Reyhan problem III

8K 448 14
                                    

Reyhan memenuhi permintaan Megan untuk berkencan denganya untuk yang terakhir kalinya.

Reyhan menyanggupi permintaan Megan, mereka menghabiskan hari dengan mengunjungi tempat pertama kali mereka berkencan, Megan tak melepaskan gengaman tanganya pada Reyhan sedetikpun.

Selesai membayar tiket mereka berdua memasuki Ancol Dreamland, berbagai jenis wahana Mereka naiki hingga membuat Reyhan mual mual.

Namun Megan tetap memaksa Reyhan untuk menaiki wahana yang lebih menantang yaitu angin tornado di mana pengunjungnya di baling balingkan di udara.

Reyhan yang tidak kuat dan mual mual di permalukan oleh Megan, gelak tawa mengiri kencan teraikhir mereka.

Matahari sudah mulai tergelam tinggal menyisahkan cahaya keemasanya, Megan menarik tangan Reyhan ke pingirana pantai, mengajak Reyhan merasakan terpaan ombak di kaki telanjangnya.

Megan memeluk reyhan dari belakang pipinya yang cabi di tempelkan ke punggung reyha yang bidang. "Apa kamu suatu saat akan merindukan aku...." tanya Megan lirih, sambil menyatukan jari jarinya.

"Mungkin...." jawab reyhan singkat.

"Kalau aku punya permintaan lagi apa kamu mau mengabulkan permintaan aku....." ucap Megan masih terus memeluk Reyhan.

"Apa....??" Angin kencang bertiup menerpa mereka.

"Cium aku...." Megan melepaskan pelukanya.

Reyhan berbalik menghadap Megan di lihatnya wajah yang ayu sudah mengeluarkan air mata, entah sejak kapan Megan menangis Reyhan tidak mendengar isakannya.

"Megannn...."

Belum sempat Reyhan melanjutkan kata katanya sudah di putus oleh Megan "Sekali ini saja...." pintanya

Jari jari Reyhan berjalan menghapus air mata Megan, sangat terasa saat tanganya memegang pipi lembut Megan.

Perlahan lahan wajah Reyhan mendekat ke arah Megan, sedetik kemudian bibir mereka saling menyatu, memangut satu sama lain mancari rasa manis di bibir pasangannya.
********

Perjalanan pulang Reyhan menghidupkan hpnya yang dari tadi di matikan, itu peraturan Megan dari awal agar tidak ada yang mengangu last dating mereka.

Sembilan panggilan tak terjawab dan tiga pesan dari mertuanya, Reyhan langsung membelokkan stir ia berbalik ke arah Rumah orang tua Nasyah.

"Dari tadi dia Nangis ngak berhenti berhenti, apa kalian ada masalah...." ucap Halima saat menuju kamar Nasyah.

"Reyhan tidak ada masalah apa apa dengan Nasyah buk...." jawab Reyhan lembut.

Ia buka pelan pelan knop pitu, hanya cahaya dari luar cendela yang menerangi kamar, tangan Reyhan meraba tombol lampu dan menekkanya cahaya yang bersinar terang langsung Menampakkan tubuh mungil yang masih menangis sambil sesekali menghirup ingusnya.

"Syah... kenapa...." tanya Reyhan dengan lembut sambil menyisikan rambut yang menutupi wajah Nasyah.

Tidak ada jawaban yang kluar, yang terdengar hanyalah suara isakan Nasyah "ya sudah kalau ngak mau bicara ayo makan dulu, kata ibu kamu dari tadi belum makankan..." rayu Reyhan dengan lembut.

Nasyah bukanlah tipe perempuan pembangkang, saat Reyhan membujuknya untuk makan ia langsung turun ke bawah bergabung di meja makan.

Walau sedang tidak napsu makan Nasyah tetap berusaha memasukkan Nasi ke dalam mulutnya.

Semua orang di meja makan berpura pura tidak terjadi apa apa, mereka tetap menikmati makananya namun suasananya hening.

"Tadi Nasyah ke ruma sakit...." Nasyah menarik nafas panjang, bagaimanapun juga keluarganya harus tau keadaanya, semua menunggu Nasyah melanjutkan bicaranya "Nasyah mengidap Alzheimer "

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang