0.3

12.9K 808 24
                                    

"Aku akan menikah ka" Sisi menatap kearah depan disana ada pria tinggi tak kalah tampan dari calon suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan menikah ka" Sisi menatap kearah depan disana ada pria tinggi tak kalah tampan dari calon suaminya. dia adalah cinta pertama Sisi, pria di depannya tidak menghiraukan Sisi, terlalu serius dengan kertas-kertas di mejanya.

"Ka Junot, bisa denger aku ga?" Rengek Sisi, ini adalah penolakan yang kesekian kalinya Sisi dapatkan dari pria tampan di depannya.

Herjunot Ali adalah pria tampan, pintar, baik, ramah dan dewasa tentu saja di usianya menginjak tiga puluh tahun tak urung menghilangkan ketampanan pria tersebut, gadis-gadis ingin melemparkan tubuhnya pada Junot termasuk Sisi. 

"Kenapa sih kakak selalu cuek sama aku, aku suka kakak dari dulu semenjak papah kenalin aku sama kakak, kakak selalu menolak. Bahkan aku akan menikahpun kakak masih tak menghiraukan aku!" Sisi merenggut akhirnya pria terkaya di indonesia itu menghela nafasnya dan memandang Sisi dengan raut tak terbaca.

"Sudahlah aku tak perduli kamu menikah, mati sekalipun itu bukan urusan ku" balas Junot merasa terganggu dengan gadis manja di ruangan miliknya.

"Tapi aku gamau nikah sama dia, aku maunya nikah sama ka Junot, kakak yang dewasa, baik, dan ramah meskipun itu tidak berlaku untukku, aku cinta sama kamu kak!" Rengekan Sisi membuat Junot lagi-lagi menghela nafasnya.

Gadis di depanya itu benar-benar menyebalkan senang sekali mengganggu. jika saja bukan karena ayah Sisi yang telah meninggal dekat dengan dirinya mungkin Junot tak pernah ingin berurusan dengan gadis menyebalkan seperti Sisi.

"Mau kamu apa? Bukankah itu bagus kamu menikah dan tidak akan mengangguku lagi?" Tanya Junot dengan raut kesal.

"Siapa bilang?" Sisi mengangkat dagunya, "Aku akan terus ganggu kakak, lagi pula pernikahan aku sama dia hanya pernikahan kontrak, aku datang kesini mau kasih tau kakak, kakak harus menungguku bercerai, karena aku akan datang kembali padamu kak" ucapan Sisi membuat Junot menghela nafasnya, sebegitu berharganya kah dirinya ini?

"Terserah" pria itu kembali menekuni berkas-berkas di depanya, Sisi tersenyum berjalan kearah pria tersebut, membuat Junot mengangkat wajahnya, "Kamu mau apa?" Tanya Junot dengan curiga, Sisi tersenyum dan duduk di depan meja pria itu dengan gerakan sensual.

"Aku bilang aku mau ganggu kamu kak!" Dan detik itupun Sisi memonyongkan bibirnya siap mencium Junot, pria itu menahan kepala Sisi dengan satu tangan.

"Pergi kamu, kamu benar-benar gila Sisi!" Ucap Junot dengan kesal.

Sisi tersadar dan kembali merenggut, sebenarnya gadis itu lucu menurut Junot sayang dia adalah gadis cerewet yang pernah Junot temui. Sisi kembali berdiri dan menatap Junot dengan kecewa.


"Aku mau cium kakak!"

Tok tok

Suara ketukan membuat keributan di dalam ruangan Junot terhenti, Sisi melipat tanganya di dada melihat sekertaris Junot yang seperti ondel-ondel, make up dan bajunya itu lebih pantas untuk ke pasar malam dari pada bekerja.

"Pak maap, ada tamu" sekertarisnya berucap dengan hormat, Sisi tak menghiraukan dia tetap berdiri di samping Junot pangerannya.

"Suruh dia masuk Lily" ucapan Junot membuat Sisi merenggut, hari ini dia bertekad untuk mengganggu pria itu, perusahaanya dia serahkan pada Nick dan sekertarisnya yang lain, Nicholl memang selalu bisa di andalkan.

"Selamat siang" suara didepan membuat Sisi menaikkan alisnya pasalnya pria itu adalah calon suaminya. 

Wanita itu semakin mendekati Junot menunjukan bahwa pria di sampingnya itu adalah pria impianya, Digo menaikan alisnya merasa heran melihat Sisi berada di tempat yang sama dengannya.

"Digo Syarief" suara Junot memecahkan keheningan diantara mereka bertiga, Digo tersenyum "Ah sudah lama sekali kita tidak bertemu" ucap Digo, Junot mengangguk dan berjalan kearah depan melewati Sisi yang menghalangi jalannya.

"Silahkan duduk, rasanya aneh seorang Digo datang kemari" Junot mempersilahkan pria itu duduk, Sisi mengikuti Junot dan duduk di sampingnya.

"Sisi?" Tanya Digo menaikan alisnya, Junot berpaling kearah Sisi dan tersenyum, "Ya dia wanita yang datang bersama anda kepesta bukan?" Ucap Junot itu pernyataan bukan pertanyaan.

Digo mengangguk dan mengulurkan tangan ke depan, Sisi menaikan alisnya merasa malas untuk berbasa-basi. "Apa yang di lakukanya disini kak?" Wanita itu merenggut dan memeluk lengan Junot, membuat Digo menaikan alisnya ada hubungan apa di antara Junot dan Sisi, setahunya mereka tidak pernah datang bersama ke pesta dan Sisi membenci para pria.

Ya memang Sisi membenci semua pria tapi tentu saja kecuali Junot pangeranya.

"Saya senang bisa bekerja sama dengan anda" ucap Digo, setelah mereka berbicara tentang bisnis yang akan mereka jalani kedepan, mereka sengaja meeting berdua menurut mereka ini hanya sebuah perkenalan.

Digo tak menyangka  melihat Sisi tertidur di pundak Junot, padahal tadi gadis itu terlihat bersemangat ketika mendengar mereka berbicara, selang beberapa menit bahu Junot telah menjadi bantal Sisi membuat digo merasa aneh, bukankah wanita itu calon istrinya apa yang dilakukanya disini, tapi Digo tak ingin bertanya sekarang.

"Baiklah saya harus pergi, sepertinya kekasih anda juga lelah" ucap Digo kearah Junot, pria itu mengangguk tanganya memindahkan posisi tidur Sisi, agar bersandar kearah paha pria itu.

"Anda terlihat sangat menyayanginya" ketika Digo membalas jabatan tangan junot, Pria itu terkekeh tapi tak menjawab apa yang di katakan Digo.

"Maaf sekali saya tidak bisa mengantar anda kedepan"

"Tidak masalah saya bisa sendiri" Digo mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan pria itu, setelah Digo keluar dengan rasa penasaran yang menggunung, Junot tersenyum meneliti wajah Sisi yang terlelap.

"Dasar Nona cerewet" Junot mencubit hidung mancung Sisi dan membawa gadis itu kedalam sofa yang lebih besar, Sisi mencari kenyamanan dan kembali tidur terlelap.

Junot meraih ponselnya dan menghubungi seseorang untuk menggunakan jasanya.

"Hallo---  cari tahu siapa yang akan dinikahi Sisi latuconsina"

***

Cafe itu terlihat sepi karena Digo memesan privat room Chelsea adalah wanita yang dicintai Digo, Chelsea bukan gadis kaya raya dia hanya seorang guru TK yang mengenalkan Digo tentang apa itu kasih sayang.

Dan karena itu lah Digo tak ingin merusak wanita itu, menurutnya cinta itu artinya menjaga, menjaga milinya.

"Aku akan menikah" ucapan Digo membuat Chelsea sedikit tersentak, pasalnya mereka telah berhubungan selama dua tahun, meskipun Digo sering membawa artis atau wanita-wanita malam tapi dia tau cintanya itu hanya untuk Chelsea. Chelsea tidak menyangka kali ini Digo membawa kabar pernikahan.

"Denganku?" Tanya Chelsea, ada rasa hangat ketika tahu pria itu akhirnya memutuskan untuk menikah.

Digo tersenyum kearah Chelsea dan menghirup nafasnya dalam.

"Aku akan menikah dengan---"

NONA CEREWET (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang