Overcast in my heart

8.1K 448 9
                                    

"Maafkan ayah....." Herman menunjukkan penyesalannya.

Angin dari luar cendela memasuki sudut sudut ruangan rumah, Nasyah menyibakkan rambutnya yang sedikit terbang karena ulah angin, ia duduk di meja makan dimana di sana hanya ada mereka berdua "Ayah selalu memaksakan kehendak ayah, Hingga ayah tidak tau anak ayah kesakitan...." lanjut Herman, Nasyah memandang ke arah luar jendela, ia memperhatikan pohon yang daunnya bergoyang goyang karena tiupan angin.

Sudah dua hari ini cuaca berangin namun tidak ada hujan turun, Nasyah berjalan menaiki tangga, kepalanya menunduk memperhatikan setiap jengkal kakinya yang terus bergerak ke atas.

Nada ring tone yang bernyanyi nyanyi Riang memecahkan ke heningan di kamar Nasyah, Alan nama yang tertera di screen hpnya, orang yang beberapa hari ini jarang di jumpai karena Nasyah sendiri lebih sering mengurung diri di dalam kamar, tidak ada minat Nasyah untuk mengangkat telfon dari Alan ia letakkan hp kembali di atas meja, membiarkan hpnya terus melantunkan lagu, Nasyah kembali dalam lamunanya.
*********

Sebelum berangkat Reyhan dan Nasyah berpamitan pada orang tuanya, soreh ini Nasyah meminta kembali ke apartemen Reyhan karena kasihan melihat Reyhan yang pulang kecapean dan jarak antara rumahnya dan tempat kerja Reyhan sangat jauh.

Hujan mengiringi perjalanan mereka, Nasyah memperhatikan orang yang berlarian di sebrang jalan mencari tempat berteduh, tak ayal Halte bis adalah sasaran mereka untuk menghindarkan diri dari guyuran air langit, Nasyah ingat betul ia pernah di posisi seperti itu berhenti di halte bis sambil menunggu hujan redah.

Reyhan melajukan mesin mobilnya kembali saat lampu lalu lintas beruba warna hijau. Bik sumi menyambut kedatangan juragannya dengan hangat, ia membuatkan Reyhan kopi dan coklat hangat untuk Nasyah, sunyi yang terdengar hanyalah suara derasnya hujan dari luar dan sedikit suara petir.

Entah perasaan Reyhan atau memang benar, sejak Nasyah menikah dengannya ia jadi pendiam jarang ada percakapan di antara mereka, setiap Reyhan mengajaknya berbicara atau sekedar berbasa basih Nasyah selalu memalingkan pandangannya ke suatu tempat dan pergi begitu saja, jarak antara keduanya semakin dekat tapi hati mereka semakin menjauh.

Reyhan menoleh ke arah keran yang sedang menyalah, ia melihat Nasyah yang sudah siap mencuci gelas dan berjalan ke arah kamar, seperti itulah setiap harinya hanya ada suara benda benda di rumahnya, obrolan jarang terdengar di antara mereka apalagi suara gelak tawa, reyhan berjalan ke arah dapur, Nasyah tidak mematikan kerannya ia berdiri termenung di depan keran entah apa yang sedang ia fikirkan.

**********

Reyhan P.O.V

"Ceraikan aku....." telingaku berdenging denging saat Nasyah mengucapkan kata itu.

"Apa yang salah...." aku mencoba mengoreksi diriku sendiri mencari letak kesalahan ku.

"Tidak ada yang salah, aku hanya tidak bisa hidup denganmu..." jawabanya sangat tidak bisa ku trima.

"Katakan satu kesalahanku, setelah itu aku bersedia menceraikanmu....." aku menunggu jawabannya lama, hingga suasana hening menyelimuti kami.

"Pernikahan ini tidak semestinya terjadi..."

"Itu bukan kesalahan...." aku memotong ucapanya.

"Aku tau, tapi mengikatmu dalam keadaanku yang seperti ini hanya membuatmu menderita, jadi selagi aku masih bisa menulis tanda tangan tolong ceraikan aku...."

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang