Chapter 21 : Jika Mikha Baik Maka Nika Juga

10.4K 1.1K 136
                                    

"Menurut lo, mana yang lebih baik? Dia jauh dan benci sama lo tapi gak jadian sama siapapun atau dia deket sama lo, tapi jadiannya sama orang lain?"

[.]

Maret tiba. Segelintir persiapan UN sudah mulai dilakukan lebih giat lagi. Minggu kemarin masih uji coba UNBk, dan minggu ini siswa kelas XII akan menghadapi Ujian Sekolah. Kebahagiaan tersendiri memang bagi para kelas XI dan X karena mereka mendapat libur selama seminggu lebih, tetapi mereka yang mengikuti Ujian Sekolah ini menggantungkan hidup dan matinya. UN memang bukan penentu kelulusan lagi, tapi Ujian Sekolah yang mendapat porsi 60% dan sisanya adalah nilai rapor. Itu kesepakatan sekolah.

Ujian Sekolah hari pertama kali ini adalah bahasa Indonesia dan PKn. Segudang hafalan yang membuat mereka nyaris muntah melihat banyaknya kata yang berjajar di sana. Guru PKn mereka hanya berkata, pelajari dari kelas X sampai kelas XII. Hanya itu tanpa ada tambahan lagi. Itu sama saja dengan membaca tiga buku tebal dan hanya beberapa saja yang muncul di ujian sekolah nanti.

"Sis, gua gak kuat," ucap Nika seraya membenamkan kepalanya ke buku cetak tebal yang ada di hadapannya.

"Kalo lo gak kuat, gua udah sekarat kali," sahut Siska sarkas. "Gua udah sakratul maut tinggal nunggu dicabut nyawanya."

"Husst!" Nika menatap sahabatnya yang berbicara ngelantur itu. "Kelewatan lo ngomongnya!"

"Habis lo pesimis gitu," Siska mencebik. "Lo aja yang pinter pesimis, lah gua yang bloon gimana?"

"Gua lagi banyak pikiran, Sis," Nika menegakkan tubuhnya. "US, uprak, UN, otak sama hati gua gak sinkron."

"Gua tahu," ucap Siska seraya melipat tangannya di atas meja. "Pasti lo masih kepikiran Mikha sama Talia 'kan?"

"You know jawabannya lah, Sis," sahut Nika.

"Kenapa lo gak sama Deon yang pasti-pasti aja?" tanya Siska yang membuat Nika segera menatapnya.

"Move on itu gak seenak jidat."

"Halah, udah ada media dan sarananya buat move on," sahut Siska. "Kaya lo udah dikasih rumah, dikasih duit, dikasih makan, Cuma tingga nempatin aja masih kaga mau."

"Gua udah coba, Sis, tapi gak bisa," jawab Nika.

"Deon kurang apa sih, Prim?" Siska menyangga kepalanya di atas meja seraya menatap Nika.

"Kurang bisa bikin gua move on."

Siska terkekeh. "Okay, lo maunya masih Mikha kan? Cowok yang gak jelas mulu sama lo?"

Nika menghela napasnya lalu memutar duduknya menatap Siska. "Menurut lo, mana yang lebih baik? Dia jauh dan benci sama lo tapi gak jadian sama siapapun atau dia deket sama lo, tapi jadiannya sama orang lain?"

"Ada opsi C gak?"

"Ada," Nika tersenyum. "Dia jauh dan benci sama lo terus jadiannya sama orang lain."

"Gak ada yang happy ending apa?" protes Siska.

"Itu hidup gua, Sis," sahut Nika. "Gua juga pengennya masa SMA gua nanti happy ending."

"Ya walaupun si Mikha jadian sama cewek lain, nanti nikahnya sama lo," Siska kembali mengambil buku paketnya dan mulai membaca lagi.

Nika mendengus. "Lo ngomong sama kaya yang diomongin Kak Mira."

[.]

Mikha berdiri di depan ruang tempat ia akan ujian sekolah nanti. Dia sendirian sekarang, tanpa Ajun, Talia ataupun Revan. Hari ini Talia tidak masuk hingga mungkin tiga sampai tujuh hari ke depan. Kakeknya baru saja meninggal semalam dan Talia harus segera terbang ke Toraja. Alhasil, Mikha sendiri yang di sini. Masih dengan dengan perasaan bimbang yang menghantui. Labil, dia akui dirinya memang labil.

Tentang MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang