Chapter 14 : Jika Mikha Peduli Maka Nika Suka

9.6K 1.1K 45
                                    

"Sejak kapan lo peduli?"

"Bukannya lo yang minta gua buat peduli ya?"

[.]

Kantin Bu Djum memang tidak pernah sepi. Walaupun ada empat buat kantin di sini, hanya kantin Bu Djum yang memerlukan perjuangan demi mendapatkan dua buah mendoan beserta satu krupuk pedas. Hanya untuk mendapatkan makanan itu, suasana seperti tawuran yang harus dirasakan. Saling dorong satu sama lain padahal Bu Djum juga sudah menstok gorengan tanpa mereka harus takut kehabisan. Namun tetap saja seperti itu.

"BU MENDOAN DUA ES TEH SATU MAICHI SATU!"

"BU BROWNIES SATU ES TEH SATU!"

"BU NASI GORENG SATU MENDOAN SATU BROWNIES SATU MAICHI DUA ES TEH DUA!"

"BU SAYA BORONG SEMUANYA BOLEH GAK?!"

Setiap hari hampir seluruh siswa berdesakan bak tawuran di sana. Kadang ada yang sampai terjatuh, terjepit, sepatu copot hingga hilang. Namun itu yang akan mereka rindukan ketika sudah lulus nanti. Itu yang dirasakan Nika dan seluruh angkatan kelas XII.

Dua bulan lagi, Ujian Nasional akan di mulai. Itu artinya, sebentar lagi mereka akan berhadapan dengan Ulangan Tengah Semester Genap lalu Ujian Akhir Semester Genap pada akhir Februari hingga awal Maret nanti. Pertengahan Maret akan diisi dengan Ujian Sekolah dan Ujian Praktek lalu terakhir, Ujian Nasional.

Itu juga berarti, tugas Mikha menjadi tutor Nika sebentar lagi akan selesai. Sebentar lagi pula, Nika mungkin bahkan tidak akan mendengar sepatah kata dari Mikha. Sejak awal semester lalu, mereka hanya berbicara saat ada di GOR dan kembali menjadi orang asing setelah keluar dari sana. Mikha yang berubah-ubah membuat Nika menjadi seperti berada di roller coaster. Baru saja dia berada di atas, beberapa saat kemudian dia sudah berada di bawah lagi. Itu mood Mikha kepada Nika.

"Hai," sapa Deon yang langsung duduk di samping Nika yang sedang menikmati nasi gorengnya di salah satu meja kantin.

"Hai, Yon," sapa balik Nika tanpa menatap Deon dan masih fokus dengan makanannya.

"Mana Siska?" tanya Deon karena biasanya Siska selalu ada di samping Nika.

"Lagi di perpus balikkin buku," jawab Nika.

Deon mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Nih, buat lo?"

Dahi Nika berkerut. "Coklat?"

Deon mengangguk. "Iya, buat lo."

"Ada acara apaan lo kasih gua coklat? Perasaan gua gak ulang tahun deh," sahut Nika heran.

Deon menyentil dahi Nika. "Dasar, kelamaan jomblo lu ya?"

Nika mengusap dahinya yang terasa sedikit sakit itu. "Apaan sih lo, Yon? Gua beneran gak ngerti."

Deon menghela napasnya. "Kemaren Valentine, Tesalonika."

"Oh," Mulut Nika membulat. "Thanks ya. Taruh aja di meja, gua mau lanjutin makan."

"Udah gitu doang?"

"Iya," sahut Nika tanpa dosa. "Terus gua harus gimana?"

Deon mengerutkan bibirnya sambil menghela napas. Nika memang seperti itu sejak pertama kali bertemu dengannya dan tidak pernah berubah.

"Nanti malem lo ada acara gak?" tanya Deon.

"Ada," jawab Nika. "Latihan soal Try Out biologi minggu kemaren belum gua kerjain."

"Bisa lo kerjain pulang sekolah gak?"

"Sebenernya bisa sih, tapi gua ada acara lain."

"Gak bisa lo kerjain besok gitu?"

Tentang MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang