"Memandang rasa ini sendiriannn, ku tak tau mengapa aku tak bisa melupakanmu" nyanyian senja membuat mia yang berada di sampingnya kesal. Saat ini harusnya mereka melakukan tugas kelompoknya tapi senja malah asik menggunakan earphone sambil bernyanyi.
"Di mata mu aku tak bermakna tak punyai arti apa apa... Kau hanya inginkan ku saat kau perlu tak pernah berubah, serpihan hati ini peluk erat, akan ku bawa sampai ku mati.... Memandang rasa ini sendirian... Ku tak tau mengapa aku tak bisa melupakanmu"
"Senja, kerjain tugas lo buruan" mia melepas earphone yang senja gunakan. Senja yang sedang asik mendengar musik kaget dengan mia yang tiba tiba mencopot earphone dari telinganya.
"Astagfirullah mia, telinga gue ketarik tadi" gerutu senja sambil mengusap telinganya yang memerah.
"Rasain lo, lagian sih nyebelin, eh tunggu hanphone gue mana, tadi bunyi deh" mia langsung meraba kasurnya yang tertutup selimut, dan menemukan benda persegi panjang itu.
"Hwaa senja, dimas ngadain acara ulang tahun nanti malem jam tujuh" teriakan mia membuat sang mama ikut berteriak, senja hanya tertawa menyaksikan ocehan anak dan ibu itu.
"Senja, kita harus dateng ke acara itu, lo tau kan gue tuh yah gitu deh sama Dimas, please ikut ya.." mohon mia pada senja.
Ini pertama kalinya mia meminta pada senja dan mana mungkin dia bisa menolak, meskipun dia tidak pernah datang ke acara pesta ulang tahun kecuali saat kecil. Mia terlihat bahagia. Yah senja tahu bahwa sahabatnya menyukai dimas, dari kelas dua kemarin malah tapi dia baru tahu betapa sayangnya mia pada dimas. Sebenarnya dia takut hal yang terjadi padanya terjadi juga pada mia. Arghh mengapa dia selalu mengingat denza.
Tarik napas buang, tarik lagi buang. Batin senja sambil melakukan gerakan itu.
"Senja lo kenapa, lo asma aduh senja" ujar mia panik, dan itu menyadarkan senja yang langsung menampilkan muka tak berdosanya.
"Siapa yang asma mia" ucapan senja seperti pertanyaan menurut mia, tapi untuk dirinya sendiri itu adalah sebuah peryataan. Mia tak kunjung menjawab langsung saja senja merebut buku tulis yang dari tadi tergeletak tak bernyawa–ah iya pada dasarnya buku memang tak bernyawa.
Hari ini senja free di rumah mia seharian, mereka ketawa bareng, makan bareng bahkan ibunya mia pun ikut, tidak lupa bermain PS bareng. Semua mereka lakukan bareng kecuali hal yang memang tidak bisa mereka lakukan.
Waktu begitu cepat, kini hari sudah sore, jam di dinding menunjukkan pukul lima lewat dua puluh satu. Mia yang sedari tadi mandi membuat senja memainkan kakinya di lantai, sudah lebih dari setengah jam mia mandi tapi tak selesai juga–begitulah sikap mia saat mandi Ngaret– bahkan hingga sekarang dia belum selesai.
Senja mengetuk pintu kamar mandi "Mia cepetan gue juga mau mandi"
"Satu menit lagi, nih gue udah selesai" mia keluar dari kamar mandi dengan dress berwarna hijau tosca, sedangkan senja harus menggunakan dress berwarna pink. Saat senja tanya 'tidak adakah gaun berwarna merah maroon' mia akan menjawab 'lo ini manusia bukan seorang Vampire yang selalu menyukai warna merah' dan itu membuat senja malas berbicara, hei siapa yang mau di sama kan dengan mahkluk penghisap darah itu, gadis penyuka merah maroon itu sih tidak masalah, toh Vampire cantik semua tapi kalau di ingat lagi pasti akan menyeramkan saat dia mengihisap nyawa orang yang tak berdosa, maka dari itu dia tidak suka menjadi seperti mahkluk itu, tapi jika itu nyata.
Senja keluar dari kamar mandi, dengan handuk di kepalanya. Matanya mencari mia tapi tak menemukan gadis itu, terpaksa dia yang akan merias wajahnya sendiri. Ia mengambil lip balm berwarna peach, tidak lupa bedak bayi yang ada di meja, setelah itu dia pakai parfum. Dan ya semua sudah selesai hanya tinggal tunggu rambutnya kering.
Gadis itu terlihat bingung sambil memegang catok rambut. Dia bingung akan di gimanakan rambutnya, apa di luruskan atau di keritingkan.
"Sen-loh kok belum selesai, udah jam setengah tujuh nih" ujar mia yang baru masuk. Senja hanya komat-kamit tanpa suara.
"Sini rambut lo di kepang aja"
Mia berjalan ke arah senja lalu mengambil kotak kecil berisi ikat rambut. Di ambilnya rambut senja satu-satu, sedangkan pemiliknya kini asik memejamkan matanya.
Setelah selesai mia membangunkan senja yang asik tidur. Keduanya kini tengah berada di mobil mia menuju toko kue, yang bikin senja bingung untuk apa kue nya.
Mia keluar dari mobil lalu masuk ke toko kue, sedangkan senja hanya memainkan ponselnya, matanya terpejam saat melihat postingan di akun twitternya."He is mine" senja mengulang kalimat itu berulang kali, hatinya sakit, iya hatinya sakit.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan kaca mobil membuat senja menghapus air matanya, lalu membuka pintu mobil. Kue di tangan mia membuat senja ingin melahapnya, tapi apa dayanya saat ini.
"Mia, boleh gak bagi kuenya" tanya senja pada mia. Yang di tanya hanya tersenyum lalu melempar kantong plastik berisi minuman dan kue.
"Tuh buat lo, gue mah baik" jawab mia bangga, coba kalau senja nggak laper udah pasti bakal ngebales jawaban mia yang aneh itu.
Mereka sampai di depan rumah yang kini sudah terlihat ramai oleh banyak orang. Dekorasi rumahnya sangat menarik, dia pun turun dari mobil dan masuk begitupun dengan mia yang juga langsung masuk. Di sana terlihat dimas yang sedang berbincang dengan temannya yang lain. Mia pergi ke arah dimas sedangkan senja pergi ke tempat makanan. Sesekali matanya menatap sekeliling, terlihat bagus jika rumah senja ramai seperti ini. Sebuah tepukan mendarat di bahu senja membuat kue yang baru mau ia makan di taruh kembali.
"Haii ketemu lagi kita" ujar Endra pada senja yang masih bingung.
"Ehh iya o..Kak maksudnya" jawab senja berbelit-belit, endra tersenyum lalu ikut duduk di samping senja. "Kakak ngapain di sini" tanya senja.
"Mau nyanyi di sini"
"Seriusan kak"
"Serius"
"Ohh"
Hanya itu saja yang mereka bicarakan, terasa canggung memang. Kedua terdiam dengan cara yang berbeda, yang perempuan diam dengan makanan di hadapanya, sedangkan yang laki-laki dengan memandang setiap arah.
"Endra!" sapaan itu membuat senja ikut menoleh, dan kini matanya bertemu dengan laki-laki yang entah kenapa selalu saja berada di satu tempat yang sama dengannya.
"Eh faz, gue ketemu sama nih bocah hehe, dari tadi dia makan terus tuh" ucap endra, naufaz melihat senja lagi lalu tersenyum.
Jantung senja terasa berdetak lebih cepat, tanganya sudah gemetaran saat ini. Laki-laki itu tersenyum sangat tulus, dan senja akui kalau itu sangat manis.
"Kok lo ada di sini"..
-
"Kebodohan seseorang adalah ketika dia masih menunggu kepastian yang dia tau tidak akan pernah di berikan"SN...
Haii kembali lagi. Hari ini aku gak ada kata kata. Jadi sampai ketemu di part sebelumnya.
Dahh. Vote sama commentnya ya...
![](https://img.wattpad.com/cover/97912233-288-k170732.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Setelah Gerimis
Ficção Adolescente"Aku adalah diriku. Dan kamu adalah dirimu". Bagimana kehidupan Senja Alavia ketika dia merasa dirinya tidak bisa memiliki kebahagiaan, dan apa jadinya saat dia bertemu mantan kakak kelas di SMA nya, dan orang itu Naufaz Rivana. Apakah naufaz bisa...