Chapter 15 : Jika Mikha Lari Maka Nika Lari

9.6K 1K 61
                                    

"Masa ntar lo sama gua berduaan doang di rumah? Bisa didemo rumah gua nanti." 

[.]

Nika merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia belum membaringkan tubuh sejak pulang sekolah tadi. Handuk masih membungkus rambutnya yang basah. Matanya menatap langit-langit kamar. Apa yang Mikha lakukan tadi masih teringat jelas di otaknya. Mikha melarangnya pergi bersama Deon. Setahu Nika, mereka berdua hanya saling tahu dan tidak akrab. Musuh juga sepertinya bukan. Deon juga anak baik menurutnya. Lalu kenapa Mikha melarangnya?

Apa mungkin dia... cemburu?

Nika menggelengkan kepalanya. Mana mungkin Mikha cemburu. Sudah jelas-jelas dia memiliki Talia. Lalu untuk apa Mikha cemburu? Satu hal yang Nika tanamkan dalam hatinya sekarang. Jangan terlalu besar kepala dengan sikap Mikha. Tunggu saja besok, dia pasti sudah kembali lagi. Ponsel yang ada di sampingnya bergetar. Nika segera mengambilnya dan membuka pesan yang masuk.

Rae Deon : Udh siap?

Rae Deon : Gua OTW rmh lo

Nika mengangkat jempolnya. Hendak membalas pesan itu, tapi belum sempat dia mengetikkan apapun. Sebuah pesan dari Deon sudah masuk lagi.

Rae Deon : Gua udh sampe dpn rmh lo

Nika membulatkan matanya. Baru semenit yang lalu Deon berkata dia sedang di jalan, tapi beberapa saat kemudian dia sudah sampai. Nika segera membalas pesan itu.

Tesalonika Prima : Cepet banget sih?

Tesalonika Prima : Gua blm ngapa-ngapain!

Beberapa saat kemudian, suara Diana terdengar memanggil Nika.

"Nika? Ada temen kamu tuh di bawah," ucapnya dari balik pintu.

"Mampus," pekik Nika. "Iya, Bun, bentar!"

Cepat-cepat Nika membuka buntalan handuk yang membungkus rambutnya. Berganti pakaian lalu menyisir rambutnya. Dia mengambil mini ranselnya asal lalu turun ke bawah untuk menemui Deon. Benar saja, sesampainya di bawah, Deon sudah duduk manis di kursi ruang tamu sambil memainkan kunci mobilnya. Dia segera tersenyum ke arah Nika setelah menyadari kehadiran gadis itu.

"Katanya belum siap, tuh udah," gerutu Deon sambil berjalan menghampiri Nika.

"Ini juga buru-buru keles," sahut Nika kesal. "Lo gak lihat rambut gua masih basah?"

Deon terkekeh. "Lo juga gak bakal jadi Rapunzel kalo rambut lo kering, Nik."

"Apaan sih lo? Garing!" ketus Nika.

"Iya udah ayo," sahut Deon.

"Gak minum dulu nih?" tanya Diana yang muncul entah darimana.

"Enggak, Tante, makasih," jawab Deon. "Saya ijin bawa Nika sebentar ya, Tante?"

"Iya," Diana tersenyum. "Jangan malem-malem pulangnya."

"Iya, Bun," sahut Nika.

"Saya sama Nika pergi dulu, Tante."

"Iya, hati-hati."

[.]

Sudah tiga puluh menit sejak Nika meninggalkannya di GOR tadi, tapi Mikha baru melangkahkan kakinya untuk pulang dari rumah. Dia sibuk merenung di sana. Sejak Fabian memintanya mengajari Nika servis, ada yang aneh pada diri Mikha. Dia memutuskan untuk mendekati Talia, dan itu masih berlangsung hingga sekarang. Dia merasa nyaman bersama Talia, tapi dia juga merasakan hal itu pada Nika. Tentang Nika, mereka pernah bersahabat sebelumnya, jadi mungkin karena itu rasanya nyaman itu muncul.

Tentang MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang