Chapter 23 : Jika Mikha Sedih Maka Nika Juga

9.9K 1.2K 142
                                    

"Nika... gua butuh lo."

[.]

Mikha membaringkan dirinya di atas ranjang. Udara di luar terlalu panas untuk beraktivitas. Dia merasa sangat malas dan lebih memilih berbaring di atas ranjang. Rasanya bosan. Besok adalah hari terakhir ujian sekolah dan minggu selanjutnya adalah ujian praktek. Tinggal menghitung minggu sebelum ujian nasional tiba. Mikha masih belum ingin keluar dari sekolah itu. Walau dulu dia ingin sekali segera pergi dari sana.

Mikha meraih ponselnya. Mengetik beberapa chat lalu mengirimkannya ke beberapa orang.

Mikha Yanuar : Rev, nge-game di rmh gua yuk?

Revan Nicholas : Gua lg jln sama Siska

Mikha kemudian membuka chat yang lain.

Mikha Yanuar : Jalan yuk?

Tesalonika Prima : Jalan?

Mikha Yanuar : Iya, jln sama gua

Mikha Yanuar : Udh lama gua gk jalan bareng lo

[.]

Mikha berdiri di depan pintu rumah Nika yang hanya berjarak lima meter dari rumahnya. Tangannya memainkan kunci mobil sedan yang sudah terparkir di depan rumah Nika. Dia sudah berada di sana sejak lima menit yang lalu, tapi Nika masih belum saja keluar dari rumahnya. Ini pertama kalinya mereka pergi berdua setelah sekian lama. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan Nika menampakkan dirinya. Rambutnya terurai, dress selutut berwarna biru berbahan satin, flat shoes dengan warna senada dan sebuah sling bag.

Mikha mengerutkan bibir dan dahinya. Rasanya ada yang kurang dari Nika. "Nik, kacamata lo mana?"

Nika membulatkan matanya. "Oh iya kacamata gua!"

Nika segera memutar tubuhnya. Hendak masuk kembali dan mengambil kacamatanya. Pantas saja sejak tadi rasanya ada yang kurang. Dunianya terasa aneh. Namun Mikha menahan tangan Nika.

"Udah gitu aja," saran Mikha. "Lo lebih cantik gak pake kacamata."

"Bodo!" sahut Nika. "Daripada dunia gua jadi kaya disensor."

"Udah ayo!"

Mikha menarik Nika menuju mobil sedannya. Memaksa gadis itu naik walaupun tampaknya dia masih ingin mengambil kacamatanya yang tertinggal di kamar. Mikha mengendarai mobil itu dengan kecepatan standar sambil sesekali melirik ke arah Nika yang masih mengerutkan bibirnya kesal.

"Lo kenapa sih daritadi manyun terus?" tanya Mikha heran. "Muka lo jadi kaya bebek tahu gak?"

"Lo ngeselin sih," jawab Nika kesal. "Gua gak bisa lihat jelas sekarang."

Mikha terkekeh. "Kalo lihat gua jelas gak?"

Nika memicingkan matanya lalu menggeleng pelan. Wajah Mikha tetap tidak terlalu jelas. Mikha kemudian meminggirkan mobilnya dan memperlambat kecepatannya. Dia kemudian menatap Nika dan mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu. Membuat wajah Nika segera mundur beberapa centi sebelum akhirnya membentur kaca jendela mobil.

"Sekarang udah jelas?" tanya Mikha tanpa melepaskan kontak matanya dengan Nika.

"Kejelasan," jawab Nika sambil menahan napasnya.

Mikha terkekeh sambil memundurkan wajahnya lagi. Meninggalkan Nika dengan napasnya yang berderu dan jantungnya yang berdegup kencang. Nika memalingkan wajahnya dari Mikha. Menatap keluar jendela walaupun apa yang dia lihat di luar sana tidak sepenuhnya jelas. Sementara Mikha sekarang fokus dengan jalanan.

Tentang MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang