PW part 4 - Rifki dan Om-nya

15.1K 1.7K 101
                                    

HOLAAAA, SAYA KEMBALII!! *plakk* hehehe

Saya bawa dua chapter kali ini, semoga teman-teman senang ya...

Oh, iya bagi yang tanya seputar fiksi PW, baik karakterisasinya atau pun yg lain, saya katakan kalau beberapa scene[?] dalam fiksi ini adalah kejadian nyata, baik yang secara pribadi saya alami atau pun yang teman-teman kuliah saya rasakan. Walau begitu, fiksi tetaplah fiksi, dan saya menulis ini untuk senang-senang dan semoga teman-teman yang baca bisa terhibur...

So happy reading yaaakkk!!

---------------------------------------------

Airin bersenandung kecil sambil mengelap piring bersih yang sudah selesai dicuci. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan dengan semangat, membuat Angga menyeringai jahil dari belakang punggungnya. Lelaki itu meraih jilbab besar berwarna putih milik Ibu, mengikatnya tinggi di atas kepala mirip pocongan jenazah, lalu mendekati Airin dan mengagetkannya dengan sengaja.

"Halo, Mbak-mbak Jomblo...."

Airin terlonjak kaget, refleks mengeplak wajah Angga dengan piring di tangannya sambil berseru kaget. "Innalillah!! Setan!!"

"Aduh!" Angga berjengit mundur sambil mengaduh keras, mengusap-usap tulang hidungnya yang berdenyut sakit. "Ya ampun, Dek, pukulan kamu sakit banget, sih," komentarnya, misuh-misuh kesal dengan wajah memelas.

Sedetik, Airin melongo, lalu wajahnya berubah garang saat sadar orang yang mengagetkannya adalah Angga. "Mas Angga apa-apan sih?! Kenapa ngagetin aku pake pocongan begitu? Pengin aku kena serangan jantung, apa?!" pekiknya, galak.

Angga mencebikkan bibir. "Nggak usah lebay, deh. Kayak kamu punya serangan jantung aja," balasnya, santai, melepas ikatan jilbab di atas kepala. "Setan kok takut setan," desisnya sambil ngeloyor ke ruang tv.

Lap dalam genggaman Airin dilempar kasar. Walau samar, dia masih bisa mendengar ucapan Angga. Buru-buru saja dia mengikuti Angga dari belakang. "Apaan tuh barusan? Mas ngatain aku setan?" tuduhnya, tidak terima. Kedua tangannya terlipat di dada.

Angga berbalik, menatap Airin dengan tampang sok manis. "Tolong, Katemi, jangan tuduh aku yang bukan-bukan. Aku pria baik-baik," katanya dengan ekspresi drama berlebihan.

Bola mata Airin berputar jengah. Kakaknya yang satu ini memang langka, tetapi dia tidak tahu kalau kakaknya bisa seajaib ini. Alih-alih membalas adegan drama yang ingin dilakoni kakaknya, Airin malah melempar lelaki itu dengan bantal sofa. "Makan tuh Katemi!"

"Ya ampun, Katemi, kamu jahat sekali. Aku akan mengadukanmu pada Kim Shin." Angga memasang wajah terluka dibuat-buat.

Airin mendengus keras-keras. "Kalo mau ngedrama jangan di rumah, Mas, nggak ada yang nonton."

Tepat ketika itu, pintu depan terbuka, menampilkan sosok Attar yang baru pulang kerja.

"Oh, Kim Shiiiinnnn...." Angga merentangkan kedua tangan, menyongsong Attar dengan gaya berlebihan, lalu merangsek ke belakang tubuh lelaki itu seolah mencari perlindungan. "Katemi menuduhku yang bukan-bukan. Tolong aku, Kim Shin...."

Attar melirik Angga dengan tampang datar, lalu tatapannya beralih pada Airin. "Raizel itu siapa, Dek, pacar kamu?" tanyanya tiba-tiba.

Alis Airin terangkat. Untuk sedetik terbengong bego sambil menelengkan kepala. "Ha?"

Angga berjingkat cepat dari balik punggung Attar. "Raizel?" alisnya terangkat, menatap Airin. "Kayak nggak asing. Siapa tuh Raizel?"

Attar diam, tidak memedulikan pertanyaan Angga dan malah kembali menatap Airin.

PINK WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang