2.2

9.8K 737 41
                                    

Junot tersenyum kearah Sisi dengan merekah.

"Saya gatau kalau cewek kaya kamu yang di bawa Roman kali ini"

"Om"

Suara Roman membuat orang-orang disana melirik ke arah Junot, pasalnya pria itu tak pernah membuka suara tentang wanita, terlebih wanita yang di bawa Roman ketika berkumpul, jujur saja Roman sang don juan sering silih berganti mengganti pasanganya.

"Kali ini aku serius sama Sisi mom dad" ucap Roman kearah orang tuanya. Yang disambut senang.

"Bukanya dia istrinya Digo?" Rasya menimpal saudara tiri Roman itu memang sedikit menyebalkan.

"Mereka akan bercerai, benar kan sayang?" Roman berpaling kearah Sisi menangkupkan tangannya.

"Benarkah?" Sela Junot. "Saya kira Digo kecelakaan, dan istrinya mempunyai pacar lagi? Oh sangat menggelikan" ucapan Junot telak membuat Sisi tersadar Junot benar, dia hanyalah wanita tak tahu diri yang mempunyai suami.

"Om"

"Saya hanya memperingati kamu Roman!" Semua orang disana berpaling kearah Roman dan Sisi.

"Sudahlah om. Ngomong-ngomong teman kuliahku akan datang. Nah itu dia datang bersama kekasihnya" ucap Rasya.

"Sebenarnya dia kemarin masuk rumah sakit, tapi karena kekasihnya datang dia sudah membaik, benarkan Digo?" Suara Rasya membuat Sisi mematung.

"Kamu ini bisa aja Sya" suara pria itu membuat Sisi semakin kebingungan. Dunia ini sempit sekali, Junot terbahak dan Nabila tunanganya merasa heran.

"Kalian suami istri tapi tidak datang bersama dan membawa kekasih masing-masing?" Digo menatap semua orang disana bingung, sedangkan Chelsea mematung melihat istri dari kekasihnya duduk disana bersama orang-orang dalam satu ruangan kenapa semua ini bisa terjadi, tadi Chelsea mengijinkan Digo keluar dari rumah sakit karena ingin mengenal teman Digo ketika kuliah yang mengundang makan malam.

Tak disangkanya mereka bertemu Sisi, gadis mungil itu mencengkram sendok yang di pegangnya. Sedangkan Digo masih kebingungan ketika dia duduk.

"Apa maksudnya dengan istri?" Tanyanya bingung. Rasya mendelik kearah pamannya yang menyebalkan itu, dia selalu merusak suasana.

"Kepala Kamu terbentur sesuatu? Kamu tidak ingat Sisi itu istri kamu?" Pria itu terkekeh, sedangkan Chelsea sudah tak bisa berkata-kata. Tubuhnya menegang.

Digo berpaling kearah Sisi dan menatap wanita itu dengan tanda tanya. "Sisi? Kita bertemu lagi?" Ucapan Digo membuat Sisi tersenyum pelan, semua menatap heran, jangan salah meskipun mereka beda negara dan tidak banyak orang tau termasuk wartawan, tapi di kalangan bisnis gosip mengenai pernikahan Sisi dan Digo tetap tercium.

"Sapaan apa itu? Untuk seorang istri?" Digo masih bingung, dia benar-benar seperti orang bodoh disini.

"Saya belum menikah tuan, dan Chelsea adalah tunangan saya" ucap Digo di sisa-sisa kebingungannya. "Saya mengenal nona Sisi karena dia menolong saya ketika mencari tempat terapi. Bukan begitu nona Sisi? Tolong hentikan candaan ini, saya memang hilang ingatan, tapi saya cukup mengenal siapa kekasih saya" ucapan Digo membuat Sisi tak bisa melanjutkan makan malam bersama kedua orang tua Roman dia tidak sanggup mendengarkan ocehan Digo, pria itu memang selalu menomor duakan dirinya jika menyangkut Chelsea sebelum ataupun sesudah hilang ingatan.

"Saya permisi ketoilet" ucap Sisi canggung dia berdiri dari tempat duduknya membuat yang lain semakin merasa kasihan.

Digo masih tidak mengerti dengan ucapanya, tapi ada rasa nyeri ketika melihat Sisi berjalan meninggalkan ruangan itu, apa Sisi benar istrinya.

"Sudahlah om aku minta maaf lagipula, itu masa lalu mereka. Ayo Chelsea Digo duduk" ucap Rasya kearah pasangan itu, Digo tersenyum kecil lalu mengangguk, dia mengemgam tangan Chelsea menenangkan. Bagaimana bisa mereka mengatakan Sisi itu istrinya, sedangkan semua foto dan Chelsea yang ada disisinya selama ini mana mungkin ada seorang istri yang meninggalkan suaminya begitu saja, ini hanya sebuah candaan. Pikir Digo.

"Aku ketoilet sebentar" ucap Digo pelan, Chelsea merasa membuncah karena Digo menyakiti Sisi, sudah pernah bilang bukan, pria itu miliknya ingat ataupun tidak dia tetap miliknya. Dia berpamitan kepada yang lain.

Roman bingung jujur saja dia tidak ingin Sisi menderita tapi yang di katakan Junot benar mereka harus bercerai sebelum menikah, tapi bagaimana bercerai Digo saja tidak mengingat istrinya.

***

Sisi merapikan bajunya dan keluar dari toilet, perasaannya semakin membaik sekarang, dia hanya harus kuat dan tidak mengecewakan Roman itu saja misinya.

"Kamu?" Tanya Sisi bingung ketika membuka pintu toilet.

"Saya ingin bicara" Digo mendorong Sisi kedalam toilet, menatap Sisi dengan tanda tanya, dia menutup pintu kamar toilet itu dengan cepat membuat Sisi terpekik.

"Ada apa?" Sisi menelan ludahnya gugup ketika Digo menghimpit tubuhnnya kedalam tembok.

"Apa maksud dari candaan tadi?"

"Siapa sebenarnya kamu dihidupku?"

"Mengapa Intan mengenalmu?"

Mata Digo menatap iris coklat milik istrinya dengan tanda tanya yang menggunung.

"A--aku tidak mengenalmu" Sisi menghembuskan nafasnya. Posisinya benar-benar tersudut.

Hidung mereka hampir beradu Digo menghirup wangi wanita itu dalam-dalam, dia seperti mengenal wanita itu tapi mana mungkin Sisi istrinya, itu tidak mungkin dan tidak masuk akal.

"Oke. Jujur saya bingung dan saya tidak tau yang benar mana dan mana yang salah" Digo meringgis memijat kepalanya.

"Tapi" dia menatap Sisi dengan pikiran linglung, rasa nyeri di kepalanya tidak di hiraukan, dia membawa tangan Sisi kedalam dadanya, "Dia berdetak cepat setiap dekat kamu" ucapan pria itu membuat Sisi meneteskan air matanya.

"Siapa sebenarnya kamu Sisi?" Pria itu masih menatap Sisi dengan wajah bingung, Sisi tersenyum pelan dan membalas tatapan sendu suaminya.

"Kiss me" ucap Sisi tiba-tiba, kehamilanya membuat Sisi melontarkan kata-kata tak diduganya, Digo tertegun dia beralih meneliti wajah wanita itu, hingga dititik bibir pink milik Sisi.

Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya kearah istrinya. Bibir Sisi sangat lembut Digo sudah hilang akal dia mengecup perlahan, dan wanita itu semakin membuka akses ciuman mereka.

Mereka berciuman layaknya sepasang kekasih yang lama tak bertemu.

"Manis" ucap Digo pelan, dia tak bisa merasakan ketertarikan seperti kepada Sisi tidak dengan Chelsea. Dia tak ingin menyentuh tunaganya seperti menyentuh Sisi, semenjak kejadian di tempat senam dia tak berhenti ingin merasakan bibir merah Sisi, dan wanita itu berada di dalam tempat tidurnya apa dia dulu seorang playboy?.

Sisi terengah ketika mereka selesai berciuman. Ada rona merah di pipinya membuat Digo semakin gemas, pria itu meraih tangan Sisi dan memintanya menjamah dirinya dari wajah hingga dada pria itu. Sisi tidak tahu ada apa dengan dirinya.

Tapi wanita itu mengikuti kata hatinya, yaitu menginginkan Digo bersamanya. Bayinya itu benar-benar posesif pada ayah bilogisnya.

Sisi menggerakan tangannya dengan sensual seolah menggoda Digo, dan pria itu tau dirinya sudah menegang sejak tadi, dia kehilangan akal sepertinya macan dalam tubuhnya telah tebangun.

Pria itu kembali memagut bibir merah istrinya dengan rakut membuka refsleting Sisi yang berada di belakang dengan perlahan, Digo membuka baju Sisi perlahan hinga dres putih yang di kenakanya tersungkur pria itu membuka jas dan bajunya dengan cepat, Sisi terlihat sangat lezat untuk disantap karena tubuhnya yang berisi, membuat Digo gelap mata.

"Aku merindukan sentuhanmu Si" ucap Digo begitu saja. Pria itu semakin buas dan melucuti semua pakaian Sisi termasuk dirinya dia tidak menyadari apa yang di katakanya. yang pasti toilet rumah Roman menjadi saksi bercintanya sepasang suami istri bodoh.

NONA CEREWET (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang