Nasyah melihat Alan duduk di ujung cafe, saat Nasyah mendekat ia tidak tahu karena pikiranya jauh menembus nirwana.
"Duduk termenung sendirian pasti sedang patah hati...." Alan yang melihat Nasyah tiba tiba di depannya merasa kaget.
"Sejak kapan kamu di situ.....??"
"Baru datang.... Bang bimo kasi tau aku kalau ada lelaki patah hati yang duduk di sudut cafe..." Alan menoleh ke arah meja resepsionis, di sana Bimo sedang tersenyum melihat mereka.
"Haaaa si brengsek itu....." Alan mengaruk garuk rambutnya yang tidak gatal menjadi berantakan.
"Apa yang terjadi...?? Apa fina melakukan sesuatu padamu...??"
"Hidupku tidak harus tentang Fina jadi berhenti bertanya soal adikmu itu padaku..." Nada bicara Alan mulai meninggi, Nasyah sadar sekarang temannaya sedang bad mod.
"Ohh...." mulut nasyah melingkar membentuk huruf o.
Hujan deras mulai datang, dari dinding kaca Nasyah dan Alan sama sama memandang keluar, melihat orang orang yang berlarian mencari tempat berteduh, keadaan cafe juga mulai ramai seiring derasnya hujan.
Sudah dua puluh lebih mereka saling diam, tidak ada yang bicara Alan dan Nasyah bermain mai main dengan pikiranya sendiri.
"Oii....." Alan mulai membuka omongan.
"Hmmm...." Nasyah menoleh ke arah Alan "Apa..."
"Kenapa kau masih di sini, kalau tidak ada yang di bicarakan cepat pergilah..." Alan merasa tergangu denga keadaan saling diam mereka
"Di luar masih hujan lebat, apa kau tega mengusirku...." Nasyah menjawab dengan wajah polos.
"Apa kau benar benar patah hati...." ucap nasyah lirih.
"Jangan tanyakan itu lagi...." jawab Alan ketus.
Nasyah tertawa kecil mendengar jawaban Alan "Kamu tau... kadang aku merasa tidak berguna buatmu Lan...." Nasyah memperhatikan pasangan sejoli yang sedang berteduh di bawa cafe sambil bergandengan tanagan, sesekali pemuda itu merapikan jaket yang di pakai pasanganya "kamu bisa menghilangkan sakit hatiku dengan sekejab, tapi aku tidak bisa berbuat apa apa pada mu... janganka memberi solusi mendengar ceritamu saja aku tidak pernah... kau sangat baik padaku, bahkan kebaikanamu tidak pernah ku dapatkan dari orang manapun..." Nasyah berbalik melihat Alan, ia merasa kesal saat mengetahui Alan dari tadi memakai hands free di telinganya sambil melamun.
Nasyah yang merasa kesal dengan sifat Alan hari ini, langsung pergi meninggalkan cafe.
"Kalau aku menceritakan semuanya apa kamu masih mengangap aku lelaki yang baik...." ucap Alan lirih, ternyata hands free yang di pakai alan tidak tersambung dengan hand phonenya, ia juga mendengar dengan jelas ucapan Nasyah tadi.
Hujan telah redah sebagian jalan aspal masih basah dan masih terlihat juga genangan air di beberapa lubang jalan, Nasyah menghirup Nafas panjang aroma ini lah yang dia sukai.
Tidak puas rasanya jika perempuan sedang berdandan tidak mengobarak abrik isi lemarinya, itulah yang di lakukan Nasyah sekarang, hari ini ia ada janji pergi dengan Reyhan, yah walaupun hanya sekedar makan malam biasa Nasya ingin berdandan secantik mungkin.
Pilihanya jatuh pada pada sweter merah dan bawahan celana jins, rambutnya yang panjang di sangul ke atas menyisakan beberapa helai di sampingnya, tak lupa ia memoles make up di wajahnya.
"Yang kemaren galau galau sekarang malah dating dating..." ledek Fina yang tiba tiba berdiri di sampingnya.
"Ihh.... apa sih kamu gangu kakak aja.... pergi sanah" Nasyah mendorong tubuh Fina keluar kamar dan mengunci kamar rapat rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Tears (End Version)
RomanceSaat aku patah hati aku berdoa kepada tuhan agar aku bisa melupakan orang yang ku cintai.... Dan tuhan mengabulkan doa doaku, bukan hanya orang yang ku cintai yang ku lupakan, ayah, ibu, adikku jaga hilang dari ingatanku.... Ingatan ini seprti angin...