HATI YANG PATAH

9.3K 416 19
                                    

Mau ngajak move on :) hahaha itu tandanya ini cerita bakal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau ngajak move on :) hahaha itu tandanya ini cerita bakal. Tau lah ya hahaba


Ali melihat Prily yang menangis, matanya menatap kosong di pemakaman tunanganya.

Jenazal Al telah di kuburkan dan Prily masih berjongkok dan menangis di depan nisan kekasihnya.

Sebenarnya ada rasa sakit di hati Ali melihat orang yang selalu menjadi bayang-bayangnya tersiksa.

Tapi dia tak bisa melakukan apapun terkadang hidup harus bisa memilih, memilih sesuatu yang sulit untuk di pilih, terkadang kita tahu bahwa hanya Tuhan yang berhak memberi semuanya.

Termasuk kebahagiaan Prily, sebenarnya melihat wanita itu menderita membuat Ali tersiksa.

Jika bisa dia akan menggantikan posisi Prily biarkan dirinya tersiksa, kakinya melangkah berjalan kearah Prily yang masih berjongkok.

Air hujan perlahan menetes seakan memberi dukungan untuk Prily.

"Hujan sudah mulai turun" Ali membuka jas kerjanya dan menyampirkannya ke bahu Prily gadis itu masih menangis tak bergeming memeluk nisan Al.

"Aku akan menemanimu" ucap Ali dan ikut berjongkok di sebelah Prily.

Prily masih menangis dalam diam ingatanya selalu teringat pada kejadian-kejadian di mana Al berada disampingnya.

"Aku yakin dia tak akan pernah senang jika kamu menagis seperti ini, kamu harus kuat" Ali membawa tanganya memeluk bahu Prily gadis itu masih tak bergeming menangis dalam diam.

"Aku akan menemanimu apapun yang terjadi" ucapan Ali sarat akan janji.

***

Satu tahun kemudian...

Prily masih melamun sejak kematian Al dia masih belum bisa membuka hatinya.

Media benar-benar membuat nama Ali bersih tak ada lagi nama Aliardo di headline tentang pria itu dengan wanita-wanita one night stand nya dan sejak pertunangan Ali dengan Biancka berakhir Ali tidak terlihat mendekati wanita manapun selain Prily.

Ali membuktikan janjinya selalu berada di samping Prily tapi sayang wanita itu masih tidak ingin membuka hatinya, selama setahun ini Prily menjadi wanita tertutup.

"Bu ada Mr.Ali di depan" ucap sekertaris Prily.

Prily mengangkat kepalanya dia tidak bodoh dia tau Ali mencoba menebus kesalahanya selama di masa sekolah dulu, Ali tak pernah absen untuk berada disampingnya, tapi sayang kini hatinya sudah tidak menyukai Ali di pikiranya hanya ada Al pria yang dicintainya.

Menurut Ali lebih baik dia bersaing dengan pria berada di hadapanya, bersaing sehat jauh lebih membuat Ali mengerti dari pada bersaing dengan seseorang yang telah tiada tapi jiwanya tetap hidup dalam hati Prily.

Meskipun dia tak menyerah tapi Ali tahu satu tahun berada di dekat Prily tidak sama sekali mengubah segalanya hati Prily masih tetap untuk Al dan dirinya hanya kepingan kecil di masa lalu yang tak berharga.

"Apa aku menganggu?" Ali berada di depan pintu menatap Prily yang mengangkat wajahnya tak ada senyuman Prily hanya menggelengkan kepalanya.

"Masuk" ucapan itu membuat Ali menelan ludah selalu begitu jika orang lain akan takut karena intimidasi dirinya lain dengan dirinya yang selalu bingung dengan sifat Prily yang dingin.

Prily yang tertutup, Prily yang tak banyak bicara, dan Prily yang selalu menjadi wanita tegar memberikan senyum palsu tak pernah ada Prily yang hangat.

Ali pernah berpikir jika Prily yang ada di depanya ini wanita yang telah kehilangan separuh jiwa malaikatnya.

"Terimakasih" ucap Ali dia duduk tepat di depan Prily dan menatap wanita itu, terkutuklah sifat Playboynya itu tidak berguna bila berhadapan dengan wanita di depanya.

"Aku ingin mengajakmu makan siang" ucap Ali pelan, membuat Prily menghembuskan nafasnya.

"Aku sibuk, kamu boleh keluar" jawab Prily.

"Tapi kamu belum makan" balas Ali, Prily tak membalas ucapan Ali dia kembali menatap kertas-kertas sketsa di depanya.

"Pril"

"Aku tau kamu terpukul tapi aku yakin Al tidak akan menyukai sifat kamu yang seperti ini" helaan nafas Ali memburu.

"Kamu harus melihat masa depanmu Pril"

Suara gebrakan di meja wanita itu membuat Ali terkejut.

"Saya meminta anda keluar!" Ucapan itu sarat akan perintah matanya menatap Ali tajam, membuat Ali membuang nafas lagi-lagi penolakan yang dia dapatkan, Ali mendorong bangku kebelakang dan menegakkan tubuhnya.

"Gak aku ga akan tinggalin kamu, kamu harus makan"

"Saya mohon... saya ingin sendiri" detik itupun Ali berjalan melewati meja besar Prily dan membawa wanita itu kedalam pelukanya.

"Jangan siksa aku Pril, aku mohon.. hidup kamu masih panjang" Ali mengetatkan pelukanya.

Prily tidak membalas pelukan Ali dia hanya terdiam menatap nyalang kedepan.

"Maaf kamu boleh keluar" ucapan itu membuat Ali menegang.

"Jangan pernah temui saya lagi" Prily melepaskan pelukan Ali dan berjalan pergi meninggalkan Pria itu yang shok mendengar ucapan Prily.

Pada akhirnya prianya bukanlah semasa sekolahnya prianya adalah orang yang selalu mencintainya prianya adalah Al-ghazali kekasihnya.

NONA CEREWET (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang