Sore ini adalah sore yang kesekian kalinya membuat Sherly teringat seseorang yang jauh disana. Seseorang itu mungkin sangat di rindukannya, namun hatinya terlalu sakit untuk mengakuinya. Bahkan untuk menyebut namanya.
Sudah dua tahun, semenjak kepulangannya dari Singapura. Setelah ia menempuh pendidikan di Singapura selama empat tahun, Sherly dan seluruh keluarganya pindah ke Bali. Sebuah Provinsi yang di tinggali oleh keluarga besarnya. Kakek dan Nenek dari kedua orang tuanya. Setelah tinggal di Bali, Ayahnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan melanjutkan usaha kecil-kecilan milik Kakeknya. Usaha kecil-kecilan tapi cukup menjanjikan.
Bulan depan, tepatnya tanggal 6 Desember untuk kesekian kalinya. Semuanya sudah terhitung enam tahun lamanya. Itu semua memang sudah berlalu. Namun hati dan pikiran Sherly masih memikirkan tentang itu semua. Pahit dan manisnya masih terekam dengan rapi di otaknya.
Sherly mengaduk minumannya dengan bosan. Sudah berapa kali ia menghela napas ketika mengingat semuanya. Kenapa semuanya masih terasa menyakitkan? Tidak bisakah dia melupakannya saja?
Sherly menoleh ke arah pantai, saat ia menyadari matahari sudah semakin rendah. Matahari itu sudah mau terbenam dan meninggalkan tempatnya berpijak. Matahari itu akan di gantikan oleh bulan. Apa dia tidak bisa seperti itu? Meninggalkannya dan melupakannya begitu saja. Atau meninggalkannya dan menggantikannya dengan hal yang baru.
Lagi-lagi yang hanya bisa Sherly lakukan hanyalah menghela napas. Ia melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WITA, sudah dua jam lebih dia disini.
Entah kenapa belakangan ini, ia suka menulis sebuah puisi atau surat. Surat yang tidak tahu akan di tuju untuk siapa. Mungkin surat itu memang tidak akan pernah di kirim kesiapapun.
Hei!
Kamu yang jauh disana, apa kabarmu? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu sudah berhasil melupakanku? Apa kamu masih saja seperti dulu atau sudah berubah? Terlalu banyak pertanyaan bukan? Memang banyak sekali, mungkin bisa sampai jutaan.Kamu tahu?
Kamu adalah seseorang yang sudah menghiasi hidupku. Aku sadar kalau aku jahat, meninggalkanmu begitu saja.Sherly menghentikan aktifitas menulisnya saat mendengar HPnya berbunyi. Siapa yang meneleponnya?
"Hallo?"
"Hei Sher! Kamu dimana?"
Sherly tersenyum tipis saat mendengar suara satu-satunya teman di Bali. Teman yang menemaninya selalu. Satu-satunya teman yang melihatnya saat sedih dan sangat memperhatikannya.
"Aku di kafe biasanya, The Moment Kafe."
"Tunggu aku ya! Aku otw kesana nih, ada yang mau aku bicarain sama kamu."
"Oke Val, aku tunggu ya."
Sherly menoleh ke arah pantai lagi. Pemandangan ini adalah pemandangan favorit bagi Sherly. Mendengar deburan ombak dan melihat bagaimana aktifitas banyak orang di pinggir pantai. Ombak itu kembali menggulung lalu dia kembali menyapu pantai disana. Terus seperti itu.
Hidup yang baru ini pun seperti itu. Terus berulang-ulang tanpa adanya sebuah perubahan yang besar. Sedikit membosankan tapi cukup membuat hati ini tidak sakit lagi. Walau beberapa kali rasa sakit ini terkadang kembali muncul.
Sebuah luka yang parah sekali akan susah untuk sembuh dan kembali seperti semula.
"Sherly!"
Sherly menoleh ke temannya itu, ia melirik jam tangannya dan menatap temannya heran. "Cepat banget kamu kesininya, ngebut ya?"
Vale -teman Sherly- menggeleng, "Tadi aku memang ada di sekitar sini dan aku keingat kamu. Aku langsung aja ngarah kesini sebelum nelepon kamu, pastinya aku hapal banget kebiasaan kamu setelah pulang kerja makanya aku percaya diri banget kalau kamu disini."

KAMU SEDANG MEMBACA
{2} ILY ( I Love You or I Leave You )
Romantizm"Yang ku pikirkan sekarang adalah bagaimana menyembuhkan hati ini dan melupakanmu." - Sherly Alyssa "Apa tidak ada lagi 'aku' di hatimu? Apa kamu tidak bisa memberikanku sebuah kesempatan terakhir?" -Azka Ivander Sangster --- Ada beberapa...