Jiper

340K 30.3K 2.3K
                                    


Kita adalah dua orang asing yang dipertemukan oleh takdir dan direstui semesta untuk bersama.

Sudah hampir sepuluh kali Keya selalu bangun lalu tidur lagi. Jam di dinding rumahnya menunjukkan pukul sebelas malam, tapi tugas untuk Ospeknya masih belum rampung. Ia bahkan baru pulang dari rumah teman satu kelompoknya untuk mengerjakan tugas Ospek kelompok.

Keya telah menghabiskan dua gelas kopi agar ia tak mengantuk, tapi efeknya perut kecil miliknya itu terasa agak kembung, maklum biasanya ia cuma minum segelas kopi dan kini kelebihan satu cangkir. Keya bergerak gelisah, ia belum menulis surat cinta untuk senior. Di hadapannya ada secarik kertas dan sebuah bolpoin berwarna hitam, tapi ia bingung bagaimana cara menulis surat cinta, biasanya ia yang diberi surat cinta oleh teman laki-lakinya saat dulu masih SMP, sewaktu ponsel belum se-booming sekarang.

"Mamaaa huhuhu, kenapa kuliah seribet ini? Belum nulis surat cinta belum bikin artikel huaaaa..."

Keya menejerit di dalam kamarnya, berharap mama papanya sudah tidur dan tidak mendengar suara jeritannya, jika mereka terbangun, habis sudah riwayatnya.

"Kenapa jerit-jerit begitu?"

Seseorang dari balik pintu kamarnya tiba-tiba saja muncul dengan gurat wajah lelah dan almamater yang masih setia menggantung di badannya.

Keya menoleh, mendapati Jiver sudah ada di dalam kamarnya. Melihat wajah Jiver saat ini membuatnya bertambah kesal, wajah Jiver adalah perlambangan bagaimana Ospek di kampusnya sangat merepotkan dan ia ingin mencakarnya.

"Ngapain ke sini?"

Jiver menaikkan sebelah alisnya sambil merebahkan diri di atas kasur. "Memang kenapa? Kamu istriku kan?"
"Bukan! Pembantu!" Kata Keya asal.

Jiver terkekeh, ia lalu bangkit dan melepas jas alamamaternya lalu menyampirkan jas itu di tempat gantungan baju.

"Pembantu ya? Kalau begitu bisa bikinin makan? Aku laper."
"Lo nggak lihat ini tugas gue belum kelar? Makan kasur aja sono! Nyebelin banget sih, bukannya bantuin juga!"

Jiver terkekeh, ia berjalan mendekat ke arah Keya, melihat barang-barang keperluan Ospek yang masih berserakan di sana-sini. Istrinya memang bukan orang yang pandai menjaga kerapihan, jadi ia tak heran.

"Yang Ospek siapa?"
"Ya guelah."
"Lalu kenapa minta bantuan?"

Keya kesal, ia benar-benar kesal melihat Jiver, ingin rasanya menendang Jiver sampai laki-laki itu terpelanting ke bulan, biar tidak mengganggu hidupnya lagi.

"Tau ah, pergi nggak lo. Gangguin tahu nggak? Gue tuh masih kesel sama lo!"
"Kenapa?"

Keya geram, Jiver ini kenapa tidak peka sama sekali? Apa ia lupa kemarin hanya diam saja sewaktu dirinya disuruh maju ke depan?

"Akh kesel gue sama lo! Udah sana lo ah, ganggu gue aja."

Tersenyum kecil, Jiver mencondongkan tubuhnya ke arah Keya yang sedang duduk di kursi belajarnya. Keya menahan napasnya, mendadak ia kehilangan pikirannya, apa yang ingin dilakukan Jiver sebenarnya?

'Mama...nggak kuatttt!' Ia membatin. Jiver benar-benar membuatnya kehilangan napas untuk sesaat. Dengan berat hati ia harus mengakui kalau laki-laki ini tampan.

"Selamat mengerjakan tugas istriku," kata Jiver sambil tertawa kecil.

Ia beranjak meninggalkan Keya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk meredamkan penatnya selama rapat di kampus tadi. Sebenarnya laki-laki itu sengaja datang ke rumah orang tua Keya untuk melihat keadaan istri kecilnya itu, ternyata memang benar, Keya akan merasa kesulitan mengerjakan tugas-tugas Ospeknya.

***

Jiver keluar dari kamar mandi empat puluh lima menit kemudian, sengaja di kamar mandi cukup lama karena tadi ia sempat berendam air hangat untuk menghilangkan rasa pegal di badannya. Begitu kembali ke kamar istrinya, ia malah menemukan perempuan itu sedang tertidur dengan kepala menumpu pada meja belajar dan dua gelas kopi yang sudah tandas. Jiver geleng-geleng kepala, tidurnya Keya sama sekali tidak cantik, bahkan air liurnya sedikit menetes di ujung bibir mungilnya. Kalau ada yang bertanya apa Jiver measa jijik, jawabannya adalah tidak, karena ia sadar manusia diciptakan oleh Tuhan bersama dengan kelebihan dan kekurangannya.

Jiver lantas menghampiri Keya dan melihat secarik kertas dan sebuah bolpoin hitam yang sedang ditindih Keya, ia mengerutkan keningnya, tugas apa saja yang belum Keya kerjakan. Tak ingin berpikir terlalu lama ia lalu memutuskan untuk mengirim LINE pada temannya untuk bertanya.

"Dasar kebo," guman Jiver sebelum mengangkat Keya dan menindurkannya di atas keranjang bergambar barbie milik Keya.

Sesaat kemudian ia menerima sebuah LINe dari Amir yang kebetulan seorang komdis acara Ospek di kampusnya.

Amir GANTENG: surat cinta, artikel tentang kampus, tas gambar pahlawan, peci hitam, pantofel, duplek ungu, kresek hitam, kardus mie instan. Kenapa lo nanya beginian tengah malem?
Jiver Erlangga: dilarang kepo!

Jiver tertawa kecil, ia menyimpan ponselnya di atas nakas lalu beranjak untuk memeriksa barang-barang milik Keya. Hanya kurang artikel dan surat cinta. Laki-laki itu lalu duduk di meja belajar Keya dan mengambil alih tugas Keya, ia mulai menulis surat cinta sambil menahan tawa.

To: Jiver Erlangga Ajidarma, Presiden BEMku yang paling kupuja.

Setelah selesai jiver mulai membuat artikel dan memasukkannya ke dalam tas kain bergambar wajah pahlawan milik Keya, lalu ia menata semuanya hingga rapi. Terakhir, ia menghampiri Keya dan mengelus kepala perempuan itu, Jiver sempat berpikir kenapa ia harus menikah dengan Keya. Mereka tak pernah mengenal sebelumnya tak pernah pula saling jatuh cinta, tapi nyatanya Keya saat ini adalah istrinya, perempuan yang harus ia jaga dan ia kasihi seumur hidup. Tapi, pertanyaannya, bisakah ia melakukannya? Mencintai Keya suatu saat nanti dikala perasaannya masih belum padam untuk seseorang?

Menghela napasnya, Jiver segera pergi dari kamar Keya, ia akan pulang ke rumahnya, belum saatnya dirinya dan Keya hidup bersama, setidaknya mereka harus sama-sama dewasa dulu untuk memulai segalanya. Akan ada masanya, nanti, bukan saat ini.

***

Keya terbangun dari tidurnya yang tidak elit, ia bangun karena suara alarm ponselnya yang sudah berbunyi lima kali. Keya menguap sejenak, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, pukul empat pagi. Setengah sadar Keya beranjak dari kasurnya dan mulai membuka penuh mata telanjangnya. Ia menepuk dahinya cukup keras saat sadar ada tugas yang belum diselesaikannya.

"Aaaa mampusss udah jam segini belum mandi belum sarapan belum berangkat, huhuuuu, mamaaaa...."

Ia berteriak heboh lalu segera ke meja belajarnya. Namun Keya kaget saat menemukan barang-barang Ospeknya tertata rapi di sana, padahal malam lalu masih berantakan seperti barang korban penggusuran tanah.

"Kertasku manaa? Bolpoin? Kok nggak ada? Yang nata siapa? Setan jangan-jangan, huahhhh!"

Keya segera memeriksa barang-barangnya, takut bila ada yang hilang, tapi ia malah menemukan sebuah amplop pink dan selembar artikel yang ditulis tangan berada di dalam tas kainnya. Ia kaget, berpikir sejenak, siapa kiranya yang membuat pekerjaannya ini selesai, apa mungkin dirinya sendiri sambil tidur? Tapi tidak mungkin, tidurnya kan seperti kebo, mana bisa ia membuatnya dalam keadaan tidak sadar?

Ia berpikir lagi, mengingat-ngingat kejadian semalam. "Jangan-jangan si Jiper lagi?" Katanya.

Keya ingat semalam Jiver ke sini, tapi ke mana laki-laki itu saat ini sudah tidak ada di kamarnya? Semalam memang bukan pertama kalinya Jiver datang ke kamarnya, selama dua bulan menikah Jiver akan mengunjunginya saat akhir pekan, namun memang tidak pernah menginap, mereka hanya pernah tidur seranjang ketika usai akad nikah dan pesta kecil pernikahannya, itu pun sepertinya Jiver kapok karena paginya ia mendapati kedua kaki dan satu tangannya menindih tubuh Jiver. Keya sadar, tidurnya sama sekali tidak elit.

"Aah bodo, nggak usah dipikirin. Yang penting gue berangkat sekarang, ntar telat kena hukum lagi," ucap Keya sebelum pergi ke kamar mandi untuk siap-siap pergi Ospek.

***
Kamvreto gue beneran jatuh cinta sama sosok Jiver ini wkwk, duh duh, yang jatuh cinta sama Jiver mana suaranya??? Btw apdet lagi minggu depan yak, gabisa cepet karena gue lagi ngurusin pemira wkwk, jgn lupa pada koment.

So I Married A SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang