"TUHKAN GUE BILANG JUGA APA!!1!1!"
"TAU TUH LONYA AJA YANG NGGAK PERCAYAAN!!!!"
Chaeeun harus merelakan kedua kupingnya yang diteriaki oleh duo lumba-lumba ini, Yeri dan Joy.
"Ck, mana gue tau sih, soalnya nggak jelas banget dia suka gue apa engga, eh, datang-datang langsung nembak gue. Kan aneh!" celoteh Chaeeun membela diri sendiri.
Kalian bisa tebak, kan? Apa yang Chaeeun katakan pada mereka? Jelas. Chaeeun udah kasih tau semua gimana Seungcheol menembaknya lewat surat.
"Tapi si Seungcheol nggak gentle banget nembak lo lewat surat, bukan boyfriend material menurut gue," ujar Sejeong yang langsung disetujui oleh Chungha dan Saeron.
"Gue saranin jangan mau deh," kata Chungha ikut nimbrung.
"Lah, emang kenapa kalo dia gue tolak?"
"Lah emang lo mau nerima dia, Chae?"
"Yah.... Belum tentu sih..." Chaeeun berujar sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal itu.
"Pokoknya jangan, lo belum tau mas-HMPHHH" belum sempat Yeri menyelesaikan kata-katanya, mulutnya sudah dibekap oleh Saeron yang kebetulan duduk disampingnya.
"Udah, masalahnya nggak usah dikasih tau, biar Chaeeun aja yang tau sendiri, gausah spoiler spoiler," ujar Chungha sambil menatap Chaeeun yang melongo.
"Tapi gue heran, Chaeeun udah beberapa minggu disini masih belum tahu sama masalah Seungcheol apaan," kata Saeron ikut menimbrung.
Perkataan Saeron langsung disetujui oleh teman-temannya, minus Chaeeun pasti.
Tiba-tiba, otak Chaeeun flashback dimana Ia memergoki Seungcheol yang terlihat bersama cewek digang sempit itu saat Ia ingin pergi ke Cafe dekat sekolah, untuk menyampiri Taeyong yang ingin menjemputnya waktu itu.
Chaeeun langsung menggeleng pelan dengan cepat, itu udah lama, udah basi.
Akhirnya dia hanya menghela nafas sambil memutuskan untuk duduk bersandar sambil melamun dikelas.
+++
"Chaeeun," panggil seseorang membuat Chaeeun tersentak kaget, Ia langsung menoleh dengan cepat kearah sumber suara.
Setelah mengetahui siapa orang tersebut, Chaeeun melengos. Dia langsung membuka lokernya untuk mengambil beberapa buku disana.
Seseorang itu menyandar disamping loker dimana Chaeeun berada, membuat Ia mendelik, menoleh kearah seseorang itu dengan tatapan sinis.
"Lo tuh, ya, emang bego banget jadi orang," kata seseorang itu memulai pembicaraan.
"Lo tuh, salah satu orang yang paling gampang dikerjain dari sekian banyak korban yang gue jumpai," lanjut orang itu dengan santai melipatkan kedua tangannya didepan dada, menatap Chaeeun dengan tatapan mengejek.
Tapi Chaeeun tidak peduli.
"Gimana, efeknya kuat banget deh kayanya?" kata orang itu yang bisa kalian tebak, Jennie langsung tertawa terbahak-bahak.
Chaeeun menutup pintu lokernya- ah, lebih tepatnya dibanting membuat Jennie berhenti tertawa dan beberapa murid yang berlalu lalang menatapnya kaget.
Chaeeun masih dalam posisi memegang pintu lokernya dan menoleh kearah Jennie dengan tatapan tajam, "sumpah, ya, lo licik banget, sumpah."
Jennie hanya menatap Chaeeun remeh, "lagian elonya aja yang mau dibohongin,"
"Gue kira lo emang beneran berniat baik, lagian gue orangnya nggak suka musuhan, jadi nggak ada salahnya gue terima pertemanan elo. Ternyata gini ya elo, licik banget," cibir Chaeeun kesal masih dengan tatapannya yang tajam.
"Berapa orang yang udah lo lakuin kaya gini, hah? Kalo mereka ada apa-apa gimana? Lo mau tanggung? Bego ya, lo, walaupun itu bukan racun, itu buat orang sakit banget. Lo mau ngerasa?" lanjut Chaeeun mengebu-ngebu.
"Lo nih? Yang dicap sebagai wanita yang paling ditakuti satu sekolah? Ck, pantes. Kelakuannya aja kaya gitu. Kak Taeyong's enthusiast? Ck, he didn't deserve you anyways." sindir Chaeeun sambil tersenyum meremehkan ke arah Jennie yang melongo.
"Pantes aja kak Taeyong milih Jisoo," kata Chaeeun, sambil berdehem. "Seenggaknya kelakuan Jisoo nggak seburuk elo," Ia menyelesaikan kalimat itu dengan mulut gatal, dalam hati sebenarnya dia udah nggak setuju sama omongannya.
"Gue pergi dulu, ya, Ciao." kata Chaeeun meninggalkan Jennie yang masih melonggo didekat lokernya.
+++
"Ten!"
Pemuda yang dipanggil namanya itu menoleh, menemukan Chaeeun yang berlari kecil kearahnya.
"Kak Johnny mana?"
Ten menangkat kedua bahunya, "diruang osis, kali," jelasnya. "Udah ah, gue mau lanjut salin pr. Gausah ganggu lo."
Chaeeun hanya mengumpat kesal tanpa suara, lalu berjalan kearah bangkunya sendiri. Disana, udah ada Joy, Sejeong, dan Chungha yang sibuk ngerumpi.
Dia langsung duduk dibangkunya dan meletakkan buku yang daritadi Ia peluk diatas meja.
"Woy, datang juga lo,"
Chaeeun menoleh kearah Chungha lalu tersenyum, "sumpah tadi gue keren banget sayang loh kalian nggak liat,"
"Hah? Emang lo ngapain?" tanya Joy penasaran.
"Gue tadi ngatain Jennie," jawabnya dengan bangga.
Sejeong, Joy, sama Chungha udah menangga dengan kaget.
"HAH?? SERIUS ANJING?" pekik Joy nggak selo.
Chaeeun hanya memutar kedua bola matanya, "seriusan loh. Cewek rubah yang terkenal licik ini berhasil gue katain habis-habisan tadi didepan loker IPS."
"Lah, nggak takut dilabrak lagi lo edan?" celetuk Sejeong yang masih nggak percaya sama omongan Chaeeun.
"Gue nggak takut," jawab Chaeeun enteng.
Tiba-tiba Hoshi masuk kelas sambil menyanyikan lagu Bang Toyib. Rusuh lagi ini kelas.
"Udah mirip sama konser EXO nih kelas kita," celetuk Chungha dengan kesal menatap Hoshi yang sedang menyanyi-nyanyi tidak jelas didepan kelas.
Sejeong hanya menggeleng-geleng kepalanya, "mentang-mentang jam kosong ya, malu gue,"
"Gue baru masuk beberapa minggu aja udah kebal," ujar Chaeeun sambil menatap anak kelas yang udah nyanyi bareng-bareng sama Hoshi.
Tadi baru aja ngatain Hoshi ngerusuh dikelas, menit berikutnya mereka berempat udah join nyanyiin lagu Bang Toyib barengan.
Saat asik-asik menyanyi, ponsel Chaeeun bergetar, membuat Ia refleks berhenti menari dan segera mengambil ponselnya yang terletak disaku bajunya.
Chaeeun menghela nafas membaca pesan dari orang ini.
Gue lupa, dia masih ada perjanjian sama orang ini.
Jisoo: heh
Jisoo: udah jauhin sih taeyong belum sih
Jisoo: gini nih gue kesel
Jisoo: bisanya ngomong doang nggak ada pergerakan
Jisoo: mau gue labrak ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Taeyong [✔]
FanficLee Taeyong. // Love at the first sight? Cliché. But it was meaningful. © woobaragi, 2017.