33* RINDU

1.4K 95 0
                                    

(AUTHOR POV)

Jangan pernah salahkan rindu, karena rindu bukanlah sang pelaku.

*****************

"Boleh juga gayanya. Kalo bukan anak Bu Fedrika, udah gue apain tuh orang!" Imbuh seseorang dari kejauhan, menatap keributan di kantin pagi itu. Tangannya bersedekap dan wajahnya diangkat, menjadikannya lebih anggun. Siapa lagi cewek paling hits di ONF, kalo bukan Renata.

"Maksud lo? Via itu anaknya Bu Fedrika? Guru BP kita?" Vania bertanya atas pernyataan Renata.

Renata hanya mengangguk.

"Waktu itu gue pernah kepo sama asal usul cewek ini. Gue berusaha tanya ke semua pihak sekolah termasuk tata usaha buat nanyain identitas dia. Dan pas gue baca formulir perpindahan sekolahnya, ternyata dia anaknya Bu Fedrika Nirina. Karna dia anak guru BP, gue pikir kita nggak boleh macem-macem sama nih orang. Dan demi per-HITS-an OOTG, gimana kalo kita ajak gabung?"

" Maksud lo?" Vania dan Sinta melongo.

"Gue bakal jadiin dia anggota baru OOTG." Imbuhnya sekali lagi. Dan hal itu sontak membuat dua orang di sampingnya terkejut.

"Lo yakin mau masukin dia ke geng ini?" Tanya Sinta dengan sejuta rasa penasaran.

Renata mengangguk sekali lagi. Dia merencanakan sesuatu, tentang cara agar Via masuk ke OOTG.

Via. Cewek yang tidak kalah cantik dari Renata. Bahkan image-nya melebihi Renata. Itulah alasan mengapa Renata memilihnya untuk menjadikan salah satu anggota OOTG yang baru.

"Gue pikir, dia cukup fashionable buat masuk OOTG. Yaa paling enggak, dia nggak malu-maluin lah." Ujar Renata mengira-ngira.

Vania dan Sinta saling bertukar pandang. Opini mereka kemungkinan besar akan disanggah oleh ketua geng itu. Tidak ada gunanya.

"Nggak ada penolakan, nggak ada komentar, intinya gue bakalan ngajak dia join. Let's go girls!" Tutupnya yang kemudian berbalik melesat ke arah lain.

...

Hujan Sabtu ini cukup deras. Sandi memilih berdiam diri di rumah sembari menonton film kesayangan. Sekarang ia duduk di sofa. Tidak kemana-mana, hanya disitu. Hari ini Wulan sedang berurusan dengan seorang klien penting, jadi ia tidak sempat meluangkan waktu bersama anak semata wayangnya.

Ting nong,,, ting nong,,, ting nong

Suara pencetan bel mengusik acara Sandi. Ia mengusap kasar kepalanya, tidak tahu bagaimana caranya ia membukakan pintu untuk tamu yang datang hujan-hujan begini.

"Masuk aja! Pintunya nggak dikunci!" Teriaknya cukup kencang. Sehingga tamunya mendengar cukup jelas.

Suara pintu dibuka.

"Selamat pagi, Sandi!" Ucapnya dengan suara sampai menggema di ruangan. Via langsung melompat ke sofa tepat di samping Sandi.

Sandi berdecak pelan. Kenapa wanita ini harus mengganggu suasana liburnya? Dan kenapa harus wanita ini? Padahal bukan dia orang yang diharapkan.

"Ini tuh ujan deres, ngapain lo pake kesini segala? Nanti kalo lo sakit gimana?" Imbuh Sandi.

"Iyadeh, yang khawatir biar aku nggak sakit. Aku janji, aku nggak bakalan kayak gini lagi. Ini terakhir!" Balasnya dengan lebay. Jari kelingkingnya berdiri.

Sandi berdecih. Siapa juga yang khawatir sama dia? Kepedean.

"Kenapa ngomongnya 'aku kamu' sih? Emangnya harus?"

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang