"Gua panggil lo Mikha, lo gak nyahut. Gua panggil Mik, juga enggak, Kha juga enggak. Lo mau gua panggil apa? Yanuar? Yanu? Anu? Prihastomo? Hasto? Tomo?"
[.]
Pelajaran Sosiologi bisa dibilang pelajaran paling mengantukkan bagi para siswa IPS. Selain pelajarannya hanya berisi huruf, guru yang mengajar seperti bicara sendiri juga membuat mereka tidak memperhatikan. Pak Dwi sudah membahas soal try out yang lalu agar mereka bisa mendapat hasil yang lebih baik pada try out berikutnya. Nmaun tidak ada satupun yang mendengarkannya. Suara Pak Dwi yang tidak terlalu keras membuat mereka juga tidak mendengar dengan baik.
Mikha membenamkan kepalanya di atas meja. Membuat buku paketnya berdiri tepat di hadapannya agar dia tidak ketahuan jika sedang tidur. Ini sudah pelajaran yang terakhir dan dia sudah tidak konsen. Apalagi gurunya seperti itu. Setiap kata yang dinyanyikannya bagaikan lagu nina bobo yang mengantarnya pergi ke alam mimpi.
“Heh, bangun lo!” ucap Talia sambil menyenggol lengan Mikha yang menutupi wajahnya. Talia duduk di samping Mikha hari ini setelah bertukar tempat duduk dengan Ajun.
“Ngantuk, Tal,” sahut Mikha malas tanpa mengangkat kepalanya.
“Nanti nilai try out Sosio lo jelek lagi,” Talia menggoyangkan lengan Mikha agar laki-laki yang duduk di sampingnya itu terbangun.
“Halah Cuma try out doang kok,” sahut Mikha enteng. “Penting UN nanti nilai gua bagus.”
Talia mendengus sebal. “Dasar lu! Gak bisa dikasih tahu!”
Mikha menegakkan tubuhnya lalu menyandarkannya di kursi. Rambutnya berantakan dan beberapa helai jatuh di muka bantalnya. Dia menatap ke arah Talia sebal dengan mata ngantuknya. “Puas lo?”
Talia tersenyum. “Banget!”
Mikha mendengus lalu mengacak rambut Talia. “Dasar.”
Talia terkekeh. “Kerjain tuh soal yang dipapan.”
Mikha menatap ke arah papan tulis sejenak sebelum akhirnya menatap Talia lagi. “Lo kerjain, gua nyontek.”
“Kebiasaan lu!”
Mikha terkekeh.
“Tal?”
“Apa?” sahut Talia yang mulai mengerjakan soal dari Pak Dwi.
“Lo pernah ngerasa hati gak tenang gitu gak?” tanya Mikha karena sampai sekarang perasaannya masih mengganjal.
“Gak tenang kenapa lo?” Talia balik bertanya heran. “Gak tenang habis nakut-nakutin gua semalem?”
“Bukan itu,” sahut Mikha.
“Terus?” Talia menghentikan aktivitasnya lalu menyangga kepalanya di atas meja dan menatap Mikha.
“Ketika lo udah ungkapin apa yang lo sembunyiin ke seseorang tapi lo masih tetep ngerasa ganjel,” jelas Mikha. “Gimana menurut lo?”
“Mungkin belum semua lo ungkapin,” sahut Talia. “Lo temuin orang itu dan kasih tahu apa yang mungkin masih lo sembunyiin.”
“Tapi kayanya gua udah ungkapin semuanya,” Bibir Mikha berkerut.
“Lo ada masalah gak sama orang itu?”
Mikha mengangguk. “Banyak malah.”“Ungkapin aja semuanya. Semua yang pengen lo ungkapin ke orang itu,” saran Talia. “Kalau lo ada masalah sama dia, ya lo coba selesain lah. Dia atau lo yang mulai masalah duluan?”
“Gua sih,” jawab Mikha. “Tapi gara-gara dia juga.”
“Kalau lo yang cari gara-gara duluan, lo minta maaf lah ke dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mikha
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DIREVISI] Mikha dan Nika. Tetangga sejak entah dari kapan. Awalnya semua baik-baik saja. Hingga suatu hari Mikha tiba-tiba saja berubah. Mikha menjadi dingin kepada Nika dan mulai membenci gadis itu. Sementara disisi lain, Nika mu...