1.3

9.5K 705 7
                                    

Sudah lima minggu Sisi di rumah sakit. Pria itu sangat over protektif Digo benar-benar menjaganya setiap malam.

Keluarga Digo datang menjenguk Sisi yang berada di rumah sakit setelah Junot pergi beruntung pria itu sudah pergi jadi Sisi tidak seperti wanita jalang yang mempunyai kekasih dengan status istri orang lain.

"Mom senang kamu akan tinggal bersama kami sayang" Ibu Digo sangat ramah dia mengganti bunga di samping jendela dengan bunga mawar.

"Makasih tante"

"Gausah Panggil tante, kamu ini istri Digo berarti anak mom juga"

"Eh--- iya mom" balas Sisi tersenyum lembut, bunda Digo berjalan kearah Sisi dan meraih kepala menantunya.

"Demam kamu sudah turun, mom sudah tidak sabar untuk menimang cucu dari kalian"

Sisi tersenyum canggung dia teringat pada keponakan Digo di bali saat bulan madu satu bulan yang lalu, apa mertuanya itu akan jahat dan membuang anaknya juga? Sisi menggelengkan kepalanya itu tidak akan pernah terjadi dia akan melindungi anaknya kelak.

"Dokter bilang Sisi jangan terlalu kecapean, janin yang di dalam kandungannya juga baru berusia lima minggu" Digo berjalan kearah Sisi menatap wajah istrinya yang terlihat pucat.

Karena kondisinya yang lemah kandungan Sisi terpaksa harus mendapat asupan dari cairan, dia mabuk berat tidak bisa memakan apapun.

"Kalau tau hamil bikin kamu lemah dan kurus begini aku saranin kamu tidak hamil Si" Digo menatap sayu. Wajah pria itu tidak cerah seperti biasanya bulu-bulu halus tumbuh di sekitar dagu.

"Kamu ko ngomongnya gitu?"

"Aku gatega liat wajah kamu yang pucat begini" Digo mendekat mengemgam tangan Sisi, ibunya tersenyum lalu keluar dari kamar rawat Sisi.

"Gausah sandiwara ibu kamu udah keluar" ucap Sisi

"Aku ga sandiwara, aku perduli sama janin yang ada di dalam perut kamu, itu keturunanku calon pemegang saham"

"Aku tau, apa bisa kamu berhenti mengoceh? Kepala ku pusing aku cuma ingin di peluk" ucap Sisi cemberut, mungkin itu bawaan bayi mereka.

"Bilang saja mau di peluk, jangan pake alasan pusing" Digo ikut berbaring di samping Sisi dan memeluknya sesekali mengeluarkan rambut istrinya.

"Digo"

"Emm" pria itu memejamkan matanya, beginilah kebiasaan Sisi selama sebulan penuh ini, hanya ingin di manja, bahkan dia tidak menginjakan kakinya keluar rumah sakit.

"Aku mulai takut Digo"

"Takut?" Suara Digo sedikit serak matanya masih terpejam.

"Takut dengan perasaanku, hati ini selalu berdebar setiap kamu memelukku seperti ini, apakah ini bawaan bayi?" Tanya Sisi tanganya yang bertautan dengan tangan Digo bergerak-gerak.

"Itu hanya bawaan bayi sayang, setelah melahirkan nanti kita akan bercerai tenang saja, jantung kamu akan baik-baik saja, setelah masa-masa ini aku janji" ucapan Digo membuat Sisi sedikit terhenyak entahlah apa mungkin dia sudah mulai nyaman mendapat perlakuan seperti ini terus menerus.

"Ya kamu benar kita akan bercerai"

***

Chelsea tersenyum melihat pasangan suami istri itu saling menyakiti. Cctv yang dia simpan di dasi Digo benar-benar berguna.

Rasa benci yang dia pupuk telah membuat Chelsea gila, dia sengaja memberikan dosis yang rendah untuk kesembuhan Sisi. Dia memberikan obat yang akan terus membuat gadis itu lemah setiap saatnya.

Suster-suster bodoh hanya dengan uang mereka bisa Chelsea manfaatkan.

"Non" suara Alex membuat Chelsea mendengus.

"Aku ingin membunuh wanita jalang itu"

"Hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang, penjagaan di dalam sangat ketat" ucap Alex kepalanya menunduk di depan Chelsea.

"Kita harus menaikan dosisnya, sebelum anak itu lahir"

"Tidak bisa non, nanti orang-orang akan curiga, bersabarlah, sepertinya tuan akan menceraikan nona Sisi"

"Ya aku tau, tapi aku sudah tidak sabar untuk mebunuh wanita jalang itu"

"Bersabarlah, lagi pula wanita itu di jaga Mr.Junot"

Chelsea mengangguk, harusnya dia ingat Junot si kaya itu juga menjaga Sisi, bodoh sebegitu istimewa gadis pendek yang ingin di bunuhnya.

***

"Aku mau sate" Sisi terbangun mengerjapkan matanya kearah Digo.

"Mau sate?"

"Iya" istrinya mengangguk semangat, baru kali ini wanita itu menginginkan sesuatu.

"Aku akan membelinya, kamu tidak apa aku tinggal disini?"

"Tidak Digo, pergi sanah aku laper"

"Yaudah tunggu disini, jangan kemana-mana" Sisi mengerecut tapi tak urung mengangguk, setelah Digo keluar ruangan kekasih Digo memasuki kamar rawat Sisi dia berjalan kearah istri kekasihnya.

"Senang sudah merebut kekasihku?" Chelsea melipat tanganya di depan dada dan menatap Sisi dengan pandangan tajam.

"Chelsea?"

"Tak usah berpura-pura lemah, jika sebenarnya kamu hanya seorang pembantu di rumah kita" Sisi menelan ludahnya matanya mengikuti Chelsea yang berjalan kearahnya.

"Kapan kalian akan bercerai?"

"Secepatnya" jawab Sisi tanpa ragu.

"Cepatlah bercerai, kalau tidak aku akan membunuh bayi dalan kandunganmu" Chelsea tepat menatap tajam kearah Sisi yang lemah.

"Ma-maksud kamu?"

Wanita itu menjadikan ranjang Sisi tumpuan menggerakan kepalanya agar bersisian dengan wajahnya, dia menarik wajah Sisi hingga dagu gadis itu tepat di dekat wajah miliknya.


"Jangan pura-pura baik Sisi, aku akan membunuh kalian berdua kalau kamu masih bersama Digo, kamu ngerti?" Wanita itu mengangguk.

"Sisi ini sa--tenya, Chelsea?"

NONA CEREWET (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang