6* COME BACK AGAIN

2.7K 175 1
                                    

Tatapan wajahnya hangat sekali,
sama seperti dulu.

*****************

"Thanks ya, San." Kataku di depan gerbang rumah.

"Oh iya, urusan sepeda lo biar gue yang atur. Besok gue yang bakal nganterin lo ke sekolah dan jemput lo juga!" Jelasnya sembari menyalakan mesin motornya. Semenit kemudian, motornya melesat hilang. Dia sempat menengok ke arahku sambil tersenyum.

Masih dengan keadaan mematung di gerbang. Pikiranku mencerna semua kata-kata yang baru ia ucapkan. Dia mau jadi tukang ojek pribadiku?

Ehh, tidak, tidak. Itu sangat jahat didengarnya.

Ditanganku masih memegang kotak berwarna merah marun. Rasa penasaran menghantuiku. Apa isi kotak ini? Cukup besar. Tapi, tunggu, dalam rangka apa Rafael memberi Raissa hadiah? Raissa kan tidak ulang tahun hari ini!

...

"Halo, Rai. Sekarang lo ke rumah gue, deh! Ada sesuatu yang mau gue kasih, nih." Ujarku menelepon Raissa.

"Tumben lo? Mau ngasih apaan emangnya?"

"Udah, pokoknya lo langsung kesini aja, buruan!"

"Duh, Syan. Gue mager jalan nih. Hari ini gue lagi nggak mau ke rumah lo dulu deh kayaknya."

"Yaelah, sejauh apa sih rumah lo sama rumah gue?! Cuma tinggal kepleset terus nyampe!"

"Yehh, nggak sampe segitunya kaliii. Yaudah deh, gue kesana sekarang. Jangan sampe pas gue kesana malah dapet prank. Awas lo ya!"

Aku langsung menutup telponnya. Raissa memang begitu, suka mengancam.

Setelah beberapa menit, Raissa membuka pintu. Seperti biasa, dia langsung masuk saja dan jarang sekali mengucap salam. Dia terlalu menganggap ini adalah rumahnya sendiri.

"Kenapa lo nyuruh gue kesini? Kangen?" Tanya Raissa dengan pedenya.

"Tadi Rafael nitipin sesuatu ke gue, katanya buat lo." Jujur, sangat berat mengucapkannya.

Mendengar nama Rafael, terlihat wajah sumringah Raissa.

Lalu, tangan ini pun bergerak ke hadapannya. Memberikan sebuah kotak yang akan Raissa selalu ingat menjadi kenangan, kenangan orang yang ia suka.

Kini, kotak itu sudah berpindah tangan dariku. Perlahan-lahan kotak dibuka. Dan seketika itu pula, terlihatlah isinya.

Sebuah kanvas yang terlukis wajahnya Raissa.

Ternyata hanya lukisan? Apa Rafael yang buat sendiri?

"Wahh, bagus banget! Mirip banget sama foto aslinya." Puji Raissa.

"Jadi, lo ngasih foto ke dia?" Tanyaku.

Raissa mengangguk. Bahagia pasti sedang menyelimuti hatinya. Entah kenapa aku iri melihat benda itu. Aku jadi berharap bahwa yang ada dilukisan itu adalah wajahku.

"Kalo besok gue gak sempet ketemu dia, tolong ucapin terima kasih ke Rafael, ya Syan!" Pinta Raissa.

"Iya gue bakal sampein, kok. Lo suka sama hadiahnya?" Entah pikiran darimana, tiba-tiba aku bertanya seperti itu.

"GUE SUKAAA BANGET!" Ucapnya sambil memeluk lukisan itu.

Hanya senyum segaris yang muncul di wajahku. Ya sudahlah.

...

Toktoktok

Loh? Siapa yang mengetuk pintu pagi-pagi begini? Yang tadinya berisik oleh dentingan sendok dan garpu, tiba-tiba suasana di meja makan pun jadi hening.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang