Chapter 18 : Jika Mikha Suka Maka Negasi Nika

9.4K 1.2K 283
                                    

"Lo boleh ngejauh, Mik. Lebih jauh dari sebelumnya."

[.]

Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam sekarang. Nika menyandarkan tubuhnya di kursi tempat ia duduk sekarang. Dia sudah berkutik dengan latihan soal UN fisika sejak satu jam yang lalu. Pikirannya tidak tenang.Apa yang Mikha katakan tadi sebenarnya tidak terlalu berarti, tapi membuat Nika merasa sesak. Mungkin karena dia tidak bisa berlatih servis bersama Mikha di GOR lagi, atau mungkin karena Mikha yang minta berhenti sampai di sini untuk Talia.

Ya, Talia, Talia, Talia. Nika muak setiap Mikha mengucapkan nama itu. Seperti hanya nama gadis itu saja yang ada di otaknya. Sekarang, di sekolah Mikha lebih sering berdua bersama Talia daripada bersama Ajun. Nika lebih suka melihat Mikha bersama Ajun. Walaupun teman-teman sekelas Mikha menganggap mereka homo atau apalah itu namanya. Layar ponsel Nika menyala di atas meja belajar. Membuat tangan gadis itu segera mengambilnya dan membuka pesan yang masuk.

Revan Nicholas : Nik?

Tesalonika Prima : Knp?

Revan Nicholas : Lo mau gk bantuin gua?

Tesalonika Prima : Bantu apa? Gua beda jurusan sama lo

Revan Nicholas : Pelajaran mulu lo -,-

Revan Nicholas : Gua mau nembak Siska

Tesalonika Prima : Dih, emg Siska mau sama lo?

Revan Nicholas : Jgn bikin gua ciut dong :"3

Revan Nicholas : Gua bantu lo deketin Mikha deh

Tesalonika Prima : Kebiasaan lo

Tesalonika Prima : Apa-apa disambungin ke Mikha mulu

Revan Nicholas : Ntar kalo Mikha diambil org nyesel lu, Nik

Nika hanya membaca chat dari Revan itu. Menatap layar ponselnya itu. "Dia deket sama cewek lain aja gua udh nyesel, Rev," gumamnya.

Nika meletakkan ponslenya. Mengusap wajahnya kasar. Dia jadi tidak fokus sekarang. Pikirannya tidak tenang. Nika mencoba mengerjakan soal fisika lagi tapi pikirannya buyar. Tidak tahu harus bagaimana. Bayangan wajah Mikha terus bersemayam di kepalanya. Nika mengambil ponselnya mengetikkan sebuah pesan sebelum akhirnya mengambil jaket dan membawa ponselnya itu pergi keluar.

[.]

Mikha duduk di refter dapurnya. Menatap Luna yang sedang membuat roti bakar dan susu hangat pesanan Mikha. Luna heran, sudah lama sejak terakhir kali Mikha meminta makanan itu. Biasanya jika dibuatkan saja Mikha menolaknya. Mira bilang gara-gara Nika, tapi Luna masih tidak mengerti apa sebabnya. Mikha mengetuk-ngetukkan tangannya di meja refter. Susu hangat malam ini adalah tanda bahwa Mikha ingin berbaikan dengan masa lalu. Kalau kata eyangnya dulu, ngambeknya kelamaan.

Segelas susu coklat hangat dan roti bakar dengan aroma yang menggoda sudah tersedia di depan mata Mikha namun tangannya masih belum berantak untuk menyentuh makanan itu.

"Mikha, besok kamu jemput Mira di stasiun ya?" pinta Luna. "Papa pergi ke Serang buat seminggu soalnya."

"Mira pulang jam berapa?" tanya Mikha.

"Sore mungkin," jawab Luna tak pasti. "Nanti dia kontak kamu kalau udah sampai."

"Okay, Ma," sahut Mikha.

Mikha beralih menatap roti bakar dan susu hangat itu cukup lama. Hingga menarik perhatian Luna yang sekarang sedang mencuci piring.

"Kok dilihatin mulu?" tanya Luna. "Dimakan dong. Udah lama kan kamu gak makan roti bakar sama susu hangat?"

Tentang MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang