Hari Terakhir Ospek

351K 29.2K 968
                                    

Udah ya jangan pada nerror gue, udah update nih. Tugas gue tuh lagi banyak T.T dosennya tuh lagi pada kejam ngasih tugas disuruh revisi melulu -_-'' btw ini bukan kisah nyata, cuma terinspirasi dari pemira di kampus gue dan seseorang yang katanya calon Presma yang pernah curhat sama gue di OA katanya gagal move on dari mantannya. Part ini nggak gitu lucu keknya, wkwk maafkan gue duh. Jangan lupa pada follow IG Mas Jiper ya JiverErlangga, oke. 

***

Ospek hari terakhir ini benar-benar membuat Keya kelelahan. Kegiatan sangat padat sejak pagi tadi, jika hari biasanya Keya dan teman-temannya hanya duduk di aula untuk mengikuti serangkaian seminar, hari ini lain urusannya, Ospek terakhir dipenuhi kegiatan sedari pagi. Dimulai dari apel, senam pagi hingga bazar sore ini.

Keya mengembuskan napasnya lagi sambil menikmati segelas soda gembira yang tadi dibelinya di stand sebelah. Panas yang mendera kota siang ini membuat minuman jenis es lebih laku terjual daripada makanan ringan. Keya duduk selonjoran di pojokan bersama Maya, sementara teman-temannya yang lain sibuk menjaga stand, Keya memang begitu, ia tak mau ikut berjualan, alasannya selain lelah, ia juga tak bakat menyentuh urusan dapur, apalagi stand kelompoknya menjual es dawet ayu yang harus diracik dulu sebelum disajikan. Jika Keya yang menjualnya, bisa jadi ia akan menuangkan semua gula merah ke dalam satu gelas es dawet ayu. Gadis itu meminum lagi soda gembira miliknya, mengabaikan bulir embun es yang membasahi tangannya.

"Ngomong-ngmong Mas Jiver tiga hari ini nggak kelihatan ya, Ke."

Maya berkata, Keya yang tadi hampir tertidur karena mengantuk tiba-tiba terjaga. Ditatapnya Maya tanpa minat.

"Baguslah."

"Loh kenapa begitu?"

"Habis kalau ada dia hidup gue sial mulu," keluh Keya.

Maya mengerutkan dahinya, sejak hari ketiga sampai hari terakhir Ospek ini Jiver memang tak menampilkan batang hidungnya lagi di fakultas mereka, mungkin laki-laki itu sedang memantau Ospek di fakultas lain, Maya tidak tahu. Tapi, menghilangnya Jiver menjadi bahasan hangat di antara teman-teman satu kelompoknya, Jiver si Pres BEM yang sudah menjadi panutan dan pujaan mereka tak lagi menampakkan diri setelah hari di mana Keya membaca puisi nista itu. ada yang berpikir mungkin Jiver malu karena mendapat surat cinta dari juniornya denga nisi yang sangat tidak elit itu, tapi itu baru hipotesis, karena nyatanya hampir semua surat cinta dari maba putri ditunjukkan untuk Pres BEM mereka.

"Ngomong-ngomong lo nggak lupa kan, nanti malam kita musti baca puisi di atas panggung?" ucap Maya pelan, gadis berjilbab hitam itu mendadak gelisah, setelah ingat hukuman mereka.

Keya menepuk dahinya keras, ia lupa malam ini adalah puncak dari segala penyiksaan Ospek untuknya. Membaca puisi? Ia sama sekali tidak bisa, apalagi membuatnya, ia harus bagaimana? Rasanya Keya ingin menjerit saat ini juga—lalu ia ingat, ini tempat umum dan tak mungkin ia mempermalukan dirinya lagi.

"Kayaknya gue pingsan aja deh ntar, gue belum bikin puisi, May," ucap Keya frustrasi, setengah becanda.

"Hah, kenapa bis—"

"Perhatian teman-teman semua, kepada para mahasiswa baru diharap segera mencari tanda tangan dari kakak panitia setelah kalian membereskan stand masing-masing. Kegiatan jual beli harap dihentikan, saya beri waktu sepuluh menit buat membersihkan stand, semangat!"

Keya melirik ke arah seorang laki-laki yang tadi berbicara dengan toa di tangannya. Laki-laki bernama Dimas yang kebetulan adalah sie acara itu secara mendadak memberikan intsruksi tidak masuk akal. Katanya, mereka harus membereskan stand dalam waktu sepuluh menit? Dimas itu salah minum obat cacing atau bagaimana sebenarnya? Yang benar saja sepuluh menit harus membereskan stand, apalagi stand-nya ini sangat berantakan. Keya mengerang lagi.

So I Married A SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang