2.1

8.8K 662 21
                                    

Senyum Sisi tak pernah terlepas dari wajah imutnya, Digo yang hilang ingatan masih tetap sama, Digo yang perhatian dan jail, pria yang selalu menjadikan dirinya satu-satunya wanita beruntung.

"Kamu kenapa?" Roman mencoba menyadarkan Sisi yang duduk di sebelah penumpang.

"Hah? Kenapa apanya?"

"Ya senyum-senyum sendiri" Roman menaikan alisnya.

"Oh. Engga kenapa-kenapa, bawaan bayi kali" wanita itu tersenyum kearah Roman dengan santai.

"Si..."

"Emm"

"Aku mau bertanggung jawab, aku mau kita menikah. Aku siap jadi ayah untuk bayi dalam kandungan kamu, kamu mau kan nikah sama aku?"

Pertanyaan Roman seperti petir menyambar, Sisi ternyata salah menilai Roman, bukan maksud wanita itu. Roman memang baik, sahabat terdekatnya tapi untuk menikah? Rasanya itu bukan hal yang gampang di bicarakan.

"Aku tau kamu tidak mencintaiku, tapi dengan berjalanya waktu aku yakin cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya" pria itu menghembuskan nafasnya dan mencoba meraih tangan mungil Sisi dengan pelan, "Aku akan membawamu ke rumah orang tuaku, kamu bisa memikirkanya, ingat bayimu itu tidak mungkin lahir tanpa seorang ayah" Roman tersenyum tipis. "Aku bersedia menjadi ayahnya Si.. menjadi pria yang menghabiskan waktu untuk kalian". Sisi mematung, seperti di sadarkan kedalam kenyataan bahwa apa yang terjadi hanyalah khayalan, ya benar pada dasarnya suaminya hanyalah orang asing yang sudah mempunyai seorang kekasih.

***

Digo masih saja memikirkan wanita mungil tadi, mungkin wanita itu jelmaan bidadari yang bisa membuat pikiranya tak pernah berhenti memikirnya.

Semakin dia melupakan senyum wanita itu, semakin terbayang wajah mungil Sisi dengan beberapa eskpresi bahkan sekarang Digo melihat wanita itu mendesahkan namanya ketika mereka bercinta di sebuah alam bebas, itu seperti rekaman yang berdengung membuatnya mengeryit nyeri.

"Ini menyakitkan" Digo memijat kepalanya dengan kuat.

"Hentikan itu Digo, jangan paksa mengingat apapun" suara kakaknya membuatnya menatap sayu.

"Aku ingin mengingat sesuatu yang hilang, aku meninggalkan sesuatu ka" pria itu meringgis.

"Kakak mohon berhenti mengingat sesuatu Digo, itu bisa menyakitimu"

"Aku ingin mengingat ka, aku melupakan sesuatu penting" Digo mengerenyit nyeri darah segar keluar dari hidung mancungnya.

"Hentikan itu Digo. Kakak mohon hentikan" air mata kakaknya mengalir tak sanggup melihat adiknya kesakitan.

"Panggil dokter, pak tolong bantu saya bawa adik saya kerumah sakit" teriakan kakaknya menggema, Digo masih mengeluarkan darah dari hidungnya dan kepalanya semakin terasa nyeri luar biasa.

"Hentika Digo... kakak mohon hentikan jangan mengingat apapun.. kakak mohoon" Kakanya itu menghapus air matanya dengan kasar tak sanggup melihat adiknya sangat menderita, adiknya yang selalu menjadi banggaan keluarga dan pemimpin di perusahaan besar sangat terlihat lemah dan menyedihkan. 

"Aaarrrgggghhhhhh"

"Kakak mohon berhenti... Digo... berhenti" Intan hanya bisa ikut menjerit dan menangis di pelukan Asih melihat om nya kesakitan.

"Papap jangan sakit.. papap harus sembuh" gadis mungil itu menangis dengan berteriak.

***

Chelsea menyeringai, pada intinya pria itu membutuhkanya, lihatlah baru sampai jakarta dan malamnya dia di telfon harus kembali ke singapura, Digo benar-benar membutuhkan dirinya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chelsea menyeringai, pada intinya pria itu membutuhkanya, lihatlah baru sampai jakarta dan malamnya dia di telfon harus kembali ke singapura, Digo benar-benar membutuhkan dirinya sekarang.

Dia tau pria itu telah berada di tanganya. tanpa istri tak tahu dirinya, keluarga Digo bergantung padanya, karena hanya dirinya yang bisa membuat Digo tidak kesakitan dengan alasan memaksakan ingatannya hilang.

Beruntung kecelakaan itu terjadi, di ibaratkan nyamuk satu tepuk dua nyamuk dia bisa mendapatkan keluarga dan hati Digo.

"Bagaimana dia ka?" Wanita itu menunggu di depan kamar rawat Digo, dan kakak pria itu masih menggigit bibirnya.

"Chelsea. Untung kamu datang" kakak Digo memeluk Chelsea dengan rasa bersalah.

"Ada apa? Kenapa dia mencoba mengingat?"

"Kakak tidak tahu, setelah mengantarmu dia berniat ketempat terapi, dan sore tadi dia pulang entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya memaksakan diri untuk mengingat. Kakak yang salah tidak memakai penjagaan"

Chelsea menepuk pungguk kakaknya dengan sangat tenang.

"Itu tidak akan terjadi lagi ka, Digo pasti akan baik-baik saja, aku akan menjaganya" kakak Digo mengangguk dengan cepat, ya Chelsea benar hanya wanita itu yang bisa mengurus Digo.

Adiknya yang sekarang benar-benar rapuh, dan butuh belas kasihan.

"Kakak akan coba berbicara pada orang tua kakak, agar cepat menikahkan kalian Chel" Seringaian terbit di bibir wanita itu. Chelsea mengangguk dan masih menatap lembut kakak dari kekasihnya.

"Memang harus seperti itu. Akulah yang harus menjadi istrinya. Bukan wanita yang memberikan mala petaka yang telah merebut Digo dariku" batin Chelsea.

***

Gaun putih yang di kenakan Sisi menjuntai di bagian belakang, malam ini Roman akan membawanya bertemu keluarganya. Beruntung kehamilan Sisi belum tampak.

Harusnya dia menolak Roman. Tapi melihat mata pria itu membuat Sisi harus cepat terbangun. Hidupnya bukan tentang Digo lagi.

Dia harus memikirkan sang bayi yang ada di dalam kandunganya. Roman adalah pria baik, pria yang di kenalnya sejak lama, dia yakin Roman tak mungkin menyakitinya.

Bukankah pasangan terbaik adalah pasangan yang bermula dari seorang sahabat? Dan Sisi sedang mencobanya sekarang. Meskipun dia tahu ini terlalu cepat mungkin dia bisa mengatakan pada Roman dia belum bercerai secara sah, tapi untuk kali ini biarlah dia mengenal orang tua pria itu dia juga penasaran apa yang akan terjadi ketika Roman membawanya kerumah orang tuanya.

Rumah orang tua Roman di Singapura sangat megah sama seperti orang kaya kebanyakan. Sisi berjalan bersama Roman dengan perlahan memasuki ruangan tengah. Disana terlihat banyak orang-orang duduk di meja makan sepertinya mereka menunggu Sisi dan Roman.

"Akhirnya lo bawa cewek juga" suara Junot terdengar di ruangan membuat Sisi mematung.

"Apa itu?" Sisi mencengkram tangan Roman yang mengemgamnya dengan lembut.

"Junot pamanku" pria itu tersenyum kearah Sisi dengan wajah bersalah.

Junot tersenyum ada gadis anggun di sebelahnya, jadi pria itu? Kerabat roman, "Dan wanita di sampingnya, Nabila tunanganya" ucapan Roman membuat Sisi mematung.

***

Itu Chelsea, amanda rawles eh saya lagi buka-buka ig terus lihat kedekatan amanda sama Nicholl jadi keinget deh sama Chelsea. Nicholl kan punya cewek masa aku berpikir dia pantes aja meranin Chelsea. Ngebayangin sedeket itu gimana perasaan Sena sama kali kaya perasaan Sisi disini. Hehe

NONA CEREWET (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang