Setelah denza mengantar senja pulang, dia langsung pergi kesuatu tempat yang selama ini membuat pikirannya tenang. Ia melempar Batu kerikil yang berada di sampingnya ke dalam air berwarna hijau.
"Tumben kesini" ujar seseorang dari belakangnya, denza meloneh dan menemukan gadis berambut panjang tengah berdiri dengan alis terangkat.
"Ngapain lo di sini" balas denza dingin, sebenarnya saat ini dia butuh tempat curhat.
"Hello ini tempat gue kali, bukannya gue yang harusnya nanya kayak gitu" gadis itu tidak kalah dingin dari denza. Denza hanya mencibir kesal pada orang di hadapannya, terkadang orang itu baik terkadang juga orang itu menyebalkan.
"Ohh iya, tadi gue liat lo ke rumah senja lagi, balikan mas" tanya gadis itu.
"Enggak, dan gak akan pernah bisa" jawab denza lalu hendak berdiri, namun di tahan oleh gadis itu.
"Gue tau lo lagi butuh tempat curhat, dan gue siap" gadis itu duduk di samping denza, matanya menerawang ke depan, menikmati hembusan angin.
"Kenapa harus gue ya yang menerima permintaan konyol orang tua, bukannya kak Satria" lirih denza, gadis itu menoleh lalu tersenyum kepadanya.
"Gue tau lo masih sayang sama senja, lo tau gak, gue tuh kasian sama dia karena setiap gue kerumahnya dia selalu murung, rumahnya aja sepi kayak gak ada orang, gue sebagai tetangganya kasian liatnya"
"Gue baru tau, ternyata selama ini dia punya beban yang sangat berat bahkan dia sembunyikan dari keluarganya"
"Maksud lo" tanya gadis itu bingung, yang dia lihat selama menjadi tetangga seorang Senja Alavia bahwa gadis itu kekurangan Kasih sayang.
"Eh enggak, gimana hubungan lo sama abang gue yang sialan itu" denza mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang kini tengah duduk di sampingnya, Niva Kirana, nama gadis itu adalah niva, niva adalah kekasih dari kakaknya yang tengah kuliah. Selama ini niva selalu menjadi tempat curahan hatinya, bukan karena dia tetangga senja saja, tapi dia adalah orang yang cukup dewasa.
Niva tidak menjawab,lalu dia mengganti topik pembicaranya "Eh, lo mau tau gak siapa orang terbodoh di dunia, orang itu lo den" ucap niva mantap, denza memutar bola matanya malas, baru saja ia ingin berkomentar tapi niva malah memotongnya "karena lo adalah orang ya sangat bodoh, lo ngejauh dengan cara lo terlihat seperti seorang pengkhianat, padahal lo ngelakuin itu demi dia, harusnya lo bilang yang sebenarnya sama dia, tapi gak, lo malah langsung bilang putus ke dia, dan lo bilang lo milih vita, gue tau awalnya lo gak pernah serius sama senja den, tapi setelah itu lo beneran serius" lanjutnya panjang lebar.
"Lo bener, gue orang terbodoh di dunia, tapi apa semua kesalahan di tunjukkan ke gue, kenapa gak vita, dia lebih salah, dia itu beneran nusuk senja dari belakang, andai saat itu gue gak ikut mama arisan, gak gini jadinya"
"Heh, jangan pernah salahin waktu, apa lagi takdir, tapi salahin diri lo sendiri karena baru tau apa arti penyesalan" niva menatap pria yang kini tengah berpikir dengan tatapan kosong.
"Terus aja salahin gue"
"Oke, mmm... Gue mau nanya, menurut lo arti senja untuk lo apa" tanya niva, matanya kini menatap denza.
"Dia itu berarti banget buat gue, bahkan jika di suruh nyawa gue atau nyawa senja, gue bakal milih senja lah, tapi sayangnya tuhan gak akan pernah buat gue untuk memiliki senja" niva tersenyum mendengar ucapan denza, dia sudah tahu bahwa seorang senja sangat berarti, tapi yang denza katakan tadi juga benar bahwa tuhan tidak akan pernah membuat senja menjadi miliknya.
Gue sayang lo senja. Gumam denza dalam hati.
Di lain tempat seorang gadis tengah menatap kosong buku jurnal pribadinya, pulpen di tangannya ia pakai mencorat-coret buku tersebut. Sesekali dia melempar pulpennya ke jurnal tersebut. Pikirannya menerawang ke masa dia tertawa bersama seorang lelaki.
"Tapi kalau lo bohong, gue bakal jitak kepala lo dan gue juga bakal tarik hidung lo yang mancung kayak pinokio itu, gimana?" tanya gadis itu pada laki-laki yang dari tadi tersenyum.
"Gak bakal bisa" laki-laki itu menantang gadis yang sedang mengomelinya karena seorang adik kelas, padahal adik kelas itu hanya meminta tanda tangan untuk masa orientasinya tapi gadis di hadapanya mengomelinya dengan sadis.
"Denza gak asik, gue males" gadis itu bangkit lalu meninggalkan lelaki bernama denza itu, yang punya nama tertawa mendengar celotehan gadis yang kini sudah berjalan menjauh.
"Nambah jelek kalau lo marah" teriak denza meledek gadis itu dengan tawa yang masih meledak. Gadis itu berhenti lalu menoleh ke belakang, dengan cepat dia melepas sepatunya lalu melemparnya ke arah denza, dan yang membuat gadis itu senang sepatunya mengenai wajah denza. Yang kena lemparan mengaduh kesakitan, membuat gadis itu tertawa keras.
"Gue sayang sama lo senja"
"Sayang itu gak harus di ungkapkan tapi di rasakan, kalau lo idung pinokio beneran sayang sama gue buktiin" senja langsung pergi dari sana meninggalkan denza yang tersenyum penuh makna. Terkadang dia heran dengan dirinya dan senja, mereka hanya teman tapi bisa sedekat ini. Hingga pada akhirnya mereka saling mencintai.
Senja meneteskan air matanya yang sudah ia tahan, mengingat kenangan bersama denza adalah hal terburuk, awalnya dia dan denza mengenal saat masa mos lalu saat kelas dua mereka sekelas, dan kini kelas tiga mereka sudah dinyatakan putus dari sebuah status bernama 'pacaran'. Sebulan itu memang waktu sedikit bukan, tapi kalau seseorang itu sudah mengenal orang yang di Cinta dengan lama pasti akan sulit melupakanya. Begitu juga dengan senja.
Dia tersenyum getir saat mengambil foto dari laci. Dimana dua orang yang saling tertawa tengah bahagia menikmati ice cream. Air mata senja semakin lama semakin banyak membasahi wajahnya. Ia melempar foto itu kesembarang arah lalu menaruh kepalanya di meja berwarna cokelat. Matanya terpejam lelah, ia sudah capek hidup seperti ini, menghadapi banyak masalah, di tambah ibunya belum pulang dua hari karena harus pergi ke Surabaya. Dia kesepian, dia butuh seseorang. Mia apa harus senja datang ke mia setiap waktu untuk menemaninya, tidak bukan. Jadi dengan siapa dia sekarang, dengan semua penyakit dalam tubuhnya, atau dengan kekosongan dalam hidupnya. Apa ada yang bisa menjawab bagaimana dia bisa bahagia, apa ada yang bisa memberi kebahagiaan itu, atau adakah yang bisa membelikan kebahagian itu untuk dirinya. Saat ini yang ia butuhkan kebahagiaan. Dia tidak tahu kapan tuhan mengambil nyawanya, bisa saja saat ini matanya benar-benar terpejam dan tidak akan terbuka lagi.
"Gue benci hidup gue sendiri" teriak senja, teriakan yang terdengar tersakiti, di tambah suara serak karena menangis.
Senja tidak bisa membenci takdir, tapi bukankah senja bisa membenci dirinya sendiri, karena jika dia menyalahkan takdir itu tidak akan berguna, takdir tidak akan mendengarnya, tapi dirinya sendiri bisa mendengarnya bahkan meraskaan semua rasa sakitnya sekarang.
-
"Bahkan orang yang tak waras pun ingin merasakan kebahagian, begitupun denganku, apa aku salah?"SenjaAlavia...
Heyy part ini gimana, ahh pasti gak ada yang kebawa perasaan, sedih aku, kalau ada aku makasih. Dan Hmm kalau gak, gak apa deh yang penting udah baca, makasih loh.
Heyy vote sama commentnya ya, eh iya ada salam dari ufo yang asli wkwk. Btw Naufaz gak muncul lagi ya hehe, biarkan naufaz istirahat, dia lagi sakit katanya hehe#padahalmahbohong.
Naufaz:aku mah gak masuk-masuk lagi sakit:(
Me:hehe, udah saya bilangin kok faz, tinggal ngirim surat aja ya🙈
Naufaz:bodo ah bodo, senja mana senja?
Me:lagi galau, kasihan dia, kasih hadiah dong..
Naufaz:kagak ada duit, eh orang SWAG mau balik deh,babye:*Naufaz keliatan banget kagak mau di ajak ngobrol😒, saya kalau gitu juga ikutan balik deh babye wkwkk walau berat😭#abaikan.
Vote+commentnya ya, aku lagi galau nih mau milih nonton film dear nathan atau beli novel, yang jelas belinya di toko buku😫.
Dahh aku tunggu votenya👻🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Setelah Gerimis
Teen Fiction"Aku adalah diriku. Dan kamu adalah dirimu". Bagimana kehidupan Senja Alavia ketika dia merasa dirinya tidak bisa memiliki kebahagiaan, dan apa jadinya saat dia bertemu mantan kakak kelas di SMA nya, dan orang itu Naufaz Rivana. Apakah naufaz bisa...