Aaaaa seneng respon kalian bagus banget hehe...btw tadi di kampus gue habis ada pemilu raya, hahaha...
***
"Ma, nikah itu apa sih?" Tanya Keyana pada mamanya.
Lastri yang sedang sibuk mengaduk adonan bolu menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap Keya yang sedang ngemil kripik kentang di meja dapur.
"Nikah itu ya komitmen sama pasangan, Ke. Gimana sih? Kan kamu mau nikah bentar lagi, masa gitu aja nggak tahu?"
Lastri tersenyum kecil membuat Keya cemberut. Wanita itu lantas melanjutkan kegiatannya untuk mengaduk adonan bolu sebelum dituang ke loyang untuk dipanggang.
"Kan aku masih kecil, Ma. Maklum nggak tahu, mama sih nikahin anak kecil begini, emang dia bisa kasih aku makan? Yakin dia itu sanggup beliin aku es krim tiap hari?"
"Hust! Kamu ini, kalau punya mulut dijaga. Jadi perempuan nggak boleh gitu, Ke. Gitu-gitu calonmu itu ganteng tahu."
"Ganteng nggak bisa bikin perutku kenyang ya percuma, Ma."
Lastri geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya itu. Keya memang masih berusia delapan belas tahun saat ini dan tentu saja sifatnya masih bocah, berbanding terbalik dengan calon menantunya yang sudah cukup usia untuk menikah, dua puluh dua tahun. Meski masih muda jangan bayangkan sifat calon menantunya sama seperti kebanyakan anak zaman sekarang yang suka hura-hura. Calon mantunya itu cukup dewasa untuk bertanggung jawab sebagai suami. Keya sibuk lagi makan keripik kentangnya, sementara Lastri mulai menuangkan adonan bolu ke dalam loyang.
"Ma, Keya nggak mau nikah sama Kakak itu."
"Kakak itu? Dia punya nama Ke, lagian kenapa nggak mau?"
"Ya masa aku lulus SMA nikah sih, Ma? Apa kata temen-temen. Keya kan masih pengin punya pacar terus ngedate kayak temen-temen."
Lastri menghela napasnya. Ia lalu duduk di samping anaknya sambil menumpukan tangannya di atas meja.
"Ke, kamu kan udah delapan belas tahun, dan nikahnya juga nggak langsung tinggal serumah. Kalian serumah kan nanti kalau kamu udah dua puluh tahun. Kalau kamu malu ya gampang, nggak usah undang temen-temenmu. Wong dikasih yang halal kok nolak."
Keya berdecak sambil menutup toples berisi keripik kentang yang hampir habis.
"Keya kan pengin nikah kayak princess disney gitu, Ma. Kalau nggak undang temen-temen jadinya rahasiaan doang?"
"Resepsinya kan bisa ditunda, Ke."
Keya berpikir sejenak lalu menghela napasnya, Keya bangkit dari tempatnya duduk. Ia menatap sekilas pada Lastri sebelum beranjak.
"Apa kata mamalah, mama kan yang tahu apa yang baik buatku, kalau akhirnya ini nggak berjalan baik dan aku jadi janda, aku bakal nangis sebulan penuh. Ih, nggak mau jadi janda kembang kayak tetangga sebelah, mit-amit, Ma."
"Keya!!!"
***
Itu kenangan dua bulan lalu saat Keya masih berstatus jomblo bahagia. Saat ini meski sudah membuang status jomblonya, tidak membuat Keya bahagia sama sekali. Jika dulu ia selalu bermimpi untuk punya pacar seganteng Cameron Dallas dan seromantis David Beckham, yang ia dapat malah suami yang menurutnya menyebalkan. Suaminya terlampau cuek dan tidak peka. Dua bulan menikah, mereka hanya bertemu di akhir pekan saja, ia bingung, sebenarnya pernikahan macam apa yang sedang ia jalani saat ini?
Keya menatap malas panitia korlap yang sedang berkoar-koar membawa toa di depan sana. Pra-Ospek seperti ini adalah ajang untuk memperkenalkan panita dan mahasiswa baru juga ajang mendapat daftar tugas untuk Ospek lima hari ke depan. Keya memilih bersandar di sisi tembok gedung pertemuan fakultas yang dijadikan tempat perkumpulan mahasiswa baru, sambil mencatat tugas yang seabrek itu tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I Married A Senior
RomanceTersedia di Seluruh Toko Buku! #SeriesCampus1 Biar kuberitahu kamu satu hal. Laki-laki itu, yang sedang berada di bilik kerjanya di Ormawa, yang sedang meladeni para mahasiswa baru yang meminta tandatangannya, yang sedang sibuk mengusap peluhnya ya...