Seven

1.6K 233 3
                                    

"Nona Kim Naira?"

Kyungsoo segera menoleh dan mengangkat tanganya. "Aku."

"Keluarga?"

Kyungsoo melirik Minseok. "Kami sahabatnya, jika ada yang ingin ada sampaikan, sampaikan kekami keluarganya ada di ..."

"Gwangju..."

Dokter itu mengangguk. "Bisa ikuti aku?"

"Kau saja Kyungsoo. Kau yang lebih mengenalnya." Ucap Minseok.

Kyungsoo mengangguk pelan, dan segera mengikuti dokter tadi.

"Naira... mm apa ia pernah lupa ingatan?" Tanya dokter itu. Ia menatap Kyungsoo yang sedang menatap kearah lain.

"Sedang mengalami lebih tepatnya. Diperkirakan ia memiliki Lupa ingatan permanen. Karena, sudah 11 tahun berlalu sejak kecelakaan itu"

Dokter itu tersenyum. "Dari aktivitas otaknya, ia mulai kembali mengingat memori-memori diotaknya. Terus bantu ia. Ia hanya terkejut karena pusing yang menghantam kepalanya. Karena, memori 11 tahun yang lalu kembali datang. Mohon bantu ia, jika anda mau membuatnya mengingat semuanya, Do sangjanim."

* * *



Kyungsoo menatap Naira yang tertidur pulas karena obat penenang.

Kyungsoo tersenyum, ada secercah harapan. Bahwa, Naira akan kembali kedalam pelukannya.

"Saranghaeo, Kim Naira. Naega... Saranghae. Aku sangat mencintaimu. Sangat. Jebbal... kembalilah menjadi Naira ku, jebbal"

Tok... Tok.

"Kyungie?"

"Namjoon?" Kyungsoo bangun dari duduknya dan tersenyum. "Ia memiliki harapan untuk kembali."

"Jinjja?!!" Ucap Namjoon dengan ekspresi kagetnya. "Kau tak bercanda?"

"Aku takkan bercanda kalau soal dirinya."

Namjoon menatap adiknya yang sedang terridur pulas. "Ya, pabo-ya, cepatlah kembali. Dongsaeng kurang ajar. Orang yang diingatnya hanya Mama. Sialan. Harusnya aku segera pulang saat tau lau sadar. Pabo!"

Kyungsoo tersenyum. "Kalau kau tidak lulus dari Harvard, ia tidak akan bertahan hidup, Namjoon."

"Ahh nasibku. Keluarga hancur. Orang tua yang sudah tiada, adik yang melupakan kakaknya sendiri. Sangat menyedihkan kalau kenyataan ia tak tau kalau orang tua kami meninggal. Our family is to complicated. Thanks to you, you have take care of her. And Minseok too i have to thank to him."

"Rasanya aneh, mengingatkan kau begitu menguasai bahasa inggris dan gadis ini tidak. 3 untuk bahasa inggris? Kakak macam apa kau?"

"Ya! Bukan salahku ia lupa ingatan dan tidak mengingatku."

Kyungsoo memukul pelan bahu Namjoon. "Kau gila!"

Namjoon menatap Kyungsoo sambil terkekeh. "Maaf... aku akui aku salah."

"Hei bagaimana K. Inc?"

"Good. I mean fantastic, aku harus memperjuangkan K. Inc kau tau? Atau tidak, aku dan adikku bisa mati dipinggir jalan."

"Ada aku Namjoon, lagi pula kalian yang membantu aku, dulu."

"Naira. Ia yang membantumu."

* * *

Dimana aku? Rumah siapa ini?

Suara mobil datang, seorang pria keluar dari sana dengan menenteng sebuah tas kecil.

"Oppa Namjoonie~~" seorang gadis keluar dari dalam rumah, berlari menghampiri pria tadi dan memeluknya.

Tunggu, apa itu aku?

Pria itu tersenyum menujukkan lesungnya, "Wae?"

"Aniya, bogoshippoyo Oppa. Kau belajar terus, apa kamu melupakanku? Untung ada Kyungsoo."

Kyungsoo? Bukankah itu nama chef?

Pria terkekeh, lalu menjitak kepala gadis itu. "Jangan terlalu menyusahkan Kyungsoo Naira. Ia sudah memasak, dan bersekolah. Kau harus ingat."

Hei, itu benar. Gadis itu adalah aku!

Gadis itu merengut. "Kyungsoo Oppa bahkan tidak merasa keberatan."

Lalu, pria ity mencubit kedua pipi adiknya. "Karena, ia menyayangimu, pabo-ya. Seperti aku menyayangimu."

Gadis itu jelas membulatkan kedua matanya, melompat kedepan Namjoon. "Jinjjayeo? Oppa kamu tidak bohong kan? Kyungsoo Oppa menyayangiku?"

Namjoon lagi lagi terkekeh, untuk ukuran anak berumur 14 tahun Naira masih sangat kekanakan.

"Cari tau saja sendiri. Ayo makan, aku lapar."

"Tapi, eomma belum pulang."

Namjoon tersenyum kecut, eomma takkan pulang Naira, lebih tepatnya ia menelentarakan kita.

"Eomma tadi menelfonku, katanya ia takkan pulang hari ini. Jadi ayo makan. Kyungsoo kan sudah memasak untuk kita."

Tu...tunggu. aku mempunyai kakak bernama Namjoon? Kenapa aku melupakannya?!

Gadis hanya mengangguk. Terlihat dari ekspresinya kalau ia kecewa.

"Maafkan aku Naira... maaf."

Mengapa Namjoon oppa meminta maaf?

* * *




"Namjoon Oppa?!!!"

Naira terengah, ia terbangun dari tidurnya. Seseorang yang tertidur di sofa terlonjak kaget. "Ahhh wae?!!!"

"Namjoon Oppa?"

Namjoon. Pria yang tidur di sofa itu, terlonjak kaget. "Naira..."

"Hiks...."

Naira mulai menangis, "Oppa... bogoshipoyo. Hiks... Kamu kemana saja?! Aku merindukanmu"

Namjoon kaget, sangat. "K... kau mengingatku?"

"Aku takkan melupakan saudara ku sendiri. Oppa." Naira turun dari kasurnya dan berlari kepelukan Namjoon. "Apa yang terjadi? Apa maksudmu dengan kalimat 'Kau mengingatku?' Apa yang terjadi..."

* * *


Setelah mengirim pesan singkat ke Kyungsoo, Namjoon menghampiri Naira yang meringkuk diatas kasur. Namjoon nai keatas kasur dan memeluk adiknya.

"Oppa... kau bilang aku mengalami lupa ingatan. Dan aku barusan bermimpi, ada kau. Makanya aku mengingatmu. Dan, disana aku menyebut Kyungsoo. Mm dia itu bosku di tempatku berkerja. Aku hanya ingin tau... apa nama Kyungsoo dimasa lalu itu Do Kyung Soo? Aku hanya bertanya."

Namjoon sedikit menyerngit. "Besok pagi aku akan menceritakannya. Sekarang, kau harus istirahat. Walaupun aku merindukanmu. Kau tetap harus tidur."

"Janji?"

"Apa aku pernah mengikari janjiku?"

"Seingatku... tidak"

"Kalau begitu tidurlah..." ucap Namjoon lalu mengelus rambut adiknya. Naira mendekatkan dirinya kearah Namjoon. Membawa dirinya kedalam pelukan kakaknya.

"Kau bahkan tak mengingat apa apa..." bisik Namjoon saat mendengar dengkuran halus dari Naira.

* * *

"Lewatkan bagianku! Maksudku, bagian saat Naira tertabrak. Jangan beritau, kumohon. Biarlah ia mengingatnya sendiri."

"Maksudmu apa, Kyungsoo?"

"IQ tinggimu bahkan tidak berguna sekarang!"

"Sialan."

"Kau tau kan kenapa Naira berlari keluar?"

"Of course, i do."

"Jangan beri tau penyebabnya. Kumohon."

"Baiklah..."

Namjoon memasukan Handphonenya ke kantong celananya. Menghampiri Naira yang sedang duduk diatas kasur rumah sakit. Menatapnya antusias.

Hari ini Namjoon akan menceritakan segalanya.

Lucky OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang