. Ditemani papan gantung yang bertuliskan; 'Kami anak kurang kerjaan, yang tidak sopan dan suka gangguin guru'.

Jadi pengen berkata kasar.

"Gara-gara lo ni, Tan!"

"Lah, gue lagi. Ya kan gue jujur" jeda.

"Ya siapa tau aja Pak Tarto emang lagi PMS. Biar gue beliin kiranti entar."

"Ah, bodo amat lah. Kesel banget gue"

"Ya udah si. Lo juga jangan-jangan PMS, ya?!"

"Malah dicandain. Bego lo, Tan SETAN!"

"Anak orang dikatain setan. Gini-gini juga kan lo sayang"

"Naik darah gue ngomong sama lo."

"Ya diturunin dong. Nanti stroke lho, Zel"

"Nyumpahin, ya?!"

"Ya kurang lebihnya gitu sih, hehe." Fattan nyengir.

"Ah, lo emang setan banget."

"Ya terus? ngapain masih disini? setan kan dari api. Sejenis sama Iblis. Nggak gerah?"

"Ya gerah sih."

"Terus ngapain lo masih disini?"

"Bego lo. Kan kita lagi dihukum."

"Ya cabut aja kali."

"Nggak mau cari mati gue."

"Mati kok dicari. Jodoh tuh dicari. JONES!"

"Kok kesel ya."  Jeda.

"Terus, emangnya lo nggak jones?"

"Ya, jones juga sih."

"Jones kok ngatain jones. Ngaca, Pak."

"Ya gue kan khilaf. Suka lupa gitu kalau gue itu sebenernya jomblo." Jeda

"Setidaknya nggak ngenes kayak lo sih."

"Bangsurd"

"Emang enak? dijauhin mulu dari kaum adam kan. Gara-gara terlalu 'kelaki-lakian' "

"Setan lo." jeda.

"Sekalipun gue ini 'kelaki-lakian' ya, tapi gue masih ada jiwa female kok."

MerpatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang