The Truth is 1.0

11.2K 416 33
                                    

Author POV
"Vin, kok gue ngerasa Kiky udah berubah ya!" Tanya Clara dengan ekspresi kesal.

"Ya jelas berubah lah, orang dia bukan anak kecil lagi" Kevin pun terkekeh —lebih tepatnya mentertawakan.

"Arrrggh.. " Kevin mengaduh saat Clara menginjak kakinya. "Becanda lo gak lucu, sumpah" Clara makin sebal "Gue harus gimana vin? emangnya gue kurang apalagi coba, masa gue kalah sih sama Karin."

Kevin menyernyitkan dahi, "maksud lo?"

"Kalo mereka cuma temenan tapi kenapa Kiky gak memperlakukan gue sama seperti yang dia lakuin ke Karin. Kenapa Vin, kenapa?"

Baru saja Kevin akan membuka mulutnya tetapi Clara sudah memotong pembicaraannya lagi. "Apa gue kurang cantik?" Clara melotot kearah Kevin seolah-olah Kevin lah yang bersalah. "Enggaaaaak gue gak bilang gitu"

"Ih gimana sih caranya biar Kiky itu naksir ke gue, gue kurang apa coba?"

"Lo itu kurang tamp..." guyonan Kevin yang samar-samar terdengar oleh Clara. "Lo bilang apa?" Kevin pun tersentak dan jantungnya berdebar —khawatir kalo Clara mendengar ucapannya.

"E-eh E-enggak kok!" elaknya.
.

.

.
Hari ini sedang ada UTS di sekolah, dengan berbekal materi yang ia pelajari semalam —baca SKS, Sistem Kebut Semalam. Ricky pun mulai menghitamkan jawaban yang ia anggap paling benar, walaupun dalam hati ia masih menyimpan keraguan untuk memilihnya. Walaupun ia memang sudah belajar tapi tetaplah matematika itu sulit. /* -_- thor curhat juga wkwk.
Waktu yang tersisa tinggal 10 menit dan Ricky masih kurang 15 soal yang belum ia jawab, ia pun panik dan mulai heboh sendiri dibangkunya —bagai cacing kepanasan. Lalu diluar kelasnya Ricky melihat Karina, Anton dan Kevin —Ricky beda ruang dengan mereka, tapi ia satu ruangan dengan Satya, tapi sayang jarak bangku mereka agak jauhan. Dari luar Karin tampak memberikan isyarat 'hai' dan 'semangat ujiannya!'  ke Ricky. Tapi Ricky mengabaikannya dan kembali fokus ke lembar jawabannya.

'anjiiiiir, cepet banget sih waktunya...' batinnya. Lalu ia menepuk kasar bahu temannya yang duduk didepannya "Oi, liat jawabannya dong". Untung saja temannya itu mau membagi jawabannya ke Ricky —dengan murah hati, eh berat hati, murah, berat, sedikit murah deh. /*Thor jangan plin-plan, please -_-
Tanpa disadari pengawaspun melihat aksinya dan menegur Ricky. "Ricky, kamu sedang apa?"

"Eh, E-enggak P-pak, saya nggak nyontek kok pak. Cuma mastiin cara nulis nomor pesertanya doang pak"

"Yang bilang kamu nyontek siapa, berarti kamu beneran nyontek" Ricky pun makin panik "Udah, jangan banyak alesan. Kamu cepat kumpulkan lembar jawabanmu!"

'Mampus' keringat dingin pun bercucuran didahinya. ia masih harus menjawab 5 soal lagi. Dengan terpaksa ia mengumpulkan lembar jawabannya, tapi... tadi pas Ricky maju kedepan tak lupa ia melirik jawaban milik teman-temannya dan menyalinnya ke lembar jawabannya. /*Kikyyy, kok nakal ya, aku laporin bunda loh ntar... *plak* digampar Kiky pake sendal :'D
.

.

.
Kevin tak tau apa yang harus ia bicarakan dengan Ricky. Dalam hati ia sungguh ingin menyapa dan bicara panjang lebar ke Ricky, seperti dulu. Saat ia masih barengan, masih berteman baik, dan pada saat mereka —lebih tepatnya Ricky yang menganggap mereka— 'pacaran'. Sungguh Kevin rindu saat-saat itu tapi saat ini jika Kevin membuka mulut itu akan membuat pilu hati mereka berdua.

"Ky, jangan bilang lo ada janji ketemu Dito" Bisik Karina saat ia melihat Dito yang tampaknya sedang mencari seseorang.

"Eh, Kak Dito, mana-mana?" sahut Ricky antusias.

Putih Abu-abu (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang