27* SHOCK

1.5K 105 1
                                    

Sebesar apapun kita berharap orang itu pergi, jika takdir mengatakannya "kembali lagi", maka itulah yang akan seharusnya terjadi.

*****************

Drrrt,,, drrrt,,, drrrt

Ponsel Syanin yang tak henti-hentinya bergetar, tidak membuat Syanin terbangun dari mimpinya. Tapi setelah beberapa menit kemudian, ia pun merasa terusik karena getaran itu. Syanin mengerjapkan matanya dengan posisi badan tengkurap. Segera digapainya ponsel itu. Matanya sambil menyipit melihat ID caller.

Sandi is calling...

"Halo, Syanin! Lo lagi dimana sekarang?"

"Gue lagi di kamar. Emang kenapa?"

"Lo baru bangun tidur, ya? Kok lemes gini suaranya?"

"Iya, nih. Gue ngantuk banget tadi pagi. Ternyata pas bangun, udah siang bolong begini."

"Apa lo bilang? Masih siang? Woyy, ini udah sore! Satu jam lagi maghrib!"

"Hah?! Masa sih? Berarti gue tidur lama banget dong?"

"Hm, pantesan gue tungguin daritadi di rumah sakit, ehh lo malah ketiduran sampe sore."

"Eh, sorry yaa. Nanti deh abis maghrib gue kesana. Oke?"

"Nggak usah. Gue udah pulang ke rumah."

"Oh, bagus deh kalo gitu, gue nggak perlu repot-repot naik metromini lagi."

"Oh, jadi tadi lo naik metromini?! Hahaha, maaf ya, gara-gara kaki gue begini, lo jadi naik metromini deh."

"Udah, nggak usah bahas soal itu. Biarin sembuh dulu tuh kakinya. Nggak usah mikirin gue terus!"

"Hah?! Siapa juga yang mikirin lo terus. Syanin geer, yeu. Huuu."

"Enggak, kok. Siapa juga yang geer."

"Eh, tapi emang gue daritadi mikirin lo terus, tau!"

"Terserah lo aja deh. Udah ya, gue mau mandi."

"Okeh, bye my Syanin!"

-tut-

Belum ada satu menit setelah mereka saling bertelfon, ponsel Syanin bergetar lagi. Tapi bukan notifikasi panggilan, ada notifikasi pesan dari Sandi.

Sorry, besok aku gk bisa nganter!

Mata Syanin membelalak. Apa ia tidak salah lihat? Sandi mengetik kata Aku.

Sekitar 10 detik kemudian, ada notifikasi lagi.

Ehh, typo

*Gue

Syanin hanya sekedar membaca pesan itu tanpa membalasnya. Ia terkekeh kecil.

Mana ada typo begitu.

Langsung saja ia lempar ponselnya ke kasur lagi. Lalu, ia tinggalkan.

...

Pagi ini, Syanin sudah berkemas. Tapi ia bingung, harus dengan siapa dia pergi ke sekolah? Sandi sedang tidak bisa mengantar-jemputnya.

Tangga ia turuni satu persatu. Sudah terlihat dari atas, tiga kepala itu sedang sarapan bersama. Syanin menghampirinya.

"Rai, gue berangkat bareng lo, ya?" Pinta Syanin pada Raissa.

"Loh?! Biasanya lo bareng Sandi?" Tanya Raissa balik.

"Sandi kan abis dari rumah sakit. Kaki dia patah tulang, jadi nggak sekolah dulu beberapa hari." Jelas Syanin agak gugup.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang