"Gua suka sama lo, Nik. Entah sejak kapan, gua juga gak ngerti."
[.]
Nika melangkahkan kakinya lesu. Bukan lelah karena berlari, bukan juga lelah karena berpikir. Dia hanya lelah, entah karena apa. Dia lesu. Tidak bersemangat. Mikha tampak bahagia bersama Talia dan Nika tidak suka itu. Andai dia bisa memutar waktu ke dua tahun yang lalu. Di saat Mikha belum berubah, di saat semua belum berubah. Nika ingin kembali ke masa itu.
Nika menghentikan langkahnya. Menatap rumah Mikha yang berada tepat di samping rumahnya. Dulu dia sering berkunjung ke situ. Sayangnya itu dulu, bukan sekarang. Deon sudah ia minta pulang sejak rumah ke lima di jalan ini. Hanya Nika sendirian sekarang. Leon pasti sudah sampai di rumah. Gadis itu melangkahkan kakinya. Hendak menuju rumahnya yang hanya beberapa langkah itu tapi sebuah suara menghentikannya.
"Nika?" Suara lembut itu membuat Nika memutar tubuhnya. Menatap ke arah sumber suara yang tidak lain adalah Luna, ibu Mikha.
Nika tersenyum kecil ke arah Luna yang sedang bersiap menyiram tanaman di pekarangan itu. "Pagi Tante."
Luna menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Nika. "Kenapa kamu gak dateng kemaren?"
"Masalah cewek Tante," jawab Nika berbohong.
"Udah lama kamu gak main ke rumah Mikha loh," gerutu Luna. "Mampir yuk?"
"Kapan-kapan aja Tante," tolak Nika halus. "Rumah Cuma sebelahan kok."
"Tapi kalau gak diginiin kamu gak bakal dateng, Nik," sahut Luna memaksa. "Masuk bentar yuk. Mira di rumah sama Miko tapi si Mikha lagi jogging."
"Mikha belum pulang Tante?" tanya Nika penasaran.
Luna menggeleng. "Belum. Mampir bentar aja, Tante barusan bikin cake, coba kamu cicipin."
Nika tersenyum lalu mengangguk. "Iya Tante."
[.]
Hari sudah menjelang siang. Beberapa orang yang tadinya berjogging ria sekarang sudah kembali ke rumahnya dan mengerjakan pekerjaan mereka. Namun Mikha dan Talia masih berada di sekitar GOR. Duduk di sebuah bangku taman untuk berteduh dan beristirahat. Angin berhembus perlahan, membuat rambut Talia yang tidak diikat itu berterbangan. Gadis itu senang. Duduk di samping Mikha seperti ini membuatnya nyaman. Jika Nika yang ada posisinya sekarang, dia mungkin akan berkata bahwa hormon oksitosin-nya bertambah.
"Habis ini lo ada acara gak?" tanya Mikha seraya meremas botol plastik kosong yang ada di tangannya.
Talia menggeleng. "Gak, paling bikin PR sama tugas."
"Sok rajin lo," cibir Mikha.
"Dih, mendingian gua sok rajin daripada lo gak ada rajin-rajinnya," balas Talia tak terima.
Mikha mengacak rambut Talia. "Dasar."
Talia terkekeh.
"Ke rumah gua yuk?" ajak Mikha yang entah terbesit dari mana.
"Ogah, gua masih bau gini," tolak Talia.
"Mampir bentar doang," paksa Mikha. "Flashdisk lo udah ketemu."
"Dimana?" tanya Talia antusias.
"Di kolong tempat tidur," jawab Mikha.
Talia tersenyum. "Okay."
[.]
Rumah Mikha masih sama dari segi interiornya. Masih bercat putih dengan foto keluarga di salah satu sisinya. Ada foto Mikha dan Mira sewaktu kecil. Ada pula beberapa lukisan abstrak koleksi Darto. Nika berjalan mengikuti Luna menuju dapur. Dia ke sini hanya untuk mengambil cake. Bukan menemui Mikha. Namun matanya berkelana mencari keberadaan laki-laki itu yang sudah jelas-jelas tidak ada di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mikha
Ficção Adolescente[COMPLETED] [BELUM DIREVISI] Mikha dan Nika. Tetangga sejak entah dari kapan. Awalnya semua baik-baik saja. Hingga suatu hari Mikha tiba-tiba saja berubah. Mikha menjadi dingin kepada Nika dan mulai membenci gadis itu. Sementara disisi lain, Nika mu...