9.Bubur ayam

50 9 7
                                    

Tebak hari apa ini. Hari dimana semua orang bermalas-malasan dan lebih memilih tidur hingga siang. Tapi tidak dengan senja yang sangat senang berjalan jalan di sekitar kompleknya. Dan kini gadis itu sudah siap dengan bajunya. Senja melangkahkan kakinya sambil berlari kecil, olahraga itu sehat jadi dia harus joging.

"Satu dua tiga" senja langsung berlari lebih kencang mengelilingi Taman komplek yang tidak terlalu besar, di sini juga tidak terlalu ramai, rata-rata hanya anak muda, maksudnya anak remaja yang masih berumur di bawah lima belas tahun. Ada juga yang sedang berpacaran di sana, ada yang pegangan tangan lah, ada yang suap suapan lah, dan itu membuat senja tersenyum miris.
Senja terus berjalan hingga matanya berbinar binar melihat tukang bubur ayam yang berada dekat perempatan jalan.
Dengan cepat dia berjalan kesana karena jaraknya cukup jauh tapi kini dia sudah sampai di dekat gerobak bubur ayam tersebut.

"Bang bubur ayam satu" kalimat itu keluar dari dua orang yang sama-sama baru datang, siapa lagi kalau bukan senja dan satu pria di hadapannya. Ralat, pria yang berada di sebelah kanannya.

"LO!!!" teriak mereka bersama membuat semua yang sedang makan mengalihkan pandangannya kearah mereka. Sedangkan yang di lihatin cuma cengengesan gak jelas dan itu senja.

"Maaf neng mas buburnya teh tinggal satu mangkuk doang jadi siapa yang mau ini" tanya abang tukang bubur ayamnya pada senja dan pria itu.

"Saya" lagi-lagi mereka mengucapkan hal yang sama, senja memutar bolanya malas dan pria itu juga melakukan hal yang sama.

Tahan jangan emosi, inget tujuan. Batin pria itu lalu menetralkan wajah kembali.

"Saya bang" seru pria itu lalu melangkahkan kakinya agar lebih dekat dengan bubur ayam yang sedang di siapkan. Sedangkan senja melotot tak percaya bahwa dia telat satu langkah untuk mengambil bubur ayamnya.

"Gak bisa gitu" senja ikut melangkah dan kini posisi mereka sejajar kembali "lo harus ngalah sama perempuan, perempuan itu harus pertama" lanjutnya lagi.

"Gak bisa gitu, gak ada ya kamus perempuan itu harus pertama" balas laki-laki itu dengan nada biasa yang ia gunakan.
"Ya adainlah, ehh tapi bener sih gak semua harus perempuan yang di utamain, eh gak deh, gk bisa pokoknya gue yang duluan" senja ngotot ingin bubur ayam itu, jelaslah jika dia ngotot, soalnya tukang bubur ayamnya ini enak banget dan cuma ada pas hari minggu doang jadi jarang beli, sekalinya beli juga pasti abis.

"Aduh neng sama masnya jangan ribut atuh, nanti pelanggan saya bisa kabur" ujar abang bubur ayamnya dengan wajahnya memelas.

"Tap--" ucapan mereka terpotong karena senja yang memotongnya "jangan ngikutin napa"

"Eh lo ya yang ngikutin gue"

"Enak aja, lo juga"

"Lo"

"Lo"

"Lo"

"Lo"

"Bilang aja lo ngikutin"

"Ehh lo yang ngikutin"

"Lo juga"

"Lo ya bukan gue"

"Lo ya lo gue ya gue"

"Ihh gak jelas"

"Bodo"

"Lo tuh ja--"

"Aduh kalian cicing,itu pelanggan saya pada ngeliatin, kalian teh kenapa jadi ribut gini, hadeuh bisa bangkrut saya jualan bubur di sini kalau kalian ribut terus mah" kata abang bubur ayamnya pada senja dan pria itu.

"Lo sih jadi gini kan" sindir pria itu, baru saja senja ingin berkomentar tapi sudah di dului oleh orang lain.

"Kalau kalian gak mau mah, mending saya kasih yang lain aja ya" senja yang mendengar itu pun langsung berteriak.

Senja Setelah GerimisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang