Chapter 27 : Jika Mikha Sakit Maka Nika Sedih

10.8K 1.1K 107
                                    

Raisa - Firasat

[.]

"Mikha, gua sayang lo. Tolong jangan pergi."

[.]

Tinggal menghitung hari sebelum ujian nasional. Hampir seminggu penuh pelajaran hanya diisi oleh enam mata pelajaran untuk UN hingga semua siswa mulai jenuh. Mereka semua juga diperingatkan agar tidak berbuat macam-macam sehingga dapat mengikuti ujian nasional. Ah, ujian ini menyiksa mereka siang dan malam.

Mikha duduk di salah satu meja kantin. Menatap seorang gadis yang sedang sibuk membaca buku tebal berisi kumpulan soal-soal ujian nasional. Dia memang gila belajar sejak dulu. Nika tidak pernah berubah. Senyum kecil mengembang di wajah Mikha, melihat Nika seperti ini membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Sepertinya Mikha benar-benar menyukai Nika lagi. Lalu Talia? Mikha juga tidak tahu. Dia juga tidak ingin melepasnya.

"Woy, Mik!"

Revan datang dengan segelas es teh manis di tangannya. Membuat Mikha segera memalingkan wajahnya dari Nika agar Revan tidak curiga. Padahal Revan sudah memperhatikan tingkah Mikha sejak masih menunggu es teh di kantin. Revan mendengus. Usia delapan belas tahun bukan acuan seseorang untuk menjadi dewasa, Mikha contohnya. Dia masih belum bisa mengerti dirinya sendiri.

"Sok-sok an lu!" cibir Revan. "Dari tadi nglihatin si Nika mulu. Lo kira gua gak tahu?"

"Sok tahu lo," sahut Mikha.

Revan tersenyum miring. "Kalo lo suka sama Nika, putusin Talia. Awas aja kalo nanti lo nyesel waktu Nika jadian sama Deon."

Mikha segera menatap Revan dengan dahinya yang berkerut. "Apa?"

"Tuh kan, lo peduli sama dia," Revan menyesap es teh manisnya. "Menurut lo Deon bakal diem aja? Gak bakal nembak Nika?"

Raut wajah Mikha segera berubah. Bibirnya terkatup, sorot matanya berubah menjadi sendu. Rasanya, dia tidak rela. Dia tidak mau Nika menjadi milik Deon. Tidak.

Revan tersenyum lalu menepuk bahu Mikha. "Dasar bocah, dari dulu sampai sekarang kayanya lo gak pernah berpaling dari Nika. Comblangan gua sama Mira ternyata emang berhasil. Cuma butuh waktu."

"Lo bener, Rev," sahut Mikha. Mikha menghela napasnya. "Gua sayang sama Nika."

"Kalo gitu putusin Talia, jangan bikin anak orang sakit hati," ucap Revan lalu menepuk bahu Mikha. "Gua pergi dulu."

Revan kemudian pergi meninggalkan Mikha.

[.]

Nika melangkahkan kakinya di sepanjang koridor sekolah. Menyusuri tempat yang sebentar lagi akan ia rindukan. Semua kenangan yang terjadi di sini, baik yang buruk ataupun yang baik, sepertinya Nika akan merindukan semuanya. Tatapan dingin Mikha ketika berpapasan di koridor, berebut mendoan di kantin Bu Djum hingga sepatunya tertinggal, bertemu dengan teman baru semacam Deon dan masih banyak lagi. Tinggal menghitung hari sebelum semuanya berakhir. Pertempurannya dengan ujian nasional akan segera dimulai minggu depan dan Nika tidak ingin mengecewakan keluarganya.

"Sendirian aja lo."

Seorang laki-laki bertubuh tinggi kini berjalan di samping Nika. Membuat Nika segera mendongakkan kepala menatapnya karena dia tiba-tiba saja datang entah darimana. Laki-laki itu tersenyum manis ke arah Nika dan Nika membalasnya.

"Gak balik lo, Yon?" tanya Nika kepada laki-laki yang menghampirinya tadi, Deon.

"Gua baru selesai piket," jawab Deon. "Lo sendiri ngapain di sini?"

"Gua lagi mencoba mengenang sekolah ini," jawab Nika yang terkesan sok puitis bagi Deon.

"Gua baru empat bulan sekolah di sini, jadi gak banyak yang bisa gua kenang," sahut Deon. "kecuali lo."

Tentang MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang