1.7

8.5K 697 58
                                    

"Kamu mau apa bawa baju-baju kamu Si" Digo terus mengikuti Sisi yang memasukan semua bajunya kedalam koper.

"Kamu lagi hamil."

"Si"

Ucapan Digo sama sekali tidak di hiraukan istrinya, dia masih mengepakan baju-baju di kamar apartemen pria itu.

"Minimal jelasin sama aku. Kamu mau kemana? Sama siapa?"

Sisi masih sibuk dengan baju dan peralatan miliknya.

"Si..."

"Oke stop" Sisi menatap Digo dan telunjuknya terangkat. "Pertama aku bakal pindah, kedua aku bukan tanggung jawab kamu kita cuma nikah kontrak, ke tiga aku udah hamil dan kita tidak perlu melakukan hal suami istri kita punya urusan masing-masing" Sisi menghirup nafasnya dengan sekali hentakan.

"Dan keempat setelah delapan bulan kedepan aku akan kirimkan surat perceraian kita" ucapan Sisi membuat Digo tertegun.

"Maksud kamu apa? Kamu membawa anakku di dalam perut kamu, kamu ingin menjauhkanya denganku?" Ucapan Digo naik satu oktaf sedikit menekan.

"Aku tau ini anak kamu, kamu pikir aku mau apa bawa anak kamu di perut aku?" Suara Sisi ikut naik satu oktaf, "kalau boleh aku lebih senang kamu yang hamil jadi aku gak usah repot mual-mual, kita akan berpisah apa susahnya si Digo" Sisi menatap Digo kesal.

"Kenapa harus berpisah? Kamu bisa pergi setelah melahirkan, plis aku pengen liat gimana perkembangan janin yang ada di perut kamu" Digo menatap Sisi memohon.

Sisi menghela nafasnya matanya berkaca-kaca.

"Enggak Digo, kita harus terbiasa sendiri, aku gak mau nanti Chelsea semakin salah faham sama hubungan kita" ucapan Sisi membuat Digo mematung menatap istrinya dengan merasa bersalah, ya ini juga salahnya mengatakan Sisi hanya sebagai istri kontraknya.

"Aku ga akan ijinin kamu keluar!" Digo menarik koper Sisi dan kembali mengeluarkan baju-baju yang di masukan istrinya tadi.

"Aku mohon jangan pergi. Minimal sampai bayi kita lahir. Plis Si.. aku mohon" Digo mendekati Sisi mengemgam tanganya dengan tampang memohon, Sisi menghirup nafasnya "Aku harus pergi Digo" pria itu bersimpuh di kaki istrinya.

"Digo apa yang kamu---"

"Plisss" mata pria itu menatap sendu, Digo memohon dia bersimpuh memeluk kaki Sisi, "Plis Si aku mau tau perkembangan anakku, Pliss" wajahnya masih memohon dengan tampang menyedihkan.

"Digo" ucap Sisi pelan

"Plis aku gamau kamu pergi Si aku mohon" istrinya menghirup nafas dalam. Sisi ikut berjongkok dan menatap wajah Digo yang memelas.

"Semua akan baik-baik saja, aku yakin dari awal pernikahan kita sudah salah, aku gamau kamu semakin tersiksa" air mata Digo menetas membuat Sisi tertegun.

"Hei dengar" Sisi duduk bersila memgemgam tangan suaminya, "Digo dari awal kita sudah salah, aku yang salah meminta kamu menikahiku,  meminta kamu terus di sampingku, aku tau kamu terpaksa dan kamu sangat mencintai kekasihmu, aku pergi dan semua selesai, orang tua kamu ga akan pernah salahin kamu karena disini aku yang pergi, beberapa bulan yang lalu kita itu hidup masing-masing hanya kembali kedalam kehidupan kita, itu tidak susah Digo. Aku hanya butuh privasi" Sisi tersenyum lembut dan menepuk bahu suaminya pelan.

"Aku pergi ya?" pria itu masih mematung menatap istrinya dengan bingung. Tanpa jawaban dari Digo sisi bergerak berdiri dan membawa koper yang masih utuh.

"Baju yang lainnya nanti Nick yang urus" wanita itu berjalan menjauh meninggalkan Digo yang masih termenung menatap punggung istrinya yang pergi menjauh. Rasanya sakit sangat menyakitkan kenapa dia mempunyai perasaan seperti ini jika pada awalnya dia tau mereka tetap akan berpisah.

NONA CEREWET (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang